Karya tulis ilmiah ini membahas faktor-faktor yang berhubungan dengan tekanan darah penderita hipertensi pada lansia di Puskesmas Pembina Plaju Palembang tahun 2009. Hipertensi masih menjadi masalah kesehatan utama pada lansia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor-faktor seperti umur, jenis kelamin, dan genetik dengan tekanan darah penderita hipertensi.
3. Apakah terdapat hubungan antara umur dengan tekanan darah penderita hipertensi pada lansia di Puskesmas Pembina Plaju Palembang tahun 2009?
4. Apakah terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan tekanan darah penderita hipertensi pada lansia di Puskesmas Pembina Plaju Palembang tahun 2009?
5. Apakah terdapat hubungan antara keturunan dengan tekanan darah penderita hipertensi pada lansia di Puskesmas Pembina Plaju Palembang tahun 2009?
6. Apakah terdapat hubungan antara obesitas dengan tekanan darah penderita hipertensi pada lansia di Puskesmas Pembina Plaju Palembang tahun 2009?
7. Apakah terdapat hubungan antara kurang olahraga dengan tekanan darah penderita hipertensi pada lansia di Puskesmas Pembina Plaju Palembang tahun 2009?
8.
9. Diketahuinya hubungan antara jenis kelamin dengan tekanan darah penderita hipertensi pada lansia di Puskesmas Pembina Plaju Palembang tahun 2009.
10. Diketahuinya hubungan antara keturunan dengan tekanan darah penderita hipertensi pada lansia di Puskesmas Pembina Plaju Palembang tahun 2009.
11. Diketahuinya hubungan antara obesitas dengan tekanan darah penderita hipertensi pada lansia di Puskesmas Pembina Plaju Palembang tahun 2009.
12.
13. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah yang bermanfaat dalam pengembangan pembelajaran yang berhubungan dengan penyakit hipertensi.
14. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi perpustakaan untuk mengembangkan wawasan serta pengetahuan.
18. Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah, terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya (Sustrani, 2006).
19. Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO (World Health Organization) memberikan batasan tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg, dan tekanan darah sama atau diatas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Batasan ini tidak membedakan antara usia dan jenis kelamin (Marliani, 2007).
20. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Rohaendi, 2008).
23. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
27. Hipertensi dapat didiagnosa sebagai penyakit yang berdiri sendiri, tetapi lebih sering dijumpai terkait dengan penyakit lain, misalnya obesitas, dan diabetes melitus. Berdasarkan penyebabnya, hipertpensi dapat dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu:
29. Yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya (Gunawan, 2001). Sebanyak 90-95 persen kasus hipertensi yang terjadi tidak diketahui dengan pasti apa penyebabnya. Para pakar menunjuk stress sebagai tuduhan utama, setelah itu banyak faktor lain yang mempengaruhi, dan para pakar juga menemukan hubungan antara riwayat keluarga penderita hipertensi (genetik) dengan resiko untuk juga menderita penyakit ini. Faktor- faktor lain yang dapat dimasukkan dalam daftar penyebab hipertensi jenis ini adalah lingkungan,dan faktor yang meningkatkan resikonya seperti obesitas, konsumsi alkohol, dan merokok.
33. Tekanan darah normal, yakni tekanan sistolik kurang atau sama dengan 140 mmHg dan tekanan diastoliknya kurang atau sama dengan 90 mmHg.
34. Tekanan darah borderline (perbatasan), yakni tekanan sistolik 140-159 mmHg dan tekanan diastoliknya 90-94 mmHg
35. Tekanan darah tinggi atau hipertensi, yakni sistolik 1ebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan tekanan diastoliknya lebih besar atau sama dengan 95mmHg.
51. Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala khusus. Menurut Sutanto (2009), gejala-gejala yang mudah diamati antara lain yaitu :
68. Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun. Dari hasil penelitian didapatkan hasil lebih dari setengah penderita hipertensi berjenis kelamin wanita sekitar 56,5%. (Anggraini dkk, 2009).
69. Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia dewasa muda. Tetapi lebih banyak menyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar 60% penderita hipertensi adalah wanita. Hal ini sering dikaitkan dengan perubahan hormon setelah menopause (Marliani, 2007).
71. Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi orang yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang tinggi dari orang yang berusia lebih muda. Hipertensi pada usia lanjut harus ditangani secara khusus. Hal ini disebabkan pada usia tersebut ginjal dan hati mulai menurun, karena itu dosis obat yang diberikan harus benar-benar tepat. Tetapi pada kebanyakan kasus , hipertensi banyak terjadi pada usia lanjut. Pada wanita, hipertensi sering terjadi pada usia diatas 50 tahun. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan hormon sesudah menopause.
72. Hanns Peter (2009) mengemukakan bahwa kondisi yang berkaitan dengan usia ini adalah produk samping dari keausan arteriosklerosis dari arteri-arteri utama, terutama aorta, dan akibat dari berkurangnya kelenturan. Dengan mengerasnya arteri-arteri ini dan menjadi semakin kaku, arteri dan aorta itu kehilangan daya penyesuaian diri.
73. Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga prevalensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan kematian sekitar 50 % diatas umur 60 tahun. Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan serta tekanan darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Peningkatan kasus hipertensi akan berkembang pada umur lima puluhan dan enampuluhan. Dengan bertambahnya umur, dapat meningkatkan risiko hipertensi (http://www.dinkesjatengprov.go.id/ dinkes08/screeningdinkes.pdf).
75. Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga (Anggraini dkk, 2009). Seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi (Marliani, 2007).
76. Menurut Rohaendi (2008), mengatakan bahwa Tekanan darah tinggi cenderung diwariskan dalam keluarganya. Jika salah seorang dari orang tua anda ada yang mengidap tekanan darah tinggi, maka anda akan mempunyai peluang sebesar 25% untuk mewarisinya selama hidup anda. Jika kedua orang tua mempunyai tekanan darah tingi maka peluang anda untuk terkena penyakit ini akan meningkat menjadi 60%.
79. Pada usia pertengahan ( + 50 tahun ) dan dewasa lanjut asupan kalori sehingga mengimbangi penurunan kebutuhan energi karena kurangnya aktivitas. Itu sebabnya berat badan meningkat. Obesitas dapat memperburuk kondisi lansia. Kelompok lansia karena dapat memicu timbulnya berbagai penyakit seperti artritis, jantung dan pembuluh darah, hipertensi (Rohendi, 2008).
80. Untuk mengetahui seseorang mengalami obesitas atau tidak, dapatdilakukan dengan mengukur berat badan dengan tinggi badan, yang kemudian disebut dengan Indeks Massa Tubuh (IMT). Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut:
84. Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak menular, karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi) dan melatih otot jantung sehingga menjadi terbiasa apabila jantung harus melakukan pekerjaan yang lebih berat karena adanya kondisi tertentu (http://www.dinkesjateng prov.go.id /dinkes08/ screening dinkes.pdf).
85. Kurangnya aktivitas fisik menaikan risiko tekanan darah tinggi karena bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk. Orang-orang yang tidak aktif cenderung mempunyai detak jantung lebih cepat dan otot jantung mereka harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi, semakin keras dan sering jantung harus memompa semakin besar pula kekuaan yang mendesak arteri. Latihan fisik berupa berjalan kaki selama 30-60 menit setiap hari sangat bermanfaat untuk menjaga jantung dan peredaran darah. Bagi penderita tekanan darah tinggi, jantung atau masalah pada peredaran darah, sebaiknya tidak menggunakan beban waktu jalan. Riset di Oregon Health Science kelompok laki-laki dengan wanita yang kurang aktivitas fisik dengan kelompok yang beraktifitas fisik dapat menurunkan sekitar 6,5% kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein) faktor penting penyebab pergeseran arteri (Rohaendi, 2008).
87. Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat dapat dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis. Dalam penelitian kohort prospektif oleh dr. Thomas S Bowman dari Brigmans and Women’s Hospital, Massachussetts terhadap 28.236 subyek yang awalnya tidak ada riwayat hipertensi, 51% subyek tidak merokok, 36% merupakan perokok pemula, 5% subyek merokok 1-14 batang rokok perhari dan 8% subyek yang merokok lebih dari 15 batang perhari. Subyek terus diteliti dan dalam median waktu 9,8 tahun. Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu kejadian hipertensi terbanyak pada kelompok subyek dengan kebiasaan merokok lebih dari 15 batang perhari (Rahyani, 2007).
89. Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO) merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram garam) perhari. Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi. (Wolff, 2008).
91. Banyak penelitian membuktikan bahwa alkohol dapat merusak jantung dan organ-organ lain, termasuk pembuluh darah. Kebiasaan minum alkohol berlebihan termasuk salah satu faktor resiko hipertensi (Marliani, 2007).
