SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  17
WAHYU DHYATMIKA
[ R E D A K T U R P E L A K S A N A T E M P O ]
[ D I V I S I E K S T E R N A L A L I A N S I J U R N A L I S
I N D E P E N D E N ( A J I ) J A K A R T A ]
Independensi Ruang Redaksi
Overview
 Prinsip Dasar
 Faktor yang mempengaruhi
 Bagaimana mencegahnya
 Contoh Kasus
Prinsip Dasar Independensi
 Mengapa independensi ruang redaksi penting?
Agar berita diproduksi berdasarkan kepentingan
publik dan standar nilai berita semata.
 Media yang tidak memiliki ruang redaksi yang steril
dari kepentingan non-redaksi tidak bisa
menjalankan tugasnya sebagai penyampai informasi
yang layak dipercaya. Berita yang disiarkan
merupakan pesanan dan tidak menggambarkan
realitas yang sesungguhnya terjadi di lapangan.
Independen tapi Berpihak?
 Independen berarti tidak ada pihak lain di luar
redaksi yang mempengaruhi kebijakan editorial
media itu.
 Namun, independen tidak selalu sama dengan
berpihak. Sebuah media bisa berpihak sepanjang
keberpihakan itu merupakan sebuah kebijakan
editorial yang independen dan disampaikan secara
jujur kepada publik.
 Keberpihakan hanya ditunjukkan lewat editorial,
namun pemberitaan tentu harus tetap imparsial dan
cover bothsides.
Faktor yang mempengaruhi
 Tawaran Iklan
Ini yang paling lazim terjadi. Banyak pihak merasa
menekan media lewat iklan adalah salahsatu cara yang
efektif untuk meredam suatu berita.
 Intervensi Pemilik Media
Pemilik media seringkali merasa boleh mencampuri
proses kerja di redaksi. Sebagai pemilik modal, mereka
menganggap media yang membela kepentingan
pemiliknya adalah hal yang wajar.
 Jurnalis yang disuap
Entah itu reporter di lapangan atau redaktur di kantor,
amplop membuat proses kerja keredaksian dan
independensi redaksi terganggu.
Bagaimana Mencegahnya? (1)
 Jika intervensi berasal dari bagian iklan, maka
pencegahannya adalah dengan memastikan
firewall/garis api antara bagian bisnis dan redaksi
ditegakkan. Seharusnya sama sekali tidak ada
komunikasi antara bagian iklan dan redaksi dalam
bentuk apapun. Bagian iklan murni mencari pemasukan
berdasarkan luas jangkauan/oplah/kredibilitas media
tersebut.
 Untuk memastikan adanya garis api, manajemen harus
menyusun standar prosedur operasi yang mengatur pola
relasi redaksi dengan bagian usaha/iklan.
Bagaimana Mencegahnya (2)
 Jika intervensi datang dari pemilik, maka cara terbaik
menangkalnya adalah dengan memperkuat serikat
pekerja. Karyawan harus memiliki forum bersama yang
dilindungi undang-undang untuk membela
kepentingannya, tidak hanya soal kesejahteraan tapi juga
soal profesinya.
 Jika serikat pekerja sudah berdiri maka serikat harus
secepatnya membuka perundingan dengan manajemen
untuk merumuskan Perjanjian Kerja Bersama. Dalam
perjanjian itu, serikat bisa mengusulkan pasal yang
mengatur soal independensi ruang redaksi dan sanksi
bagi pemilik yang melakukan intervensi.
Bagaimana Mencegahnya (3)
 Jika intervensi datang dari jurnalis yang disogok, maka
cara mencegahnya harus meliputi pembangunan sistem
antikorupsi di internal redaksi seperti perumusan kode
perilaku (turunan dari kode etik jurnalistik) yang
mengatur teknis tindak tanduk jurnalis, dan mekanisme
whistleblower agar orang berani melaporkan kejanggalan
di internal redaksi.
 Selain itu, seharusnya ada sistem pengawasan eksternal
redaksi yang kuat (ombudsman misalnya) yang bisa
menerima komplain dari pembaca dan memeriksa
apakah suatu keluhan soal tidak dimuatnya suatu berita
valid atau tidak.
Bagaimana cara mencegahnya? (4)
 Guna meminimalisir intervensi dari jurnalis yang
disogok, proses pengambilan keputusan soal berita
di redaksi juga harus terbuka dan melibatkan semua
kompartemen, sehingga tidak ada satu redaktur
pelaksana yang terlalu berkuasa menentukan
naik/tidaknya suatu berita di wilayahnya.
 Selain itu, seharusnya semua jurnalis, dari reporter
sampai redaktur, berhak mengusulkan ide liputan
dan harus mendapat penjelasan mengapa suatu
berita dimuat/tidak.
Contoh kasus (1): Intervensi Iklan
 Ini sering terjadi di media. Perusahaan atau lembaga
pemerintah yang hendak diinvestigasi berusaha
