SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  15
1
PENDEKATAN KONSELING REALITA
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar belakang
Konseling Realita pada hakekatnya menentang pendekatan konseling lain
yang memperlakukan konseli sebagai individu yang sakit. Diketahui bahwa
konseling ini sangat popular di kalangan petugas bimbingan sekolah dan tempat-
tempat rehabilitasi. Di samping itu konseling realita memerankan konselor
sebagai guru yang menciptakan kondisi yang kondusif mengajar, dan memberi
contoh, serta mengajak konseli untuk menghadapi relita.
Oleh karena setiap orang, termasuk siswa, selalu dihadapkan pada
kenyataan (realita) hidup, maka pendekatan ini tepat untuk dipelajari dan dikuasai
untuk diterapkan oleh konselor. konselor mengajarkan tingkah laku yang
bertanggung jawab. Dengan demikian konselor yang berkesempatan
mempelajarinya akan memiliki kemampuan untuk melaksanakan konseling
individual berdasarkan pada pendekatan realita.
Dalam makalah ini, penyusun berusaha menjelaskan tentang konseling
realita yang di dalamnya meliputi tentang falsafah pendekatan konseling realita
dan proses konseling.
II. Rumusan Masalah
a. Bagaimana falsafah pendekatan konseling realita?
b. Bagaimana karakteristik konseling realita?
c. Bagaimana hakikat manusia dalam konseling realita?
d. Bagaimana pandangan tentang pribadi individu?
e. Bagaimana proses terapeutik dalam konseling realita?
III. Tujuan
a. Untuk mengetahui lebih jauh tentang falsafah konseling realita
b. Untuk mengetahui apa saja karakteristik dalam konseling realita
c. Untuk mengetahui lebih jauh tentang hakikat manusia
2
d. Untuk mengetahui pandangan pribadi individu
e. Untuk mengetahui lebih jauh tentang proses terapeutik dalam konseling realita
Falsafah Pendekatan Konseling Realita
Konseling realita dicetuskan oleh William Glasser yang lahir pada tahun
1925 dan menghabiskan masa kanak-kanak dan remajanya di Cliveland, Obio,
serta dikembangkan oleh Robert Wubbolding. Pertumbuhan Glasser relatif tanpa
hambatan, sehingga ia memahami dirinya sebagai lelaki yang baik. Glasser
meninggalkan kota kelahirannya setelah ia masuk ke perguruan tinggi.
Pada mulanya Glasser belajar dibidang teknik kimia di Universitas Case
Institute Of Technology. Pada usia 19 tahun ia dilaporkan sebagai penderita
shyness atau rasa malu yang akut. Ia kemudian mengikuti latihan psikiatri pada
Veterans Administration Center (Pusat Administrasi Veteran) di Los Angeles
Barat, melewatkan tahun terakhirnya di University of California di Los Angeles
pada tahun 1957, dan menggondol sertifikat pada tahun 1961.
Pada tahun 1956 glasser menjabat sebagai psikiatris pembimbing pada
Sekolah Putri di Ventura, sebuah sekolah untuk perawatan anak nakal milik
negara bagian California. Pengalaman ini lebih menebalkan lagi keyakinannya
betapa teknik dan konsep psikoanalitik itu tidak banyak manfaatnya, oleh
karenannya ia mulai mengembangkan dan bereksperimen dengan pendekatan
terapeutik yang berbeda, yang pada banyak seginya sangat berlawanan dengan
psikoanalisis gaya Freud. Pada tahun 1961 Glasser menerbitkan bukunya yang
pertama, Mental Health or Mental Illness? ( Kesehatan Mental atau Sakitnya
Mental?)yang memberi landasan pada terapi realitas.
Pada dasarnya, model ini telah dikembangkan pada1950-an dan 1960-an.
Mula-mula model ini tidak mempunyai teori sistematik tetapi menekankan
individu bertanggung jawab untuk apa yang mereka lakukan. Pada mulanya
Glasser mulai mengajar teori kendali (control theory), yang mengkondisikan
bahwa semua orang mempunyai aneka pilihan tentang apa yang mereka lakukan.
Menjelang tahun 1965 pada waktu ia menerbitkan bukunya Terapi Realitas, dia
mampu menyatakan keyakinan dasarnya, yaitu bahwa kita semua
3
bertanggungjawab atas pilihan yang kita ambil untuk kemudian kita lakukan
dalam hidup ini dan bahwa dalam lingkungan terapeutik yang hangat dan tidak
bernada hukuman kita bersedia untuk belajar lebih banyak lagi untuk menentukan
pilihan yang lebih efektif, atau cara yang lebih bertanggungjawab terhadap
kehidupan kita ini.
Terapi realitas bertumpu pada ide sentral bahwa kita memilih sendiri
perilaku kita dan oleh karenanya bertanggungg jawab tidak hanya atas apa yang
kita lakukan tetapi juga atas bagaiman kita berpikir dan juga merasakan.
Pada 1996 Glasser meninjau kembali teori ini dan menamakannya teori
pilihan (choice theory), yang menyediakan suatu kerangka kerja tentang mengapa
dan bagaimana orang-orang berbuat. Teori Pilihan mempunyai kaitan dengan
dunia fenomena konseli dan menekankan cara pandang subjektif di mana konseli
merasa dan bereaksi kepada dunia mereka dari lokus evaluasi internal. Perilaku
dipandang sebagai usaha terbaik untuk mendapatkan apa yang kita inginkan.
Perilaku adalah penuh arti, dirancang untuk menutup senjang antara apa yang kita
inginkan dan apa yang kita rasa sedang menjadi pada kita. Perilaku spesifik selalu
diturunkan dari kesenjangan ini. Perilaku kita datang dari dalam, dan dengan
begitu kita memilih tujuan kita sendiri.
Karakteristik Konseling Realita
1. Antideterministik, menolak adanya determinan yang membatasi
perkembangan perilaku, sebaliknya, perkembangan perilaku yang bermacam-
macam adalah sangat dimungkinkan.
2. Menekankan pada problem solving, konseling pada akhirnya harus dapat
menemukan cara-cara mengatasi masalah.
3. Berorientasi pada tindakan (action), putusan yang diambil konseling harus
terwujud dalam perilaku nyata, tidak dianggap selesai pada tahap pemahaman
saja.
4. Bersifat aktif - direktif, dan didaktif, sehingga jelas bahwa kadar
pembelajaran dan pengarahan dalam konseling tinggi.
4
5. Reality therapy tidak menerima sakit mental; diasumsikan konselor tidak
terlibat dengan orang sakit mental yang tidak memiliki tanggung jawab atas
perilakunya.
6. Berorientasi pada masa kini dan akan datang
7. Tidak menekankan transferensi
8. Konselor mengajarkan realitas kepada klien mengenai cara-cara yang lebih
baik dalam meemnuhi kebutuhannya secara bertanggung jawab.
9. Konselor realitas menekankan pada aspek moral dari tingkah laku individu.
A. Hakikat Manusia
1. Karakter Manusia
a. Manusia adalah makhluk rasional (Rational Being)
b. Manusia memiliki potensi dan dorongan untuk belajar dan tumbuh
(growth force)
c. Manusia memiliki kebutuhan dasar (basic needs)
Dalam pandangannya Glasser mempunyai pandangan bahwa semua manusia
memiliki kebutuhan dasar, kebutuhan dasar manusia meliputi:
kebutuhan bertahan hidup (survival),
mencintai dan dicintai (love and belonging),
kekuasaan atau prestasi (power or achievement),
kebebasan atau kemerdekaan (freedom or independence),
dan kesenangan (fun) (Corey, 2005).
d. Manusia memerlukan hubungan dengan orang lain
e. Manusia selalu menilai tingkah lakunya
f. Manusia terikat pada 3R
Responsibility (Tanggung Jawab)
Glasser mendefinisikan tanggung jawab sebagai kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan dirinya dengan cara yang tidak merugikan, merampas atau
mengorbankan orang lain dalam memenuhi kebutuhan mereka. Sejauh individu
bertanggung jawab dalam perbuatannya, sesungguhnya dia telah mencapai
identitas sukses atau berhasil dan bermental sehat. Dan demikian pula sebaliknya,
5
jika manusia itu “sakit”dia akan membuat alasan-alasan atas perbuatannya yang
tidak bertanggung jawab.
Menurut Glasser, bukannya mental sehat yang menjadikan seseorang
bertanggung jawab, tetapi tanggung jawablah yang menjadikan orang sehat.
Reality (Realitas)
Realitas merupakan fenomena yang dapat diamati, fakta-fakta yang
tersusun dalam kenyataan. Realitas harus dipandang apa adanya, bukan menurut
persepsi tiap individu. Bahkan individu tidak dapat memenuhi kebutuhannya
merupakan realitas yang harus diterima.