93. Faktor kebiasaan minum kopi di dapatkan dari satu cangkir kopi mengandung 75 – 200 mg kafein, di mana dalam satu cangkir tersebut berpotensi meningkatkan tekanan darah 5 -10 mmHg.
94.
95. Menurut Sustrani (2006), membiarkan hipertensi membiarkan jantung bekerja lebih keras dan membiarkan proses perusakan dinding pembuluh darah berlangsung dengan lebih cepat. Hipertensi meningkatkan resiko penyakit jantung dua kali dan meningkatkan resiko stroke delapan kalindibanding dengan orang yang tidak mengalami hipertensi.
96. Selain itu hipertensi juga menyebabkan terjadinya payah jantung, gangguan pada ginjal dan kebutaan. Penelitian juga menunjukkan bahwa hipertensi dapat mengecilkan volume otak, sehingga mengakibatkan penurunan fungsi kognitif dan intelektual. Yang paling parah adalah efek jangka panjangnya yang berupa kematian mendadak.
98. Ketika usia bertambah lanjut, seluruh pembuluh darah di tubuh akan semakin mengeras, terutama di jantung, otak dan ginjal. Hipertensi sering diasosiasikan dengan kondisi arteri yang mengeras ini.
100. Payah jantung (Congestive heart failure) adalah kondisi dimana jantung tidak mampu lagi memompa darah yang dibutuhkan tubuh. Kondisi ini terjadi karena kerusakan otot jantung atau system listrik jantung.
102. Hipertensi adalah faktor penyebab utama terjadinya stroke, karena tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pembuluh darah yang sudah lemah menjadi pecah. Bila hal ini terjadi pada pembuluh darah di otak, maka terjadi perdarahan otak yang dapat berakibat kematian. Stroke juga dapat terjadi akibat sumbatan dari gumpalan darah yang macet di pembuluh yang sudah menyempit.
104. Hipertensi dapat menyempitkan dan menebalkan aliran darah yang menuju ginjal, yang berfungsi sebagai penyaringkotoran tubuh. Dengan adanya gangguan tersebut, ginjal menyaring lebih sedikit cairan dan membuangnya kembali kedarah. Gagal ginjal dapat terjadi dan diperlukan cangkok ginjal baru.
108. Agar terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, harus diambil tindakan pencegahan yang baik (stop High Blood Pressure), antara lain menurut bukunya (Gunawan, 2001),dengan cara sebagai berikut:
112. Hindarkan kegemukan (obesitas) dengan menjaga berat badan (b.b) normal atau tidak berlebihan. Batasan kegemukan adalah jika berat badan lebih 10% dari berat badan normal.
114. Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol darah tidak terlalu tinggi. Kadar kolesterol darah yang tinggi dapat mengakibatkan terjadinya endapan kolesterol dalam dinding pembuluh darah. Lama kelamaan, jika endapan kolesterol bertambah akan menyumbat pembuluh nadi dan menggangu peredaran darah. Dengan demikian, akan memperberat kerja jantung dan secara tidak langsung memperparah hipertensi.
116. Menurut penelitian, olahraga secara teratur dapat meyerap atau menghilangkan endapan kolesterol dan pembuluh nadi. Olahraga yang dimaksud adalah latihan menggerakkan semua sendi dan otot tubuh (latihan isotonik atau dinamik), seperti gerak jalan, berenang, naik sepeda. Tidak dianjurkan melakukan olahraga yang menegangkan seperti tinju, gulat, atau angkat besi, karena latihan yang berat bahkan dapat menimbulkan hipertensi.
121. Relaksasi atau meditasi berguna untuk mengurangi stress atau ketegangan jiwa. Relaksasi dilaksanakan dengan mengencangkan dan mengendorkan otot tubuh sambil membayangkan sesuatu yang damai, indah, dan menyenangkan. Relaksasi dapat pula dilakukan dengan mendengarkan musik, atau bernyanyi.
123. Dalam kehidupan dunia modern yang penuh dengan persaingan, tuntutan atau tantangan yang menumpuk menjadi tekanan atau beban stress (ketegangan) bagi setiap orang. Jika tekanan stress terlampau besar sehingga melampaui daya tahan individu, akan menimbulkan sakit kepala, suka marah, tidak bisa tidur, ataupun timbul hipertensi. Agar terhindar dari efek negative tersebut, orang harus berusaha membina hidup yang positif. Beberapa cara untuk membina hidup yang positif adalah sebagai berikut:
149. Menurut Budi Anna Keliat (1999),dalam bukunya (Maryam, 2008) lansia memiliki karakteristik sebagai berikut:
150. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No. 13 tentang kesehatan).
151. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif.
154. Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Dan proses menua merupakan proses yang teru-menerus (berlanjut) secara alamiah. Dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup (Wahjudi, 2000).
156. Masa lanjut usia dimulai sejak seseorang menginjak usia 60 tahun, akan tetapi proses pelayanan fisik sudah dimulai pada usia 40 tahun. Biasanya menginjak lanjut usia ditandai oleh kemunduran-kemunduran biologis yang terlihat sebagai kemunduran fisik menurut Maryam (2008) antara lain:
157. Kulit mulai mengendur dan pada wajah mulai timbul keriput serat garis-garis menetap karena tonus otot berkurang.
168. Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang diteliti (Notoadmodjo, 2005). Berdasarkan penjelasan pada bab sebelumnya, maka kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
186. Data yang dikumpulkan mengunakan kuisioner yang telah disiapkan dengan cara wawancara kepada responden. Penulis melakukan sendiri wawancara secara sistematis dengan lembar kuisioner yang berisi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada Lansia.
189. Analisa univariat yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian, tujuan dari analisa ini hanya untuk menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variable. (Notoatmodjo, 2005)
199. Berdasarkan tabel 5.2 dilihat bahwa dari 42 responden terdapat 14 responden (33,3%) yang berusia >70 tahun dan terdapat 28 responden (66,7%) yang berusia 60-69 tahun.
205. Berdasarkan tabel 5.3 dilihat bahwa dari 42 responden terdapat 14 responden (33,3%) yang berjenis kelamin laki-laki dan terdapat 28 responden (66,7%) yang berjenis kelamin perempuan.
215. Berdasarkan tabel 5.5 dilihat bahwa dari 42 responden terdapat 11 responden (26,2%) yang memiliki kelebihan BB dan terdapat 31 responden (73,8%) yang tidak kelebihan BB.
221. Berdasarkan tabel 5.6 dilihat bahwa dari 42 responden terdapat 17 responden (64,3%) yang tidak melakukan aktivitas olahraga dan terdapat 15 responden (35,7%) yang melakukan aktivitas olahraga.
223. Analisis bivariat dilakukan dengan tabulasi silang (Crosstabs) dan Uji Chi-Square untuk menetukan bentuk hubungan statistik anatara variabel independen
224. ( umur, jenis kelamin, genetik, berat badan,dan kurang olahraga) dengan variabel dependen (tekanan darah penderita hipertensi pada lansia). Hasil analisis bivariat menemukan hubungan antara masing-masing variabel independen dan variabel dependen sebagai uraian pada tabel berikut ini:
229. Jumlah sampel yang masih sedikit untuk memperoleh hasil analisis pada setiap kategori dari variabel yang memenuhi persyaratan uji statistik yang memadai
230. Kuisioner pada variabel independen tidak dilakukan uji validitas dan reabilitas terlebih dahulu.
231. Alat yang digunakan untuk mengukur tekanan darah hanya menggunakan tensimeter biasa. Agar angka yang diperoleh lebih akurat seharusnya menggunaka tensimeter digital.
235. Hubungan Antara Jenis Kelamin Dengan Tekanan Darah Penderita Hipertensi Pada Lansia
236. Dari hasil penelitian diperoleh analisis hubungan antara jenis kelamin dengan tekanan darah penderita hipertensi pada lansia, menunjukkan bahwa dari 28 responden yang berjenis kelamin perempuan ada 13 orang lansia (46,6%) yang memiliki tekanan darah tinggi, sementara dari 14 responden yang berjenis kelamin laki-laki ada 3 orang lansia (21,4%) yang memiliki tekanan darah tinggi. Kemudian dari 28 responden yang berjenis kelamin perempuan ada 15 orang lansia (53,6%) yang memiliki tekanan darah perbatasan, sementara dari 14 responden yang berjenis kelamin laki-laki ada 11 orang lansia (78,6%) yang memiliki tekanan darah perbatasan. Berdasarkan hasil uji Chi-Square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna secara statistik antara jenis kelamin dengan tekanan darah penderita hipertensi pada lansia, dengan nilai P value = 0,217 dimana P> α(0,05).