mempengaruhi naik/tidaknya suatu berita dengan
mengancam membatalkan order iklan.
 Biasanya bagian iklan –yang menerima ancaman
tersebut– akan meneruskan permohonan kliennya ke
redaksi. Bagi redaksi, adanya permintaan macam itu
meneguhkan keyakinan bahwa perusahaan/pejabat
tersebut bermasalah.
 Tapi sejak awal, kasus macam ini bisa diantisipasi
dengan menegaskan aturan garis api dan membuat SOP
komunikasi iklan dengan redaksi. Harus ada aturan
tegas bahwa iklan tidak bisa mengatur berita.
 Sepanjang tidak ada komunikasi antara iklan dan
redaksi, maka jurnalis tidak akan tahu dan tidak akan
peduli perusahaan mana yang memasang iklan di
medianya.
 Untuk itu, interaksi antara redaksi dan iklan harus
diminimalisir. Biasanya koordinasi cukup dibatasi di
level teratas seperti pemred. Level redpel di bawahnya
tak perlu berkomunikasi dengan bagian iklan.
 Ada juga pola intervensi pasca-pemuatan. Iklan yang
sudah diorder dibatalkan karena narasumber tidak puas
dengan pemberitaan tertentu. Ketika insiden macam ini
terjadi, pihak redaksi biasanya tidak tahu, tidak
diberitahu dan memang tidak perlu tahu/peduli.
Contoh kasus (2): Intervensi Pemilik
 Intervensi pemilik biasanya terjadi di media yang punya satu
pemegang saham mayoritas. Kalau pemegang sahamnya
beragam dan tidak ada yang mayoritas, biasanya ada check
and balances di antara para pemegang saham sendiri.
 Meskipun demikian, sebagai antisipasi, di Perjanjian Kerja
Bersama yang dibuat Serikat Pekerja bersama manajemen,
perlu ada klausul yang mengatur independensi ruang redaksi
merupakan sesuatu yang tak bisa ditawar-tawar.
 Independensi newsroom bisa dibangun dengan membatasi
pertemuan antara komisaris/pemilik perusahaan dengan
redaksi. Komisaris misalnya cukup datang ke kantor media
pada acara tahunan seperti ulangtahun pendirian media itu.
Selebihnya tidak ada interaksi.
Contoh kasus (3): Jurnalis Disuap
 Kalau ketahuan, kasus jurnalis yang menerima amplop
biasanya ditangani dengan tegas dengan sanksi berupa
pemecatan.
 Untuk menjamin tidak ada wartawan menerima amplop,
tentu saja kesejahteraan jurnalis harus diperhatikan. Setiap
tahun harus ada evaluasi atas besaran gaji karyawan dengan
membandingkannya dengan perusahaan sejenis.
 Selain itu, kode etik perilaku dan kode etik harus dipahami
redaksi dengan utuh. Libatkan karyawan menyusun kode
etik/kode perilaku.
 Terakhir, harus ada mekanisme pengembalian amplop oleh
kantor misalnya, untuk memastikan tidak ada jurnalis yang
terpaksa menerima sogok karena sungkan/tidak kuasa
menolak.
 Yang kini banyak terjadi adalah wartawan yang menjadi
tim sukses dalam pemilu.
 Di banyak negara maju, wartawan sah-sah saja menjadi
tim sukses selama dia non-aktif atau mundur dari
redaksi media.
 Pelanggaran kode etik terjadi ketika wartawan aktif
menulis berita dan terlibat dalam kegiatan
editorial/jurnalistik dalam rangka memenangkan
kandidat pilihannya.
 Disclosure/Keterbukaan atas kondisi tersebut harus
disampaikan redaksi kepada pembacanya agar pembaca
memahami kemungkinan bias dalam pemberitaan media
tersebut.
Ombudsman
 Ombudsman di media umumnya terdiri dari para
jurnalis senior, akademisi media dan bagian SDM media
ybs. Idealnya, ombudsman juga melibatkan orang luar
untuk meningkatkan obyektifitasnya.
 Ombudsman bisa menerima keluhan, kritik, atau protes
dari pembaca mengenai kualitas berita media tersebut.
Selain itu, ombudsman juga menerima pengaduan dari
internal redaksi mengenai perilaku/pemberitaan.
 Terakhir, ombudsman secara berkala juga menilai berita
di media itu, apakah sudah sesuai standar jurnalistik
atau tidak.
 Dengan adanya Ombudsman, orang di luar
media/pembaca yang mendapat kabar miring soal
perilaku wartawan media itu di lapangan bisa mengadu
pada lembaga itu dan ombudsman akan menyelidiki.
 Pembaca yang protes pada
akurasi/kualitas/obyektivitas/keberpihakan berita-berita
media juga bisa mengadu/menyampaikan kekecewaan
pada Ombudsman. Berdasarkan pengaduan itu,
ombudsman menyelidiki.
 Hasil penyelidikan Ombudsman disampaikan pada
pemred untuk ditindaklanjuti dengan pemberian sanksi.
Terimakasih