Right (Kebenaran, Keputusan Baik Buruk)
Individu menilai perilakunya dengan melihat standar moral yang berlaku.
Dalam realitas masyarakat yang ada, telah terdapat standar moral yang merupakan
pembanding atas tingkah laku mereka dari segi benar-salah atau baik-buruk. Oleh
karena itulah keputusan atau pertimbangan moral dipandang sebagai pembimbing
perilaku manusia. Sehubungan dengan hal tersebut, Glasser menyatakan bahwa
dia tidak mengusulkan kode-kode moral tertentu dalam kehidupan, akan tetapi ada
prinsip-prinsip moral yang umumnya berlaku atau diterima kelompok masyarakat
mana pun.
2. Pandangan tentang Pribadi Individu
a. Pribadi Sukses
Adanya kemampuan mengevaluasi hidup
Bertindak dan berbuat secara efektif
Adanya kemampuan mengontrol perilakunya.
Adanya sikap 3R (right, responsibility, reality).
Selain itu, untuk mencapaisuccess identity seorang individu memiliki dua
kebutuhan dasar yang harus dipenuhi, yaitu:
kebutuhan dicintai dan mencintai.
Kebutuhan akan pebergunaan dan keberhargaan
b. Pribadi Gagal
6
Penyimpangan perilaku seseorang berkaitan langsung dengan
ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar. Semakin menyimpang
perilaku seseorang menunjukan semakin besarnya kebutuhan dasar yang tidak
terpenuhi.
Perilaku malasuai dapat muncul dalam berbagai tingkat usia, tetapi
biasanya penyebabnya ditemukan pada awal masa kanak-kanak: 2- 5 tahun dan 5
– 10 tahun, masa anak dalam asuhan orang tua dan awal masuk sekolah.
Lingkungan seolah merupakan sumber lain bagi kegagalan anak. Sekolah menjadi
salah satu yang mungkin mengarahkan anak dalam kegagalan. Sebab sekolah
biasanya lebih banyak menunjukannya seperti ; menghukum anak bodoh, itu
wujud kurang perhatian secara pribadi kepada mereka. Glasser mengamati bahwa
banyak anak-anak yang membutuhkan cinta dan harga diri, yang semula memang
kurang sejak dari rumah, dan juga tidak ditemukan di sekolah, sehingga semakin
meningkatlah identitas kegagalannya.
Individu yang tidak dapat memenuhi kebutuhannya akan mengalami
penderitaan psikologis ( psychological pain ) yang merupakan tanda ia
bermasalah. Secara ingstingtif individu yang demikian akan berusaha mengatasi /
mereduksi penderitaannya melalui keterlibatan dengan invidu yang lain. Jika
berhasil maka penderitaannya dapat berkurang dan dapat dikatakan ia telah
menemukan cara yang baik dalam belajar memenuhi kebutuhannya secara efektif.
Begitu pula sebaliknya jika gagal mungkin dia akan mengalami penderitaan yang
lebih parah.
Gambaran perilaku malasuai dan penyebabnya
c.
d.
e.
Kegagalan orang tua dan sekolah untuk terlibat
secara emosional
Self -
involvement
Lingkaran
kegagalan
Kebutuhan
tak
terpenuhi
7
f.
B. Konseling Realita
1. Konsep Utama
Penekanan konseling realitas adalah pada asumsi akan tanggung jawab
pribadi dan pada urusan terhadap kekinian. Konselor membantu konseli
memperoleh kekuatan psikologis untuk menerima tanggung jawab pribadi atas
hidup mereka dan membantu mereka belajar berbagai cara untuk memperoleh
kembali kendali hidup mereka dan untuk hidup lebih efektif. Konseli ditantang
untuk menguji apa yang mereka lakukan, pikirkan, dan rasakan untuk
mendapatkan gambaran jika ada suatu cara lebih baik bagi keberfungsian mereka.
Konseli melakukan evaluasi diri yang eksplisit atas tiap komponen perilaku untuk
menentukan dan memutuskan jika mereka ingin berubah.
2. Kondisi Pengubahan
a. Tujuan Konseling
Konseling realita membantu individu mencapai otonomi. Otonomi
merupakan keadaan kematangan yang menyebabkan orang mampu melepaskan
dukungan lingkungan dan menggantikannya dengan dukungan pribadi atau diri
sendiri (internal). Tujuan konseling keseluruhan model ini adalah untuk
membantu orang menemukan jalan lebih baik dalam memenuhi kebutuhan
mereka untuk: survival, cinta dan kepemilikan, kekuasaan/prestasi, kebebasan,
dan kesenangan. Pengubahan perilaku perlu menghasilkan kepuasan atas
kebutuhan dasar ini. Tujuan lain di samping perubahan tingkah laku meliputi
pertumbuhan pribadi, peningkatan, perbaikan lifestyle, dan pengambilan
keputusan yang lebih baik.
b. Peran Konselor
Motivator, yang mendorong klien untuk :
menerima dan memperoleh keadaan nyata,baik dalam perbuatan maupun
harapan yang ingin dicapainya;dan
Tidak mau belajar menerapkan 3R dan kurang memiliki
ketrampilan verbal, sosial, dan intelektual
8
merangsang klien untuk mampu mengambil keputusan sendiri,sehingga klien
tidak menjadi individu yang hidup selalu ketergantungan yang dapat
menyulitkan dirinya sendiri.
Penyalur tanggung jawab, sehingga :
keputusan terakhir berada di tangan klien;
klien sadar bertanggung jawab dan objektif serta realistik dalam menilai
perilakunya sendiri.
Moralis;
Orang yang memegang peranan untuk menentukan kedudukan nilai dari
tingkah laku yang dinyatakan kliennya. Terapis akan memberi pujian apabila
klien bertanggung jawab atas perilakunya, sebaliknya akan memberi celaan bila
tidak dapat bertanggung jawab terhadap perilakunya.
Guru;
Orang yang berusaha mendidik klien agar memperoleh berbagai
pengalaman dalam mencapai harapannya.
Pengikat janji (kontraktor);
Artinyaperanan terapis punya batas-batas kewenangan, baik berupa limit
waktu, ruang, lingkup, kehidupan klen yang dapat dijajagi maupun akibat yang
ditimbulkannya.
c. Peran Konseli
Praktek terapi realitas mulai dengan usaha konselor untuk menciptakanlingkungan
yang mendukung di mana klien dapat memulai membuatperubahan dalam
hidupnya. Konselor harus bisa terlibat dalam hidup kliennyadengan menciptakan
iklim saling mempercayai, dengan cara melalui kombinasiproses mendengarkan
dan mengajukan pertanyaan trampil sertamengeksplorasi gambaran yang ada
dalam benak klien berupa keinginannya,kebutuhannya, dan persepsinya. Dengan
demikian klien diharapkan dapat :
Mengevaluasi hidup
Bergerak ke arah yang lebih efektif
9
Bergerak maju melalui eksplorasi keinginan-keinginankebutuhan, dan
persepsinya.
Mengeksplorasi perilaku total.
Menentukan perilaku baru.
Membuat rencana yang membawa ke arah perubahan.
Komitmen terhadap rencana yang telah dibuatnya.
3. Situasi Hubungan
Konseling realita didasarkan pada hubungan pribadi dan keterlibatan
antara klien dan konselor. Konselordengan kehangatan, pengertian, penerimaan,
dan kepercayaan pada kapasitas orang untuk mengembangkan identitas berhasil,
harus mengomunikasikan dirinya kepada klien bahwa dirinya membantu. Melalui
keterlibatan prbadi dengan konselor, klien banyak belajar mengenai hidup
ketimbang memusatkan pada mengungkap kegagalan dan tingkahlaku yang tidak
bertanggungjawab. Konselor juga menunjukkan bantuannya melalui menolak
untuk memberikan celaan atau mengampuni klien. Konselor cukup membantu
melalui memandangnya atas dasar apa yang mereka dapat lakukan ketika
menghadapi realita hidup. Bersamaan dengan hubungan yang hangat ini
rintangan-rintangan akan terhindarkan.
4. Mekanisme Pengubahan
a. Prosedur atau Tahap-Tahap Konseling
Prosedur yang spesifik dari praktik konseling realitas ini oleh Wubbolding
diringkas dalam model "WDEP". Secara garis besar langkah atau prosedur
WDEP:
Langkah1 : Keterlibatan (involvement: focus on personal)
Pengembangan Keterlibatan dalam tahap ini konselor mengembangkan
kondisi fasilitatif konseling, sehingga konseli terlibat dan mengungkapkan apa
yang dirasakannya dalam proses konseling
Langkah 2 : Eksplorasi Keinginan, Kebutuhan dan Persepsi (wants and
needs)
Dalam tahap eksplorasi keinginan, kebutuhan dan persepsi konselor
10
berusaha mengungkapkan semua kebutuhan konselidan beserta persepsi
konseliterhadap kebutuhannya. Eksplorasi kebutuhan dan keinginan dilakukan
terhadap kebutuhan dan keinginan dalam segala bidang. Berikut ini beberapa
pertanyaan yang dapat digunakan untuk panduan mengeksplorasi kebutuhan dan
keinginan konseli.