237. Hal ini sejalan dengan pendapat Marliani (2007) bahwa hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia dewasa muda. Tetapi lebih banyak menyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar 60% penderita hipertensi adalah wanita. Hal ini sering dikaitkan dengan perubahan hormon setelah menopause. Dan berdassarkan penelitian Anggraini dkk (2009), didapatkan lebih dari setengah penderita hipertensi berjenis kelamin wanita sekitar 56,5%. Oleh karena itu, bagi responden perempuan maupun laki-laki hendaknya menjaga pola makannya dan harus tetap rutin mengontrol tekanan darahnya, agar tekanan darah tetap dan tidak meningkat sewaktu-waktu, Dan bagi petugas kesehatan agar selalu menjelaskan tentang pentingnya menjaga pola makan yang sehat dalam kehidupan sehari-hari.
240. Dari hasil penelitian analisis hubungan antara berat badan dengan tekanan darah penderita hipertensi pada lansia, menunjukkan bahwa dari 31 responden yang tidak kelebihan BB ada 10 orang lansia (32,3%) yang memiliki tekanan darah tinggi, sementara dari 11 responden yang kelebihan BB ada 6 orang lansia (54,5%) yang memiliki tekanan darah tinggi. Kemudian dari 31 responden yang tidak kelebihan BB ada 21 orang lansia (67,7%) yang memiliki tekanan darah perbatasan, sementara dari 11 responden yang kelebihan BB ada 5 orang lansia (45,5%) yang memiliki tekanan darah perbatasan. Berdasarkan hasil uji Chi-Square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara berat badan dengan tekanan darah penderita hipertensi lansia, dengan nilai P value = 0,281 dimana P>α (0,05).
241. Berdasarkan pendapat Marliani (2007), mengemukakan bahwa penderita hipertensi sebagian besar mempunyai berat badan berlebih, tetapi tidak menutup kemungkinan orang yang berat badanya normal (tidak obesitas) dapat menderita hipertensi. Curah jantung dan sirkulasi volume darah penderita hipertensi yang obesitas lebih tinggi dibandingkan dengan berat badannya normal. Hal ini tidak sejalan dengan pendapat Rohaendi (2008) yang mengatakan bahwa pada usia pertengahan ( + 50 tahun ) dan dewasa lanjut asupan kalori mengimbangi penurunan kebutuhan energi karena kurangnya aktivitas. Itu sebabnya berat badan meningkat. Obesitas dapat memperburuk kondisi lansia.
242. Dengan demikian peneliti menyimpulkan bahwa selain obesitas, faktor lain juga bisa mempengaruhi kejadian hipertensi pada lansia tidak obesitas yaitu dari pola makan lansia itu sendiri. Oleh karena itu, bagi lansia dan keluarga hendaknya menjaga berat badannya dengan pola makan yang teratur. Dan bagi petugas kesehatan agar memberikan penjelasan tentang pengaruh obesitas serta komplikasi dari penyakit hipertensi.
248. Ada hubungan bermakna antara faktor umur dengan tekanan darah penderita hipertensi pada lansia di Puskesmas Pembina Plaju Palembang tahun 2009 (p-Value (0,010) < (0,05)).
249. Tidak ada hubungan bermakna antara faktor jenis kelamin dengan tekanan darah penderita hipertensi pada lansia di Puskesmas Pembina Plaju Palembang tahun 2009 (p-Value (0,217) > (0,05)).
250. Tidak ada hubungan bermakna antara keturunan dengan tekanan darah penderita hipertensi pada lansia di Puskesmas Pembina Plaju Palembang tahun 2009 (p-Value (0,067) > (0,05)).
251. Tidak ada hubungan bermakna antara obesitas dengan tekanan darah penderita hipertensi pada lansia di Puskesmas Pembina Plaju Palembang tahun 2009 (p-Value (0,281) > (0,05)).
252. Ada hubungan bermakna antara olahraga dengan tekanan darah penderita hipertensi pada lansia di Puskesmas Pembina Plaju Palembang tahun 2009 (p-Value (0,033) < (0,05)).
255. Diharapkan bagi petugas kesehatan terutama di Puskesmas Pembina Plaju Palembang dapat memberikan penyuluhan terutama mengenai faktor yang berhubungan dengan hipertensi bagi lansia
256. Diharapkan kepada para lansia dan keluarga agar sedini mungkin untuk selalu menjaga pola makan dan pola hidup yang sehat agar tidak mudah terkena hipertensi.
257.
258. Faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada kelompok lansia. (http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-makalah/kedokteran/hipertensi kelompok lansia) diakses tanggal 17 April 2009