Contenu connexe

Tendances

Media Pembelajaran Individual
Media Pembelajaran IndividualMedia Pembelajaran Individual
Media Pembelajaran Individual
Nastiti Rahajeng
 

Tendances (20)

Sejarah Televisi - Comm. Technology
Sejarah Televisi - Comm. TechnologySejarah Televisi - Comm. Technology
Sejarah Televisi - Comm. Technology
 
Materi 1 (TOT Literasi Digital): Internet, Media Sosial, dan Literasi Digital
Materi 1 (TOT Literasi Digital): Internet, Media Sosial, dan Literasi DigitalMateri 1 (TOT Literasi Digital): Internet, Media Sosial, dan Literasi Digital
Materi 1 (TOT Literasi Digital): Internet, Media Sosial, dan Literasi Digital
 
Teknik menulis berita
Teknik menulis beritaTeknik menulis berita
Teknik menulis berita
 
Manajemen redaksi
Manajemen redaksiManajemen redaksi
Manajemen redaksi
 
Sejarah Perkembangan Jurnalistik
Sejarah Perkembangan JurnalistikSejarah Perkembangan Jurnalistik
Sejarah Perkembangan Jurnalistik
 
Dasar jurnalistik
Dasar jurnalistikDasar jurnalistik
Dasar jurnalistik
 
Ppt multimedia pembelajaran indah
Ppt multimedia pembelajaran indahPpt multimedia pembelajaran indah
Ppt multimedia pembelajaran indah
 
Media sosial
Media sosialMedia sosial
Media sosial
 
Media Pembelajaran Individual
Media Pembelajaran IndividualMedia Pembelajaran Individual
Media Pembelajaran Individual
 
Teori teori periklanan
Teori teori periklananTeori teori periklanan
Teori teori periklanan
 
Jurnalisme warga (citizen journalism)
Jurnalisme warga (citizen journalism)Jurnalisme warga (citizen journalism)
Jurnalisme warga (citizen journalism)
 
Dampak positif dan negatif sosial media
Dampak positif dan negatif sosial mediaDampak positif dan negatif sosial media
Dampak positif dan negatif sosial media
 
6 Asumsi Pembelajaran Orang Dewasa (Malcolm S. Knowles)
6 Asumsi Pembelajaran Orang Dewasa (Malcolm S. Knowles)6 Asumsi Pembelajaran Orang Dewasa (Malcolm S. Knowles)
6 Asumsi Pembelajaran Orang Dewasa (Malcolm S. Knowles)
 