Kepribadian seperti apa yang kamu inginkan?
Jika kebutuhanmu dan keluargamu sesuai, maka kamu ingin keluargamu
seperti apa?
Apa yang kamu lakukan seandainya kamu dapat hidup sebagaimana yang
kamu inginkan?
Apakah kamu benar-benar ingin mengubah hidupmu?
Apa keinginan yang belum kamu penuhi dalam kehidupan ini?
Langkah 3 : Eksplorasi Arah dan Tindakan (direction and doing).
Eksplorasi tahap ini dilakukan untuk mengetahui apa saja yang telah
dilakukan konseli guna mencapai kebutuhannya. Tindakan yang dilakukan oleh
konseli yang dieksplorasi berkaitan dengan masa sekarang. Tindakan atau
perilaku masa lalu juga boleh dieksplorasi asalkan berkaitan dengan tindakan
masa sekarang dan membantu individu membuat perencanaan yang lebih baik di
masa mendatang. Dalam melakukan eksplorasi arah dan tindakan, konselor
berperan sebagai cermin bagi konseli. Tahap ini difokuskan untuk mendapatkan
esadaran akan total perilaku konseli. Membicarakan perasaan konseli bisa
dilakukan asalkan dikaitkan dengan tindakan yang dilakukan oleh klien. Beberapa
bentuk pertanyaan yang dapat digunakan dalam tahap ini: “Apa yang
kamulakukan?”, “Apa yang membuatmu berhenti untuk melakukan yang kamu
inginkan?”
Fase 4 : Evaluasi Diri (self evaluation)
Tahap ini dilakukan oleh konselor untuk mengevaluasi tindakan yang dilakukan
konseli dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginannya: keefektifan dalam
memenuhi kebutuhan. Beberapa pertanyaan yang dapat digunakan untuk
memandu tahapan ini:
a. Apakah yang kamu lakukan menyakiti atau membantumu memenuhi
kebutuhan?
11
b. Apakah yang kamu lakukan sekarang seperti yang ingin kamu lakukan?
c. Apa perilakumu sekarang bermanfaat bagi kamu?
d. Apakah ada kesesuaian antara yang kamu lakukan dengan yang kamu
inginkan?
Setelah proses evaluasi diri ini diharapkan konseli dapat malakukan evaluasi diri
bagi dirinya secara mandiri.
Langkah 5 : Rencana dan Tindakan (planning)
Ini adalah tahap terakhir dalam konseling realitas. Di tahap ini konselor
bersama klien membuat rencana tindakan guna membantu konseli memenuhi
keinginan dan kebutuhannya. Perencanaan yang baik harus memenuhi prinsip
SAMIC3, yaitu:
a. Sederhana (simple)
b. Dapat dicapai (attainable)
c. Dapat diukur (measureable)
d. Segera dilakukan (immediate)
e. Keterlibatankonseli(involeved)
f. Dikontrol oleh pembuat perencanaan atau konseli (controlled by planner)
g. Komitmen (commited)
h. Secara terus-menerus dilakukan (continuously done)
Ciri-ciri rencana yang bisa dilaksanakan klien:
a. Rencana itu didasari motivasi dan kemampuan klien
b. Rencana yang baik sederhana dan mudah dipahami
c. Rencana berisi runtutan tindakan yang positif
d. Konselor mendorong klien untuk melaksanakan rencana secara independen
e. Rencana yang efektif dilaksanakan dalam kegiatan sehari-hari dan berulang-
ulang
f. Rencana merupakan tindakan yang berpusat pada proses, bukan hasilSebelum
rencana dilaksanakan, dievaluasi terlebih dahulu apakah realistis dan dapat
dilaksanakan Agar klien berkomitmen terhadap rencana, rencana dibuat tertulis
dan klien bertanda tangan di dalamnya.
Langkah 6 : Evaluasi Pelaksanaan Rencana
12
Sebenarnya, pada langkah perencanaan, konseling dapat dikatakan
berakhir. Namun demikian dalam kenyataannya beberapa konseli tidak akan
melaksanakan rencananya . dalam hal ini konselor dapat menekankan kepada
konseli bahwa seharusnya mereka harus dapat bertanggung jawab atas rencana
yang telah dibuatnya sendiri.
b. Teknik-teknik dan Prosedur-prosedur utama
Terapi realitas bisa ditandai sebagai terapi yang aktif secara verbal.
Prosedur-prosedurnya difokuskan pada kekuatan-kekuatan dan potensi-potensi
klien yang dihubungkan dengan tingkah lakunya sekarang dan usahanya untuk
mencapai keberhasilan dalam hidup. Dalam membantu klien untuk menciptakan
identitas keberhasilan, terapis bisa menggunakan beberapa teknik sebagai berikut:
Terlibat dalam permainan peran dengan klien
Menggunakan humor
Mengkonfrontasi klien dan menolak dalih apapun
Membantu klien dalam merumuskan rencana-rencana yang spesifik bagi
tindakan
Bertindak sebagai model dan guru
Memasang batas-batas dan menyusun situasi terapi
Menggunakan “terapi kejutan verbal” atau sarkasme yang layak untuk
mengkonfrontasi klien dengan tingkah lakunya yang tidak realistis
Melibatkan diri dengan klien dalam upayanya mencari kehidupan yang lebih
efektif.
C. Kelemahan dan Kelebihan
1. Kekurangan
Tidak memberi penekanan cukup pada perasaan, ketaksadaran, nilai
terapis bermimpi, penempatan pemindahan/transferensi dalam konseling,
pengaruh trauma awal masa kanak-kanak, dan kekuatan masa lalu untuk
mempengaruhi kepribadian seseorang. Ada suatu kecenderungan model ini untuk
mengurangi peran yang rumit dari lingkungan sosial dan budaya seseorang dalam
membentuk perilaku. Mungkin ini lebih merupakan tritmen yang berorientasi
gejala dan mengabaikan suatu explorasi isu emosional yang lebih dalam.
13
2. Kelebihan
Jantung konseling Realitas terdiri atas menerima tanggung jawab pribadi
dan pemerolehan kendali yang lebih efektif. Setiap orang mempunyai tanggung
jawab pada hidup mereka bukannya menjadi korban keadaan di luar kendali
mereka. Model Konseling ini mengajar konseli untuk memusatkan pada apa yang
mereka mampu dan ingin lakukan saat ini untuk mengubah perilaku mereka.
Teori ini terdiri dari konsep sederhana dan jelas serta prinsip-prinsipnya
dapat digunakan oleh orang tua, para guru, pelayan/pejasabantuan, pendidik, para
manajer, konsultan, para penyelia, karyawan kemasyarakatan, dan konselor.
14
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konseling merupakan proses belajar yang menekankan dialog rasional
dengan konseli. Konselor secara verbal aktif mengajukan banyak prtanyaan
tentang situasi kehidupan konseli sekarang. konselor menggunakan petanyaan
pada seluruh proses konseling untuk membantu konseli menyadari
tingkahlakunya, membuat pertimbangan nilai atas tingkahlakunya, dan
membangun rencana pengubahan tingkahlaku.
Disamping mengajukan pertanyaan-pertanyaan konselor secara verbal
aktif dalam berbagai cara. Konselor mengikat konseli dengan percakapan yang
menarik dan menyenagkan, yang kadang-kadang tidak berhubungan dengan
masalah konseli saat itu; konselor menggunakan humor, diskusi, sebagai bagian
penting dari konseli. Konfrontasi verbal kadang-kadang juga digunakan,
khususnya bila konselor menerima tiada ampunan. Sebaliknya, diam yang
berkepanjangan antara konselor dan konseli merupakan kejadian yang jarang
terjadi dalam konseling ini. Glasser memandang cara ini (diam) sebagai teknik
konseling yang kurang berpengaruh. Glasser mengharapkan konselor secara
verbal aktif sebagai hal yang diperlukan untuk tetap terlibat dengan konseli.
B. Saran
Konselor dalam menggunakan konseling realita ini sebaiknya juga
menggunakan konseling yang lainnya, agar konseling yang dijalankan dapat
berjalan dengan baik dan tidak bergantung pada konseling realita saja.
15
SUMBER RUJUKAN
Corey, Gerald. 1999. Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Bandung:
Rafika Aditama
Corey, Gerald. 2005. Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Bandung:
Rafika Aditama
Fauzan, Lutfi dan Sudjiono. 1991. Modul Reality Therapy Sebagai Pendekatan
Rasional dalam Konseling Kelompok. IKIP Malang
Fauzan, Lutfi. 1994. Pedekatan-Pendekatan Konseling Individual. Malang: Elang
Emas
http://inunkchubb.blogspot.com/2010/05/reality-
konselling.html?zx=a5a1a3f5e72d0df, diakses dan diunduh pada Senin, 28 Maret
2011, pukul 13.58
http://smphasyimasyari.blogspot.com/2009/05/model-model-konseling.html,
diakses dan diunduh pada, Senin 28 Maret 2011, pukul 13.57
http://www.lailil.co.cc/2010/12/terapi-realita.html, diakses dan di unduh pada
Senin, 28 Maret 2011, pukul 13.59 WIB

