Dokumen tersebut membahas tentang makna kata rabb dan alam dalam Al-Quran. Rabb didefinisikan sebagai penguasa atau tuan yang berhak mendapatkan penghormatan. Alam merujuk pada seluruh makhluk selain Allah, termasuk manusia, jin, malaikat, hewan dan lainnya. Ayat pertama surat Al-Fatihah menyatakan bahwa hanya Allah yang berhak mendapatkan pujian atas segala nikmat dan kebaikan yang diberikan
1. Nama
: Muhammad Fikri Syarif
Semester
: V (lima)
Fakultas/Jurusan
: FAI/PAI (kls B)
NIM
: 3120110073
Perihal
: jawaban UTS Tafsir Tarbawi
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Kata
mufradnya
, artinya semua makhluk yang ada, lafadz ini biasanya
digunakan untuk kumpulan yang terpisah satu sama lain dengan sifat-sifat yang mendekati akal
jika tidak terdapat pada mereka. Seperti perkataan: alam manusia, alam hewan dan alam
tumbuhan. Tapi tidak boleh digunakan untuk alam batu, alam tanah. Karena alam-alam ini tidak
mengandung makna tarbiyah yang semakna dengan lafadz rabb, adapun jika tampak padanya
kehidupan (berkembang atau tumbuh).
Sedangkan menurut Ibnu Katsir (1986, 1: 131)
Rabb: raja yang menguasai, secara bahasa lafadz rabb mengandung makna:
tuan, seorang penguasa wajib mengishlahkan, dan semua makna tersebut adalah benar
merupakan hak Allah SWT.
Lafadz rabb tidak digunakan kecuali Allah, juga jika diidafatkan, seperti: rabb ad-daar,
Adapun lafadz ar-rabb khusus untuk Allah swt, dikatakan bahwa: rabb itu merupakan nama yang
agung.
: jama dari kata
, yakni semua makhluk selain Allah SWT. Sedangkan lafadz
„Aalam merupakan isim jama yang tidak ada lafadz mufradnya. Alam-alam tersebut merupakan
bagian-bagian makhluk, yang ada di bumi maupun di langit, di darat maupun di laut, dan setiap
zaman beserta pengisinya disebut juga alam.
Makna Ijmali (Surat al-Fatihah: 2)
Ini merupakan salah satu ayat yang sering dibaca, baik ketika shalat maupun di luar
shalat. Kalimat
juga seringali diucapkan manusia sebagai rasa syukur atas
segala bentuk nikmat yang Allah berikan dengan kepada manusia. Namum bukan berarti segala
nikmat diabaikan tanpa harus dijaga.
2. Makna
menurut Imam Asy-Suyuti dan Al-Mahalli berpendapat bahwa: (Tuhan
semesta alam) artinya Allah adalah yang memiliki pujian semua makhluk-Nya, yaitu terdiri dari
manusia, jin, malaikat, hewan-hewan melata dan lain-lainnya. Mereka disebut alam. Karena itu
ada alam manusia, alam jin dan lain sebagainya. Lafadz 'al-`aalamiin' bentuk jamak dari lafadz
'`aalam', yaitu dengan memakai huruf ya dan huruf nun untuk menunjukan makhluk berakal.
Kata 'aalam berasal dari kata `alaamah (tanda) mengingat bahwa alam merupakan tanda bagi
adanya yang menciptakannya. (Hidayat, 2010: 1)
Ibnu Jarir (Ibnu Katsir, 1986:1:25) menyebutkan: di kalangan para ulama mutaa’khirin,
alhamdu adalah pujian melalui ucapan kepada yang berhak mendapatkan pujian disertai
penyebutan segala sifat- sifat baik yang berkenaan dengan dirinya maupun berkenaan dengan
pihak lain. Adapun asy-syukru dilakukan terhadap sifat-sifat yang berkenaan dengan selainnya,
yang disampaikan melalui hati, lisan, dan anggota badan.
Akan
tetapi mereka berbeda pendapat
mengenai
mana
yang lebih umum, al-
hamdu ataukah asy-syukru. Hal ini terdapat dua pendapat. Setelah diteliti antara keduanya
terdapat keumuman dan kekhususan. Al-hamdu lebih umum daripada asy-syukru, karena terjadi
pada sifat-sifat yang berkenaan dengan diri sendiri dan juga pihak lain, misalnya: “Aku
memujinya (al-hamdu) karena sifatnya yang ksatria dan kedermawanannya.” Tetapi juga lebih
khusus karena hanya bisa diungkapkan melalui ucapan. Sedangkan asy-syukru lebih umum
daripada al-hamdu, karena ia dapat diungkapkan melalui ucapan, perbuatan, dan juga niat. Tetapi
lebih khusus, karena tidak bisa dikatakan bahwa aku berterimakasih kepadanya atas sifatnya
yang ksatria, namun bisa dikatakan aku berterimakasih kepadanya atas kedermawanan dan
kebaikannya kepadaku.
Dengan demikin dapat ditarik garis besarnya bahwa
merupakan segala pujian yang
dihaturkan hanya untuk Allah semata karena sifat-sifat-Nya yang agung, diungkapkan melalui
lisan. Berbeda dengan
yang berarti pujian karena kebaikan yang berupa nikmat atau
pemberian, lafadz ini bisa digunakan kepada Allah ataupun manusia, dan diungkapkan bisa
berbentuk lisan, perbuatan ataupun hati.