Pelatihan Jurnalistik
Pelatihan JurnalistikPelatihan Jurnalistik
Pelatihan Jurnalistik
 
Etika dalam menggunakan jejaring sosial
Etika dalam menggunakan jejaring sosialEtika dalam menggunakan jejaring sosial
Etika dalam menggunakan jejaring sosial
 
22 manajemen-media-online
22 manajemen-media-online22 manajemen-media-online
22 manajemen-media-online
 
Etika jurnalisme
Etika jurnalismeEtika jurnalisme
Etika jurnalisme
 
Media Sosial: Manfaat dan Akibat
Media Sosial: Manfaat dan AkibatMedia Sosial: Manfaat dan Akibat
Media Sosial: Manfaat dan Akibat
 
Perilaku Beragama Menurut pendekatan Humanistik
Perilaku Beragama Menurut pendekatan HumanistikPerilaku Beragama Menurut pendekatan Humanistik
Perilaku Beragama Menurut pendekatan Humanistik
 
Bab 10 teori komunikasi
Bab 10 teori komunikasiBab 10 teori komunikasi
Bab 10 teori komunikasi
 

En vedette

En vedette (6)

Menyediakan informasi untuk publik
Menyediakan informasi untuk publikMenyediakan informasi untuk publik
Menyediakan informasi untuk publik
 
Tantangan untuk profesionalisme dan idealisme jurnalis
Tantangan untuk profesionalisme dan idealisme jurnalisTantangan untuk profesionalisme dan idealisme jurnalis
Tantangan untuk profesionalisme dan idealisme jurnalis
 
Riset Media Monitoring IMMC - Pilgub NTB
Riset Media Monitoring IMMC - Pilgub NTBRiset Media Monitoring IMMC - Pilgub NTB
Riset Media Monitoring IMMC - Pilgub NTB
 
Keberpihakan media pada kepentingan publik
Keberpihakan media pada kepentingan publikKeberpihakan media pada kepentingan publik
Keberpihakan media pada kepentingan publik
 
Manajemen isu: Bagaimana membangun relasi ideal antara Lembaga Publik da Medi...
Manajemen isu: Bagaimana membangun relasi ideal antara Lembaga Publik da Medi...Manajemen isu: Bagaimana membangun relasi ideal antara Lembaga Publik da Medi...
Manajemen isu: Bagaimana membangun relasi ideal antara Lembaga Publik da Medi...
 
Inovasi Jurnalisme di Era Digital
Inovasi Jurnalisme di Era DigitalInovasi Jurnalisme di Era Digital
Inovasi Jurnalisme di Era Digital
 

Similaire à Independensi ruang redaksi

Tugas softskill harits materi
Tugas softskill harits materiTugas softskill harits materi
Tugas softskill harits materi
Rietz Wiguna
 
Iklan dan dimensi etisnya, etika pasar bebas, monopoli
Iklan dan dimensi etisnya, etika pasar bebas, monopoliIklan dan dimensi etisnya, etika pasar bebas, monopoli
Iklan dan dimensi etisnya, etika pasar bebas, monopoli
Sarina Hongland
 

Similaire à Independensi ruang redaksi (20)

Bab iv
Bab ivBab iv
Bab iv
 
Materi Kewirausahaan Bisnis
Materi Kewirausahaan BisnisMateri Kewirausahaan Bisnis
Materi Kewirausahaan Bisnis
 
Tugas softskill harits materi
Tugas softskill harits materiTugas softskill harits materi
Tugas softskill harits materi
 
Hand out advokasi
Hand out advokasiHand out advokasi
Hand out advokasi
 
Artikel b.indo revisi 2 (1)
Artikel b.indo revisi 2  (1)Artikel b.indo revisi 2  (1)
Artikel b.indo revisi 2 (1)
 
Mengenali dan Mengidentifikasi Publik Sasaran
Mengenali dan Mengidentifikasi Publik SasaranMengenali dan Mengidentifikasi Publik Sasaran
Mengenali dan Mengidentifikasi Publik Sasaran
 