Contenu connexe

Tendances

Pendekatan konseling gestal
Pendekatan konseling gestalPendekatan konseling gestal
Pendekatan konseling gestal
varizalamir
 
Modifikasi perilaku
Modifikasi perilakuModifikasi perilaku
Modifikasi perilaku
Afra Balqis
 
Pendekatan konseling behavioral
Pendekatan konseling behavioralPendekatan konseling behavioral
Pendekatan konseling behavioral
misbakhulfirdaus
 
Peta kognitif pendekatan konseling eksistensial humanistik
Peta kognitif pendekatan konseling eksistensial humanistikPeta kognitif pendekatan konseling eksistensial humanistik
Peta kognitif pendekatan konseling eksistensial humanistik
misbakhulfirdaus
 
Komunikasi dalam konseling hakikat masalah dan hakikat klien dalam konseling
Komunikasi dalam konseling hakikat masalah dan hakikat klien dalam konselingKomunikasi dalam konseling hakikat masalah dan hakikat klien dalam konseling
Komunikasi dalam konseling hakikat masalah dan hakikat klien dalam konseling
Sefti Rholanjiba
 

Tendances (20)

PENDEKATAN TEORI REALITA
PENDEKATAN TEORI REALITAPENDEKATAN TEORI REALITA
PENDEKATAN TEORI REALITA
 
Pendekatan konseling gestal
Pendekatan konseling gestalPendekatan konseling gestal
Pendekatan konseling gestal
 
EKSISTENSIAL HUMANISTIK
EKSISTENSIAL HUMANISTIKEKSISTENSIAL HUMANISTIK
EKSISTENSIAL HUMANISTIK
 
psikologi individual adler 1
psikologi individual adler 1psikologi individual adler 1
psikologi individual adler 1
 
1.konsep bk pribadi sosial
1.konsep bk pribadi sosial1.konsep bk pribadi sosial
1.konsep bk pribadi sosial
 
Ppt pendekatan realitas
Ppt pendekatan realitasPpt pendekatan realitas
Ppt pendekatan realitas
 
Modifikasi perilaku
Modifikasi perilakuModifikasi perilaku
Modifikasi perilaku
 
Ppt client centered
Ppt  client centeredPpt  client centered
Ppt client centered
 
PETA KONSEP TEKNIK KONSELING
PETA KONSEP TEKNIK KONSELINGPETA KONSEP TEKNIK KONSELING
PETA KONSEP TEKNIK KONSELING
 
Teori pendekatan gestalt
Teori pendekatan gestaltTeori pendekatan gestalt
Teori pendekatan gestalt
 
Logoterapi - Viktor E. Frankl
Logoterapi - Viktor E. FranklLogoterapi - Viktor E. Frankl
Logoterapi - Viktor E. Frankl
 
Pendekatan konseling behavioral
Pendekatan konseling behavioralPendekatan konseling behavioral
Pendekatan konseling behavioral
 
INTERVENSI PSIKOLOGI KLINIS
INTERVENSI PSIKOLOGI KLINISINTERVENSI PSIKOLOGI KLINIS
INTERVENSI PSIKOLOGI KLINIS
 
Peta kognitif pendekatan konseling eksistensial humanistik
Peta kognitif pendekatan konseling eksistensial humanistikPeta kognitif pendekatan konseling eksistensial humanistik
Peta kognitif pendekatan konseling eksistensial humanistik
 
power point"teknik konseling behavior"
power point"teknik konseling behavior"power point"teknik konseling behavior"
power point"teknik konseling behavior"
 
Peta Kognitif Client Centered
Peta Kognitif Client CenteredPeta Kognitif Client Centered
Peta Kognitif Client Centered
 
Pendekatan Konseling Behavioristik
Pendekatan Konseling BehavioristikPendekatan Konseling Behavioristik
Pendekatan Konseling Behavioristik
 
Pendekatan konseling psikoanalisis
Pendekatan konseling psikoanalisisPendekatan konseling psikoanalisis
Pendekatan konseling psikoanalisis
 
KONSELING KELOMPOK (PENDEKATAN BEHAVIORAL)
KONSELING KELOMPOK (PENDEKATAN BEHAVIORAL)KONSELING KELOMPOK (PENDEKATAN BEHAVIORAL)
KONSELING KELOMPOK (PENDEKATAN BEHAVIORAL)
 
Komunikasi dalam konseling hakikat masalah dan hakikat klien dalam konseling
Komunikasi dalam konseling hakikat masalah dan hakikat klien dalam konselingKomunikasi dalam konseling hakikat masalah dan hakikat klien dalam konseling
Komunikasi dalam konseling hakikat masalah dan hakikat klien dalam konseling
 

En vedette

Rangkuman Pendekatan Konseling
Rangkuman Pendekatan KonselingRangkuman Pendekatan Konseling
Rangkuman Pendekatan Konseling
varizalamir
 
Pendekatan konseling psykoanalisis
Pendekatan konseling psykoanalisisPendekatan konseling psykoanalisis
Pendekatan konseling psykoanalisis
varizalamir
 
Keterampilan dalam konseling traumatik
Keterampilan dalam konseling traumatikKeterampilan dalam konseling traumatik
Keterampilan dalam konseling traumatik
esperokajaya
 
Pendekatan konseling behavioral
Pendekatan konseling behavioralPendekatan konseling behavioral
Pendekatan konseling behavioral
varizalamir
 
Pendekatan konseling sfbt
Pendekatan konseling sfbtPendekatan konseling sfbt
Pendekatan konseling sfbt
varizalamir
 
Verbatim Konseling (topik netral - implementasi)
Verbatim Konseling (topik netral - implementasi)Verbatim Konseling (topik netral - implementasi)
Verbatim Konseling (topik netral - implementasi)
Ayu W. Shepty
 

En vedette (20)

Wawancara Konseling Psiko 1
Wawancara Konseling Psiko 1Wawancara Konseling Psiko 1
Wawancara Konseling Psiko 1
 
Pendekatan konseling realitas 2
Pendekatan konseling realitas 2Pendekatan konseling realitas 2
Pendekatan konseling realitas 2
 
Laporan praktik konseling
Laporan praktik konselingLaporan praktik konseling
Laporan praktik konseling
 
Makalah atribusi sosial
Makalah atribusi sosialMakalah atribusi sosial
Makalah atribusi sosial
 
Makalah kelompok manajemen krisis
Makalah kelompok manajemen krisisMakalah kelompok manajemen krisis
Makalah kelompok manajemen krisis
 
Rangkuman Pendekatan Konseling
Rangkuman Pendekatan KonselingRangkuman Pendekatan Konseling
Rangkuman Pendekatan Konseling
 