BE & GG, Maya Dwi Indrawati, Hapzi Ali, Corruption & fraud
BE & GG, Maya Dwi Indrawati, Hapzi Ali, Corruption & fraudBE & GG, Maya Dwi Indrawati, Hapzi Ali, Corruption & fraud
BE & GG, Maya Dwi Indrawati, Hapzi Ali, Corruption & fraud
 
Iklan dan dimensi etisnya, etika pasar bebas, monopoli
Iklan dan dimensi etisnya, etika pasar bebas, monopoliIklan dan dimensi etisnya, etika pasar bebas, monopoli
Iklan dan dimensi etisnya, etika pasar bebas, monopoli
 
dokumen.tips_dasar-advokasi.docx
dokumen.tips_dasar-advokasi.docxdokumen.tips_dasar-advokasi.docx
dokumen.tips_dasar-advokasi.docx
 
Etika bisnis #iklan dan dimensi etisnya
Etika bisnis #iklan dan dimensi etisnyaEtika bisnis #iklan dan dimensi etisnya
Etika bisnis #iklan dan dimensi etisnya
 
6
66
6
 
Makalah produksi
Makalah produksiMakalah produksi
Makalah produksi
 
3, be & gg, petra vitara wimar. hapzi ali, ethics and business ; envirome...
3, be & gg, petra vitara wimar. hapzi ali, ethics and business ; envirome...3, be & gg, petra vitara wimar. hapzi ali, ethics and business ; envirome...
3, be & gg, petra vitara wimar. hapzi ali, ethics and business ; envirome...
 
Etika Komunikasi Massa (lanjutan)
Etika Komunikasi Massa (lanjutan)Etika Komunikasi Massa (lanjutan)
Etika Komunikasi Massa (lanjutan)
 
Forum quiz be & gg minggu 6,waldy gagantika,hapzi ali,ethical decision ma...
Forum quiz be & gg minggu 6,waldy gagantika,hapzi ali,ethical decision ma...Forum quiz be & gg minggu 6,waldy gagantika,hapzi ali,ethical decision ma...
Forum quiz be & gg minggu 6,waldy gagantika,hapzi ali,ethical decision ma...
 
Etika bisnis baru
Etika bisnis baruEtika bisnis baru
Etika bisnis baru
 
Iklan dan dimensi etisnya
Iklan dan dimensi etisnyaIklan dan dimensi etisnya
Iklan dan dimensi etisnya
 
9
99
9
 
8
88
8
 
Hak pekerja
Hak pekerjaHak pekerja
Hak pekerja
 

Independensi ruang redaksi

  • 1. WAHYU DHYATMIKA [ R E D A K T U R P E L A K S A N A T E M P O ] [ D I V I S I E K S T E R N A L A L I A N S I J U R N A L I S I N D E P E N D E N ( A J I ) J A K A R T A ] Independensi Ruang Redaksi
  • 2. Overview  Prinsip Dasar  Faktor yang mempengaruhi  Bagaimana mencegahnya  Contoh Kasus
  • 3. Prinsip Dasar Independensi  Mengapa independensi ruang redaksi penting? Agar berita diproduksi berdasarkan kepentingan publik dan standar nilai berita semata.  Media yang tidak memiliki ruang redaksi yang steril dari kepentingan non-redaksi tidak bisa menjalankan tugasnya sebagai penyampai informasi yang layak dipercaya. Berita yang disiarkan merupakan pesanan dan tidak menggambarkan realitas yang sesungguhnya terjadi di lapangan.
  • 4. Independen tapi Berpihak?  Independen berarti tidak ada pihak lain di luar redaksi yang mempengaruhi kebijakan editorial media itu.  Namun, independen tidak selalu sama dengan berpihak. Sebuah media bisa berpihak sepanjang keberpihakan itu merupakan sebuah kebijakan editorial yang independen dan disampaikan secara jujur kepada publik.  Keberpihakan hanya ditunjukkan lewat editorial, namun pemberitaan tentu harus tetap imparsial dan cover bothsides.
  • 5. Faktor yang mempengaruhi  Tawaran Iklan Ini yang paling lazim terjadi. Banyak pihak merasa menekan media lewat iklan adalah salahsatu cara yang efektif untuk meredam suatu berita.  Intervensi Pemilik Media Pemilik media seringkali merasa boleh mencampuri proses kerja di redaksi. Sebagai pemilik modal, mereka menganggap media yang membela kepentingan pemiliknya adalah hal yang wajar.  Jurnalis yang disuap Entah itu reporter di lapangan atau redaktur di kantor, amplop membuat proses kerja keredaksian dan independensi redaksi terganggu.
  • 6. Bagaimana Mencegahnya? (1)  Jika intervensi berasal dari bagian iklan, maka pencegahannya adalah dengan memastikan firewall/garis api antara bagian bisnis dan redaksi ditegakkan. Seharusnya sama sekali tidak ada komunikasi antara bagian iklan dan redaksi dalam bentuk apapun. Bagian iklan murni mencari pemasukan berdasarkan luas jangkauan/oplah/kredibilitas media tersebut.  Untuk memastikan adanya garis api, manajemen harus menyusun standar prosedur operasi yang mengatur pola relasi redaksi dengan bagian usaha/iklan.
  • 7. Bagaimana Mencegahnya (2)  Jika intervensi datang dari pemilik, maka cara terbaik menangkalnya adalah dengan memperkuat serikat pekerja. Karyawan harus memiliki forum bersama yang dilindungi undang-undang untuk membela kepentingannya, tidak hanya soal kesejahteraan tapi juga soal profesinya.  Jika serikat pekerja sudah berdiri maka serikat harus secepatnya membuka perundingan dengan manajemen untuk merumuskan Perjanjian Kerja Bersama. Dalam perjanjian itu, serikat bisa mengusulkan pasal yang mengatur soal independensi ruang redaksi dan sanksi bagi pemilik yang melakukan intervensi.
  • 8. Bagaimana Mencegahnya (3)  Jika intervensi datang dari jurnalis yang disogok, maka cara mencegahnya harus meliputi pembangunan sistem antikorupsi di internal redaksi seperti perumusan kode perilaku (turunan dari kode etik jurnalistik) yang mengatur teknis tindak tanduk jurnalis, dan mekanisme whistleblower agar orang berani melaporkan kejanggalan di internal redaksi.  Selain itu, seharusnya ada sistem pengawasan eksternal redaksi yang kuat (ombudsman misalnya) yang bisa menerima komplain dari pembaca dan memeriksa apakah suatu keluhan soal tidak dimuatnya suatu berita valid atau tidak.
  • 9. Bagaimana cara mencegahnya? (4)  Guna meminimalisir intervensi dari jurnalis yang disogok, proses pengambilan keputusan soal berita di redaksi juga harus terbuka dan melibatkan semua kompartemen, sehingga tidak ada satu redaktur pelaksana yang terlalu berkuasa menentukan naik/tidaknya suatu berita di wilayahnya.  Selain itu, seharusnya semua jurnalis, dari reporter sampai redaktur, berhak mengusulkan ide liputan dan harus mendapat penjelasan mengapa suatu berita dimuat/tidak.