Pendekatan konseling psykoanalisis
Pendekatan konseling psykoanalisisPendekatan konseling psykoanalisis
Pendekatan konseling psykoanalisis
 
VERBATIM
VERBATIMVERBATIM
VERBATIM
 
9 pedoman observasi
9 pedoman observasi9 pedoman observasi
9 pedoman observasi
 
Bimbingan konseling
Bimbingan konselingBimbingan konseling
Bimbingan konseling
 
Verbatim terapi client centered CC (REFRENSI)
Verbatim terapi client centered CC (REFRENSI)Verbatim terapi client centered CC (REFRENSI)
Verbatim terapi client centered CC (REFRENSI)
 
Keterampilan dalam konseling traumatik
Keterampilan dalam konseling traumatikKeterampilan dalam konseling traumatik
Keterampilan dalam konseling traumatik
 
Pendekatan konseling behavioral
Pendekatan konseling behavioralPendekatan konseling behavioral
Pendekatan konseling behavioral
 
VERBATIM PADA KONSELING
VERBATIM PADA KONSELINGVERBATIM PADA KONSELING
VERBATIM PADA KONSELING
 
Contoh verbatim (REFRENSI)
Contoh verbatim (REFRENSI)Contoh verbatim (REFRENSI)
Contoh verbatim (REFRENSI)
 
Pendekatan konseling sfbt
Pendekatan konseling sfbtPendekatan konseling sfbt
Pendekatan konseling sfbt
 
peran pendidik dalam bimbingan konseling
peran pendidik dalam bimbingan konselingperan pendidik dalam bimbingan konseling
peran pendidik dalam bimbingan konseling
 
5.prinsip dan fungsi bk
5.prinsip dan fungsi bk5.prinsip dan fungsi bk
5.prinsip dan fungsi bk
 
Verbatim Konseling (topik netral - implementasi)
Verbatim Konseling (topik netral - implementasi)Verbatim Konseling (topik netral - implementasi)
Verbatim Konseling (topik netral - implementasi)
 
Penilaian sikap
Penilaian sikapPenilaian sikap
Penilaian sikap
 

Similaire à Pendekatak konseling realita

Terapi realiti
Terapi realitiTerapi realiti
Terapi realiti
onnel_91
 
Pendekatan konseling trait n factors
Pendekatan konseling trait n factors Pendekatan konseling trait n factors
Pendekatan konseling trait n factors
varizalamir
 
PPT Kelompok 1_Konseling Realitas_Pendekatan dan Teknik dalam Konseling.pptx
PPT Kelompok 1_Konseling Realitas_Pendekatan dan Teknik dalam Konseling.pptxPPT Kelompok 1_Konseling Realitas_Pendekatan dan Teknik dalam Konseling.pptx
PPT Kelompok 1_Konseling Realitas_Pendekatan dan Teknik dalam Konseling.pptx
IyenElviraz
 
50327869 erapi-seni
50327869 erapi-seni50327869 erapi-seni
50327869 erapi-seni
adeq1012
 
Humanistik pendekatan pengajaran
Humanistik pendekatan pengajaranHumanistik pendekatan pengajaran
Humanistik pendekatan pengajaran
Daedaeha S
 
Teory humanistik (bayu prasetya,isnadziya,sayyidah karismatika)
Teory humanistik  (bayu prasetya,isnadziya,sayyidah karismatika)Teory humanistik  (bayu prasetya,isnadziya,sayyidah karismatika)
Teory humanistik (bayu prasetya,isnadziya,sayyidah karismatika)
nadziya
 
Dewi Julaihah_Tokoh Teori Psikologi Perkembangan.pptx
Dewi Julaihah_Tokoh Teori Psikologi Perkembangan.pptxDewi Julaihah_Tokoh Teori Psikologi Perkembangan.pptx
Dewi Julaihah_Tokoh Teori Psikologi Perkembangan.pptx
AmaliaJuaddy
 

Similaire à Pendekatak konseling realita (20)

TEORI HUMANISTIK
TEORI HUMANISTIKTEORI HUMANISTIK
TEORI HUMANISTIK
 
teori tumpuan insan
teori tumpuan insanteori tumpuan insan
teori tumpuan insan
 
Psikologi Konseling Realitas
Psikologi Konseling RealitasPsikologi Konseling Realitas
Psikologi Konseling Realitas
 
Terapi realiti
Terapi realitiTerapi realiti
Terapi realiti
 
Pendekatan konseling trait n factors
Pendekatan konseling trait n factors Pendekatan konseling trait n factors
Pendekatan konseling trait n factors
 
TERAPI REALITI
TERAPI REALITITERAPI REALITI
TERAPI REALITI
 
TEORI REALITI
TEORI REALITITEORI REALITI
TEORI REALITI
 
PPT Kelompok 1_Konseling Realitas_Pendekatan dan Teknik dalam Konseling.pptx
PPT Kelompok 1_Konseling Realitas_Pendekatan dan Teknik dalam Konseling.pptxPPT Kelompok 1_Konseling Realitas_Pendekatan dan Teknik dalam Konseling.pptx
PPT Kelompok 1_Konseling Realitas_Pendekatan dan Teknik dalam Konseling.pptx
 
Kepribadian dan Perilaku Manusia
Kepribadian dan Perilaku ManusiaKepribadian dan Perilaku Manusia
Kepribadian dan Perilaku Manusia
 
PENGERTIAN KONSEP KENDIRI
PENGERTIAN KONSEP KENDIRIPENGERTIAN KONSEP KENDIRI
PENGERTIAN KONSEP KENDIRI
 
50327869 erapi-seni
50327869 erapi-seni50327869 erapi-seni
50327869 erapi-seni
 
Humanistik pendekatan pengajaran
Humanistik pendekatan pengajaranHumanistik pendekatan pengajaran
Humanistik pendekatan pengajaran
 
Kepribadian dan Perilaku Manusia
Kepribadian dan Perilaku ManusiaKepribadian dan Perilaku Manusia
Kepribadian dan Perilaku Manusia
 
Teory humanistik (bayu prasetya,isnadziya,sayyidah karismatika)
Teory humanistik  (bayu prasetya,isnadziya,sayyidah karismatika)Teory humanistik  (bayu prasetya,isnadziya,sayyidah karismatika)
Teory humanistik (bayu prasetya,isnadziya,sayyidah karismatika)
 
Ppt carl rogers
Ppt carl rogersPpt carl rogers
Ppt carl rogers
 
pendekatan Humanistik ppt
pendekatan Humanistik pptpendekatan Humanistik ppt
pendekatan Humanistik ppt
 
2 teori pemusatan insan
2 teori pemusatan insan2 teori pemusatan insan
2 teori pemusatan insan
 
Dewi Julaihah_Tokoh Teori Psikologi Perkembangan.pptx
Dewi Julaihah_Tokoh Teori Psikologi Perkembangan.pptxDewi Julaihah_Tokoh Teori Psikologi Perkembangan.pptx
Dewi Julaihah_Tokoh Teori Psikologi Perkembangan.pptx
 
ULASAN ARTIKEL 4
ULASAN ARTIKEL 4ULASAN ARTIKEL 4
ULASAN ARTIKEL 4
 
makalah keperawatan dasar 1 tentang konsep diri
makalah keperawatan dasar 1 tentang konsep dirimakalah keperawatan dasar 1 tentang konsep diri
makalah keperawatan dasar 1 tentang konsep diri
 