  • 10. Contoh kasus (1): Intervensi Iklan  Ini sering terjadi di media. Perusahaan atau lembaga pemerintah yang hendak diinvestigasi berusaha mempengaruhi naik/tidaknya suatu berita dengan mengancam membatalkan order iklan.  Biasanya bagian iklan –yang menerima ancaman tersebut– akan meneruskan permohonan kliennya ke redaksi. Bagi redaksi, adanya permintaan macam itu meneguhkan keyakinan bahwa perusahaan/pejabat tersebut bermasalah.  Tapi sejak awal, kasus macam ini bisa diantisipasi dengan menegaskan aturan garis api dan membuat SOP komunikasi iklan dengan redaksi. Harus ada aturan tegas bahwa iklan tidak bisa mengatur berita.
  • 11.  Sepanjang tidak ada komunikasi antara iklan dan redaksi, maka jurnalis tidak akan tahu dan tidak akan peduli perusahaan mana yang memasang iklan di medianya.  Untuk itu, interaksi antara redaksi dan iklan harus diminimalisir. Biasanya koordinasi cukup dibatasi di level teratas seperti pemred. Level redpel di bawahnya tak perlu berkomunikasi dengan bagian iklan.  Ada juga pola intervensi pasca-pemuatan. Iklan yang sudah diorder dibatalkan karena narasumber tidak puas dengan pemberitaan tertentu. Ketika insiden macam ini terjadi, pihak redaksi biasanya tidak tahu, tidak diberitahu dan memang tidak perlu tahu/peduli.
  • 12. Contoh kasus (2): Intervensi Pemilik  Intervensi pemilik biasanya terjadi di media yang punya satu pemegang saham mayoritas. Kalau pemegang sahamnya beragam dan tidak ada yang mayoritas, biasanya ada check and balances di antara para pemegang saham sendiri.  Meskipun demikian, sebagai antisipasi, di Perjanjian Kerja Bersama yang dibuat Serikat Pekerja bersama manajemen, perlu ada klausul yang mengatur independensi ruang redaksi merupakan sesuatu yang tak bisa ditawar-tawar.  Independensi newsroom bisa dibangun dengan membatasi pertemuan antara komisaris/pemilik perusahaan dengan redaksi. Komisaris misalnya cukup datang ke kantor media pada acara tahunan seperti ulangtahun pendirian media itu. Selebihnya tidak ada interaksi.
  • 13. Contoh kasus (3): Jurnalis Disuap  Kalau ketahuan, kasus jurnalis yang menerima amplop biasanya ditangani dengan tegas dengan sanksi berupa pemecatan.  Untuk menjamin tidak ada wartawan menerima amplop, tentu saja kesejahteraan jurnalis harus diperhatikan. Setiap tahun harus ada evaluasi atas besaran gaji karyawan dengan membandingkannya dengan perusahaan sejenis.  Selain itu, kode etik perilaku dan kode etik harus dipahami redaksi dengan utuh. Libatkan karyawan menyusun kode etik/kode perilaku.  Terakhir, harus ada mekanisme pengembalian amplop oleh kantor misalnya, untuk memastikan tidak ada jurnalis yang terpaksa menerima sogok karena sungkan/tidak kuasa menolak.
  • 14.  Yang kini banyak terjadi adalah wartawan yang menjadi tim sukses dalam pemilu.  Di banyak negara maju, wartawan sah-sah saja menjadi tim sukses selama dia non-aktif atau mundur dari redaksi media.  Pelanggaran kode etik terjadi ketika wartawan aktif menulis berita dan terlibat dalam kegiatan editorial/jurnalistik dalam rangka memenangkan kandidat pilihannya.  Disclosure/Keterbukaan atas kondisi tersebut harus disampaikan redaksi kepada pembacanya agar pembaca memahami kemungkinan bias dalam pemberitaan media tersebut.
  • 15. Ombudsman  Ombudsman di media umumnya terdiri dari para jurnalis senior, akademisi media dan bagian SDM media ybs. Idealnya, ombudsman juga melibatkan orang luar untuk meningkatkan obyektifitasnya.  Ombudsman bisa menerima keluhan, kritik, atau protes dari pembaca mengenai kualitas berita media tersebut. Selain itu, ombudsman juga menerima pengaduan dari internal redaksi mengenai perilaku/pemberitaan.  Terakhir, ombudsman secara berkala juga menilai berita di media itu, apakah sudah sesuai standar jurnalistik atau tidak.
  • 16.  Dengan adanya Ombudsman, orang di luar media/pembaca yang mendapat kabar miring soal perilaku wartawan media itu di lapangan bisa mengadu pada lembaga itu dan ombudsman akan menyelidiki.  Pembaca yang protes pada akurasi/kualitas/obyektivitas/keberpihakan berita-berita media juga bisa mengadu/menyampaikan kekecewaan pada Ombudsman. Berdasarkan pengaduan itu, ombudsman menyelidiki.  Hasil penyelidikan Ombudsman disampaikan pada pemred untuk ditindaklanjuti dengan pemberian sanksi.