Pendekatak konseling realita

  • 1. 1 PENDEKATAN KONSELING REALITA BAB I PENDAHULUAN I. Latar belakang Konseling Realita pada hakekatnya menentang pendekatan konseling lain yang memperlakukan konseli sebagai individu yang sakit. Diketahui bahwa konseling ini sangat popular di kalangan petugas bimbingan sekolah dan tempat- tempat rehabilitasi. Di samping itu konseling realita memerankan konselor sebagai guru yang menciptakan kondisi yang kondusif mengajar, dan memberi contoh, serta mengajak konseli untuk menghadapi relita. Oleh karena setiap orang, termasuk siswa, selalu dihadapkan pada kenyataan (realita) hidup, maka pendekatan ini tepat untuk dipelajari dan dikuasai untuk diterapkan oleh konselor. konselor mengajarkan tingkah laku yang bertanggung jawab. Dengan demikian konselor yang berkesempatan mempelajarinya akan memiliki kemampuan untuk melaksanakan konseling individual berdasarkan pada pendekatan realita. Dalam makalah ini, penyusun berusaha menjelaskan tentang konseling realita yang di dalamnya meliputi tentang falsafah pendekatan konseling realita dan proses konseling. II. Rumusan Masalah a. Bagaimana falsafah pendekatan konseling realita? b. Bagaimana karakteristik konseling realita? c. Bagaimana hakikat manusia dalam konseling realita? d. Bagaimana pandangan tentang pribadi individu? e. Bagaimana proses terapeutik dalam konseling realita? III. Tujuan a. Untuk mengetahui lebih jauh tentang falsafah konseling realita b. Untuk mengetahui apa saja karakteristik dalam konseling realita c. Untuk mengetahui lebih jauh tentang hakikat manusia
  • 2. 2 d. Untuk mengetahui pandangan pribadi individu e. Untuk mengetahui lebih jauh tentang proses terapeutik dalam konseling realita Falsafah Pendekatan Konseling Realita Konseling realita dicetuskan oleh William Glasser yang lahir pada tahun 1925 dan menghabiskan masa kanak-kanak dan remajanya di Cliveland, Obio, serta dikembangkan oleh Robert Wubbolding. Pertumbuhan Glasser relatif tanpa hambatan, sehingga ia memahami dirinya sebagai lelaki yang baik. Glasser meninggalkan kota kelahirannya setelah ia masuk ke perguruan tinggi. Pada mulanya Glasser belajar dibidang teknik kimia di Universitas Case Institute Of Technology. Pada usia 19 tahun ia dilaporkan sebagai penderita shyness atau rasa malu yang akut. Ia kemudian mengikuti latihan psikiatri pada Veterans Administration Center (Pusat Administrasi Veteran) di Los Angeles Barat, melewatkan tahun terakhirnya di University of California di Los Angeles pada tahun 1957, dan menggondol sertifikat pada tahun 1961. Pada tahun 1956 glasser menjabat sebagai psikiatris pembimbing pada Sekolah Putri di Ventura, sebuah sekolah untuk perawatan anak nakal milik negara bagian California. Pengalaman ini lebih menebalkan lagi keyakinannya betapa teknik dan konsep psikoanalitik itu tidak banyak manfaatnya, oleh karenannya ia mulai mengembangkan dan bereksperimen dengan pendekatan terapeutik yang berbeda, yang pada banyak seginya sangat berlawanan dengan psikoanalisis gaya Freud. Pada tahun 1961 Glasser menerbitkan bukunya yang pertama, Mental Health or Mental Illness? ( Kesehatan Mental atau Sakitnya Mental?)yang memberi landasan pada terapi realitas. Pada dasarnya, model ini telah dikembangkan pada1950-an dan 1960-an. Mula-mula model ini tidak mempunyai teori sistematik tetapi menekankan individu bertanggung jawab untuk apa yang mereka lakukan. Pada mulanya Glasser mulai mengajar teori kendali (control theory), yang mengkondisikan bahwa semua orang mempunyai aneka pilihan tentang apa yang mereka lakukan. Menjelang tahun 1965 pada waktu ia menerbitkan bukunya Terapi Realitas, dia mampu menyatakan keyakinan dasarnya, yaitu bahwa kita semua
  • 3. 3 bertanggungjawab atas pilihan yang kita ambil untuk kemudian kita lakukan dalam hidup ini dan bahwa dalam lingkungan terapeutik yang hangat dan tidak bernada hukuman kita bersedia untuk belajar lebih banyak lagi untuk menentukan pilihan yang lebih efektif, atau cara yang lebih bertanggungjawab terhadap kehidupan kita ini. Terapi realitas bertumpu pada ide sentral bahwa kita memilih sendiri perilaku kita dan oleh karenanya bertanggungg jawab tidak hanya atas apa yang kita lakukan tetapi juga atas bagaiman kita berpikir dan juga merasakan. Pada 1996 Glasser meninjau kembali teori ini dan menamakannya teori pilihan (choice theory), yang menyediakan suatu kerangka kerja tentang mengapa dan bagaimana orang-orang berbuat. Teori Pilihan mempunyai kaitan dengan dunia fenomena konseli dan menekankan cara pandang subjektif di mana konseli merasa dan bereaksi kepada dunia mereka dari lokus evaluasi internal. Perilaku dipandang sebagai usaha terbaik untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Perilaku adalah penuh arti, dirancang untuk menutup senjang antara apa yang kita inginkan dan apa yang kita rasa sedang menjadi pada kita. Perilaku spesifik selalu diturunkan dari kesenjangan ini. Perilaku kita datang dari dalam, dan dengan begitu kita memilih tujuan kita sendiri. Karakteristik Konseling Realita 1. Antideterministik, menolak adanya determinan yang membatasi perkembangan perilaku, sebaliknya, perkembangan perilaku yang bermacam- macam adalah sangat dimungkinkan. 2. Menekankan pada problem solving, konseling pada akhirnya harus dapat menemukan cara-cara mengatasi masalah. 3. Berorientasi pada tindakan (action), putusan yang diambil konseling harus terwujud dalam perilaku nyata, tidak dianggap selesai pada tahap pemahaman saja. 4. Bersifat aktif - direktif, dan didaktif, sehingga jelas bahwa kadar pembelajaran dan pengarahan dalam konseling tinggi.
  • 4. 4 5. Reality therapy tidak menerima sakit mental; diasumsikan konselor tidak terlibat dengan orang sakit mental yang tidak memiliki tanggung jawab atas perilakunya. 6. Berorientasi pada masa kini dan akan datang 7. Tidak menekankan transferensi 8. Konselor mengajarkan realitas kepada klien mengenai cara-cara yang lebih baik dalam meemnuhi kebutuhannya secara bertanggung jawab. 9. Konselor realitas menekankan pada aspek moral dari tingkah laku individu. A. Hakikat Manusia 1. Karakter Manusia a. Manusia adalah makhluk rasional (Rational Being) b. Manusia memiliki potensi dan dorongan untuk belajar dan tumbuh (growth force) c. Manusia memiliki kebutuhan dasar (basic needs) Dalam pandangannya Glasser mempunyai pandangan bahwa semua manusia memiliki kebutuhan dasar, kebutuhan dasar manusia meliputi: kebutuhan bertahan hidup (survival), mencintai dan dicintai (love and belonging), kekuasaan atau prestasi (power or achievement), kebebasan atau kemerdekaan (freedom or independence), dan kesenangan (fun) (Corey, 2005). d. Manusia memerlukan hubungan dengan orang lain e. Manusia selalu menilai tingkah lakunya f. Manusia terikat pada 3R Responsibility (Tanggung Jawab) Glasser mendefinisikan tanggung jawab sebagai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dirinya dengan cara yang tidak merugikan, merampas atau mengorbankan orang lain dalam memenuhi kebutuhan mereka. Sejauh individu bertanggung jawab dalam perbuatannya, sesungguhnya dia telah mencapai identitas sukses atau berhasil dan bermental sehat. Dan demikian pula sebaliknya,
  • 5. 5 jika manusia itu “sakit”dia akan membuat alasan-alasan atas perbuatannya yang tidak bertanggung jawab. Menurut Glasser, bukannya mental sehat yang menjadikan seseorang bertanggung jawab, tetapi tanggung jawablah yang menjadikan orang sehat. Reality (Realitas) Realitas merupakan fenomena yang dapat diamati, fakta-fakta yang tersusun dalam kenyataan. Realitas harus dipandang apa adanya, bukan menurut persepsi tiap individu. Bahkan individu tidak dapat memenuhi kebutuhannya merupakan realitas yang harus diterima. Right (Kebenaran, Keputusan Baik Buruk) Individu menilai perilakunya dengan melihat standar moral yang berlaku. Dalam realitas masyarakat yang ada, telah terdapat standar moral yang merupakan pembanding atas tingkah laku mereka dari segi benar-salah atau baik-buruk. Oleh karena itulah keputusan atau pertimbangan moral dipandang sebagai pembimbing perilaku manusia. Sehubungan dengan hal tersebut, Glasser menyatakan bahwa dia tidak mengusulkan kode-kode moral tertentu dalam kehidupan, akan tetapi ada prinsip-prinsip moral yang umumnya berlaku atau diterima kelompok masyarakat mana pun. 2. Pandangan tentang Pribadi Individu a. Pribadi Sukses Adanya kemampuan mengevaluasi hidup Bertindak dan berbuat secara efektif Adanya kemampuan mengontrol perilakunya. Adanya sikap 3R (right, responsibility, reality). Selain itu, untuk mencapaisuccess identity seorang individu memiliki dua kebutuhan dasar yang harus dipenuhi, yaitu: kebutuhan dicintai dan mencintai. Kebutuhan akan pebergunaan dan keberhargaan b. Pribadi Gagal
  • 6. 6 Penyimpangan perilaku seseorang berkaitan langsung dengan ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar. Semakin menyimpang perilaku seseorang menunjukan semakin besarnya kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi. Perilaku malasuai dapat muncul dalam berbagai tingkat usia, tetapi biasanya penyebabnya ditemukan pada awal masa kanak-kanak: 2- 5 tahun dan 5 – 10 tahun, masa anak dalam asuhan orang tua dan awal masuk sekolah. Lingkungan seolah merupakan sumber lain bagi kegagalan anak. Sekolah menjadi salah satu yang mungkin mengarahkan anak dalam kegagalan. Sebab sekolah biasanya lebih banyak menunjukannya seperti ; menghukum anak bodoh, itu wujud kurang perhatian secara pribadi kepada mereka. Glasser mengamati bahwa banyak anak-anak yang membutuhkan cinta dan harga diri, yang semula memang kurang sejak dari rumah, dan juga tidak ditemukan di sekolah, sehingga semakin meningkatlah identitas kegagalannya. Individu yang tidak dapat memenuhi kebutuhannya akan mengalami penderitaan psikologis ( psychological pain ) yang merupakan tanda ia bermasalah. Secara ingstingtif individu yang demikian akan berusaha mengatasi / mereduksi penderitaannya melalui keterlibatan dengan invidu yang lain. Jika berhasil maka penderitaannya dapat berkurang dan dapat dikatakan ia telah menemukan cara yang baik dalam belajar memenuhi kebutuhannya secara efektif. Begitu pula sebaliknya jika gagal mungkin dia akan mengalami penderitaan yang lebih parah. Gambaran perilaku malasuai dan penyebabnya c. d. e. Kegagalan orang tua dan sekolah untuk terlibat secara emosional Self - involvement Lingkaran kegagalan Kebutuhan tak terpenuhi
  • 7. 7 f. B. Konseling Realita 1. Konsep Utama Penekanan konseling realitas adalah pada asumsi akan tanggung jawab pribadi dan pada urusan terhadap kekinian. Konselor membantu konseli memperoleh kekuatan psikologis untuk menerima tanggung jawab pribadi atas hidup mereka dan membantu mereka belajar berbagai cara untuk memperoleh kembali kendali hidup mereka dan untuk hidup lebih efektif. Konseli ditantang untuk menguji apa yang mereka lakukan, pikirkan, dan rasakan untuk mendapatkan gambaran jika ada suatu cara lebih baik bagi keberfungsian mereka. Konseli melakukan evaluasi diri yang eksplisit atas tiap komponen perilaku untuk menentukan dan memutuskan jika mereka ingin berubah. 2. Kondisi Pengubahan a. Tujuan Konseling Konseling realita membantu individu mencapai otonomi. Otonomi merupakan keadaan kematangan yang menyebabkan orang mampu melepaskan dukungan lingkungan dan menggantikannya dengan dukungan pribadi atau diri sendiri (internal). Tujuan konseling keseluruhan model ini adalah untuk membantu orang menemukan jalan lebih baik dalam memenuhi kebutuhan mereka untuk: survival, cinta dan kepemilikan, kekuasaan/prestasi, kebebasan, dan kesenangan. Pengubahan perilaku perlu menghasilkan kepuasan atas kebutuhan dasar ini. Tujuan lain di samping perubahan tingkah laku meliputi pertumbuhan pribadi, peningkatan, perbaikan lifestyle, dan pengambilan keputusan yang lebih baik. b. Peran Konselor Motivator, yang mendorong klien untuk : menerima dan memperoleh keadaan nyata,baik dalam perbuatan maupun harapan yang ingin dicapainya;dan Tidak mau belajar menerapkan 3R dan kurang memiliki ketrampilan verbal, sosial, dan intelektual
  • 8. 8 merangsang klien untuk mampu mengambil keputusan sendiri,sehingga klien tidak menjadi individu yang hidup selalu ketergantungan yang dapat menyulitkan dirinya sendiri. Penyalur tanggung jawab, sehingga : keputusan terakhir berada di tangan klien; klien sadar bertanggung jawab dan objektif serta realistik dalam menilai perilakunya sendiri. Moralis; Orang yang memegang peranan untuk menentukan kedudukan nilai dari tingkah laku yang dinyatakan kliennya. Terapis akan memberi pujian apabila klien bertanggung jawab atas perilakunya, sebaliknya akan memberi celaan bila tidak dapat bertanggung jawab terhadap perilakunya. Guru; Orang yang berusaha mendidik klien agar memperoleh berbagai pengalaman dalam mencapai harapannya. Pengikat janji (kontraktor); Artinyaperanan terapis punya batas-batas kewenangan, baik berupa limit waktu, ruang, lingkup, kehidupan klen yang dapat dijajagi maupun akibat yang ditimbulkannya. c. Peran Konseli Praktek terapi realitas mulai dengan usaha konselor untuk menciptakanlingkungan yang mendukung di mana klien dapat memulai membuatperubahan dalam hidupnya. Konselor harus bisa terlibat dalam hidup kliennyadengan menciptakan iklim saling mempercayai, dengan cara melalui kombinasiproses mendengarkan dan mengajukan pertanyaan trampil sertamengeksplorasi gambaran yang ada dalam benak klien berupa keinginannya,kebutuhannya, dan persepsinya. Dengan demikian klien diharapkan dapat : Mengevaluasi hidup Bergerak ke arah yang lebih efektif
  • 9. 9 Bergerak maju melalui eksplorasi keinginan-keinginankebutuhan, dan persepsinya. Mengeksplorasi perilaku total. Menentukan perilaku baru. Membuat rencana yang membawa ke arah perubahan. Komitmen terhadap rencana yang telah dibuatnya. 3. Situasi Hubungan Konseling realita didasarkan pada hubungan pribadi dan keterlibatan antara klien dan konselor. Konselordengan kehangatan, pengertian, penerimaan, dan kepercayaan pada kapasitas orang untuk mengembangkan identitas berhasil, harus mengomunikasikan dirinya kepada klien bahwa dirinya membantu. Melalui keterlibatan prbadi dengan konselor, klien banyak belajar mengenai hidup ketimbang memusatkan pada mengungkap kegagalan dan tingkahlaku yang tidak bertanggungjawab. Konselor juga menunjukkan bantuannya melalui menolak untuk memberikan celaan atau mengampuni klien. Konselor cukup membantu melalui memandangnya atas dasar apa yang mereka dapat lakukan ketika menghadapi realita hidup. Bersamaan dengan hubungan yang hangat ini rintangan-rintangan akan terhindarkan. 4. Mekanisme Pengubahan a. Prosedur atau Tahap-Tahap Konseling Prosedur yang spesifik dari praktik konseling realitas ini oleh Wubbolding diringkas dalam model "WDEP". Secara garis besar langkah atau prosedur WDEP: Langkah1 : Keterlibatan (involvement: focus on personal) Pengembangan Keterlibatan dalam tahap ini konselor mengembangkan kondisi fasilitatif konseling, sehingga konseli terlibat dan mengungkapkan apa yang dirasakannya dalam proses konseling Langkah 2 : Eksplorasi Keinginan, Kebutuhan dan Persepsi (wants and needs) Dalam tahap eksplorasi keinginan, kebutuhan dan persepsi konselor
  • 10. 10 berusaha mengungkapkan semua kebutuhan konselidan beserta persepsi konseliterhadap kebutuhannya. Eksplorasi kebutuhan dan keinginan dilakukan terhadap kebutuhan dan keinginan dalam segala bidang. Berikut ini beberapa pertanyaan yang dapat digunakan untuk panduan mengeksplorasi kebutuhan dan keinginan konseli. Kepribadian seperti apa yang kamu inginkan? Jika kebutuhanmu dan keluargamu sesuai, maka kamu ingin keluargamu seperti apa? Apa yang kamu lakukan seandainya kamu dapat hidup sebagaimana yang kamu inginkan? Apakah kamu benar-benar ingin mengubah hidupmu? Apa keinginan yang belum kamu penuhi dalam kehidupan ini? Langkah 3 : Eksplorasi Arah dan Tindakan (direction and doing). Eksplorasi tahap ini dilakukan untuk mengetahui apa saja yang telah dilakukan konseli guna mencapai kebutuhannya. Tindakan yang dilakukan oleh konseli yang dieksplorasi berkaitan dengan masa sekarang. Tindakan atau perilaku masa lalu juga boleh dieksplorasi asalkan berkaitan dengan tindakan masa sekarang dan membantu individu membuat perencanaan yang lebih baik di masa mendatang. Dalam melakukan eksplorasi arah dan tindakan, konselor berperan sebagai cermin bagi konseli. Tahap ini difokuskan untuk mendapatkan esadaran akan total perilaku konseli. Membicarakan perasaan konseli bisa dilakukan asalkan dikaitkan dengan tindakan yang dilakukan oleh klien. Beberapa bentuk pertanyaan yang dapat digunakan dalam tahap ini: “Apa yang kamulakukan?”, “Apa yang membuatmu berhenti untuk melakukan yang kamu inginkan?” Fase 4 : Evaluasi Diri (self evaluation) Tahap ini dilakukan oleh konselor untuk mengevaluasi tindakan yang dilakukan konseli dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginannya: keefektifan dalam memenuhi kebutuhan. Beberapa pertanyaan yang dapat digunakan untuk memandu tahapan ini: a. Apakah yang kamu lakukan menyakiti atau membantumu memenuhi kebutuhan?
  • 11. 11 b. Apakah yang kamu lakukan sekarang seperti yang ingin kamu lakukan? c. Apa perilakumu sekarang bermanfaat bagi kamu? d. Apakah ada kesesuaian antara yang kamu lakukan dengan yang kamu inginkan? Setelah proses evaluasi diri ini diharapkan konseli dapat malakukan evaluasi diri bagi dirinya secara mandiri. Langkah 5 : Rencana dan Tindakan (planning) Ini adalah tahap terakhir dalam konseling realitas. Di tahap ini konselor bersama klien membuat rencana tindakan guna membantu konseli memenuhi keinginan dan kebutuhannya. Perencanaan yang baik harus memenuhi prinsip SAMIC3, yaitu: a. Sederhana (simple) b. Dapat dicapai (attainable) c. Dapat diukur (measureable) d. Segera dilakukan (immediate) e. Keterlibatankonseli(involeved) f. Dikontrol oleh pembuat perencanaan atau konseli (controlled by planner) g. Komitmen (commited) h. Secara terus-menerus dilakukan (continuously done) Ciri-ciri rencana yang bisa dilaksanakan klien: a. Rencana itu didasari motivasi dan kemampuan klien b. Rencana yang baik sederhana dan mudah dipahami c. Rencana berisi runtutan tindakan yang positif d. Konselor mendorong klien untuk melaksanakan rencana secara independen e. Rencana yang efektif dilaksanakan dalam kegiatan sehari-hari dan berulang- ulang f. Rencana merupakan tindakan yang berpusat pada proses, bukan hasilSebelum rencana dilaksanakan, dievaluasi terlebih dahulu apakah realistis dan dapat dilaksanakan Agar klien berkomitmen terhadap rencana, rencana dibuat tertulis dan klien bertanda tangan di dalamnya. Langkah 6 : Evaluasi Pelaksanaan Rencana
  • 12. 12 Sebenarnya, pada langkah perencanaan, konseling dapat dikatakan berakhir. Namun demikian dalam kenyataannya beberapa konseli tidak akan melaksanakan rencananya . dalam hal ini konselor dapat menekankan kepada konseli bahwa seharusnya mereka harus dapat bertanggung jawab atas rencana yang telah dibuatnya sendiri. b. Teknik-teknik dan Prosedur-prosedur utama Terapi realitas bisa ditandai sebagai terapi yang aktif secara verbal. Prosedur-prosedurnya difokuskan pada kekuatan-kekuatan dan potensi-potensi klien yang dihubungkan dengan tingkah lakunya sekarang dan usahanya untuk mencapai keberhasilan dalam hidup. Dalam membantu klien untuk menciptakan identitas keberhasilan, terapis bisa menggunakan beberapa teknik sebagai berikut: Terlibat dalam permainan peran dengan klien Menggunakan humor Mengkonfrontasi klien dan menolak dalih apapun Membantu klien dalam merumuskan rencana-rencana yang spesifik bagi tindakan Bertindak sebagai model dan guru Memasang batas-batas dan menyusun situasi terapi Menggunakan “terapi kejutan verbal” atau sarkasme yang layak untuk mengkonfrontasi klien dengan tingkah lakunya yang tidak realistis Melibatkan diri dengan klien dalam upayanya mencari kehidupan yang lebih efektif. C. Kelemahan dan Kelebihan 1. Kekurangan Tidak memberi penekanan cukup pada perasaan, ketaksadaran, nilai terapis bermimpi, penempatan pemindahan/transferensi dalam konseling, pengaruh trauma awal masa kanak-kanak, dan kekuatan masa lalu untuk mempengaruhi kepribadian seseorang. Ada suatu kecenderungan model ini untuk mengurangi peran yang rumit dari lingkungan sosial dan budaya seseorang dalam membentuk perilaku. Mungkin ini lebih merupakan tritmen yang berorientasi gejala dan mengabaikan suatu explorasi isu emosional yang lebih dalam.
  • 13. 13 2. Kelebihan Jantung konseling Realitas terdiri atas menerima tanggung jawab pribadi dan pemerolehan kendali yang lebih efektif. Setiap orang mempunyai tanggung jawab pada hidup mereka bukannya menjadi korban keadaan di luar kendali mereka. Model Konseling ini mengajar konseli untuk memusatkan pada apa yang mereka mampu dan ingin lakukan saat ini untuk mengubah perilaku mereka. Teori ini terdiri dari konsep sederhana dan jelas serta prinsip-prinsipnya dapat digunakan oleh orang tua, para guru, pelayan/pejasabantuan, pendidik, para manajer, konsultan, para penyelia, karyawan kemasyarakatan, dan konselor.
  • 14. 14 PENUTUP A. Kesimpulan Konseling merupakan proses belajar yang menekankan dialog rasional dengan konseli. Konselor secara verbal aktif mengajukan banyak prtanyaan tentang situasi kehidupan konseli sekarang. konselor menggunakan petanyaan pada seluruh proses konseling untuk membantu konseli menyadari tingkahlakunya, membuat pertimbangan nilai atas tingkahlakunya, dan membangun rencana pengubahan tingkahlaku. Disamping mengajukan pertanyaan-pertanyaan konselor secara verbal aktif dalam berbagai cara. Konselor mengikat konseli dengan percakapan yang menarik dan menyenagkan, yang kadang-kadang tidak berhubungan dengan masalah konseli saat itu; konselor menggunakan humor, diskusi, sebagai bagian penting dari konseli. Konfrontasi verbal kadang-kadang juga digunakan, khususnya bila konselor menerima tiada ampunan. Sebaliknya, diam yang berkepanjangan antara konselor dan konseli merupakan kejadian yang jarang terjadi dalam konseling ini. Glasser memandang cara ini (diam) sebagai teknik konseling yang kurang berpengaruh. Glasser mengharapkan konselor secara verbal aktif sebagai hal yang diperlukan untuk tetap terlibat dengan konseli. B. Saran Konselor dalam menggunakan konseling realita ini sebaiknya juga menggunakan konseling yang lainnya, agar konseling yang dijalankan dapat berjalan dengan baik dan tidak bergantung pada konseling realita saja.
  • 15. 15 SUMBER RUJUKAN Corey, Gerald. 1999. Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Bandung: Rafika Aditama Corey, Gerald. 2005. Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Bandung: Rafika Aditama Fauzan, Lutfi dan Sudjiono. 1991. Modul Reality Therapy Sebagai Pendekatan Rasional dalam Konseling Kelompok. IKIP Malang Fauzan, Lutfi. 1994. Pedekatan-Pendekatan Konseling Individual. Malang: Elang Emas http://inunkchubb.blogspot.com/2010/05/reality- konselling.html?zx=a5a1a3f5e72d0df, diakses dan diunduh pada Senin, 28 Maret 2011, pukul 13.58 http://smphasyimasyari.blogspot.com/2009/05/model-model-konseling.html, diakses dan diunduh pada, Senin 28 Maret 2011, pukul 13.57 http://www.lailil.co.cc/2010/12/terapi-realita.html, diakses dan di unduh pada Senin, 28 Maret 2011, pukul 13.59 WIB