Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Pendidikan Seksual secara Formal bagi Siswa Sekolah Menengah Atas di Kota Bandung
1. TUGAS PROPOSAL PENELITIAN SEBAGAI PRASYARAT MENGIKUTI
UJIAN AKHIR SEMESTER MATA KULIAH PSIKOLOGI EKSPERIMEN
USULAN PENELITIAN
Pendidikan Seksual secara Formal bagi Siswa
Sekolah Menengah Atas di Kota Bandung
Diusulkan oleh :
Wahyu Selfiana Harta
190110110050
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2012
Angkatan 2011
2. DAFTAR ISI
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………….. i
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah……………………………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………………... 3
C. Tujuan………………………………………………………………………………………. 3
D. Kegunaan Penelitian………………………………………………………………………... 3
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
4
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Pelaksanaan……………………………………………………………………….. 8
B. Jadwal Kegiatan………………...…………………………………………………………. 8
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………...
9
Lampiran……………………………………………………………………………………... 10
3. BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bagi sebagian ABG (Anak Baru Gede) mungkin sudah tidak asing lagi mendengar istilah
“Nit Not” atau “do-re-mi”, sebuah bahasa yang diartikan sebagai “berburu cowok”. Tentu
saja, mereka menghindari bahasa umum dan menggantinya dengan bahasa gaul yang
tidak biasa dan hanya dimengerti komunitas mereka. Para ABG yang rata-rata masih
pelajar tingkat SMA ini tidak langsung pulang menuju rumah begitu selesai jam sekolah.
Dengan pakaian seragam ketat yang melekat ditubuhnya, mereka meluncur ke pusatpusat pertokoan terkenal, mall dan pusat-pusat keramaian lainnya. Seragam tersebut
diganti dengan pakaian “gaul” yang telah mereka persiapkan dari rumah sebelumnya.
Sudah menjadi rahasia umum, akhir-akhir ini banyak pelajar atau ABG yang
berkeluyuran di pusat-pusat keramaian mencari "mangsa" lelaki hidung belang.
Kurangnya perhatian orang tua, pola hidup bebas, konsumerisme ditambah alat bantu
teknologi yang sudah menjadi bagian dari gaya hidup mereka merupakan penyebab
prostitusi remaja semakin meningkat. Alasan klise sempat pula dilontarkan mereka,
terjun ke dunia pergaulan seks bebas ini karena motif balas dendam, nonton blue film
(BF), atau sakit hati oleh mantan pacar, dan banyak alasan lain.
Dewasa ini fenomena seks bebas dikalangan remaja makin mengkhawatirkan. Menurut
data yang diambil jumlahnya dari tahun ke tahun makin meningkat. Maraknya perilaku
seks bebas ini tidak terlepas dari pengaruh era globalisasi. Pengaruh buruk, tingginya
kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi, dan infeksi menular seksual, HIV/AIDS,
hepatitis C seringkali menjadi akibat umum dari pergaulan bebas.
Berdasarkan penelitian di berbagai kota besar di Indonesia, sekitar 20 hingga 30 persen
remaja mengaku pernah melakukan hubungan seks. Celakanya, perilaku seks bebas
tersebut berlanjut hingga menginjak ke jenjang pernikahan. Ancaman pola hidup seks
bebas remaja secara umum baik di pondokan atau kos-kosan tampaknya berkembang
semakin serius. Sebuah polling yang dilakukan Lembaga Swadaya Masyarakat Sahabat
4. Anak dan Remaja Indonesia (Sahara Indonesia) meneyebutkan bahwa 44,8 persen remaja
Bandung telah melakukan hubungan seks sebagian besar yang tinggal di wilayah koskosan.
Tingginya angka hubungan seks pranikah dikalangan remaja erat kaitannya dengan
meningkatnya jumlah aborsi serta kurangnya pengetahuan remaja akan reproduksi sehat.
Jumlah aborsi saat ini tercatat sekitar 2,3 juta dan 15-20 persen di antaranya dilakukan
oleh remaja. Hal ini pula penyebab tingginya angka kematian ibu di Indonesia dimana
Indonesia merupakan Negara yang angka kematian ibunya tertinggi di Asia Tenggara.
Perilaku seks bebas bisa menimbulkan berbagai macam gangguan, seperti penyakit kulit
menular. Sejalan dengan itu, di RSHS tercatat 60% yang menderita kutil kelamin adalah
usia 16 hingga 25 tahun. Sekitar 60% penderita penyakit kutil kelamin (Condyloma
acuminata) yang datang ke Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung masih berusia
16 hingga 25 tahun. Itu artinya, 60 dari 100 orang muda adalah penderita penyakit kutil
kelamin. Kenyataan ini tentu saja sangat mengkhawatirkan, mengingat penyakit kelamin
tersebut berpotensi untuk menjadi ganas atau kanker.
Saat ini untuk menekan jumlah perilaku seks bebas terutama dikalangan remaja bukan
hanya membentengi diri mereka dengan unsur agama yang kuat, juga dibentengi dengan
pendamping orangtua dan selektivitas dalam memlih teman-teman, karena adanya
kecederungan remaja lebih terbuka kepada teman didekatnya ketimbang orang tua
sendiri.
Pada masa remaja terjadi kematangan mental, emosional sosial, dan fisik (Hurlock, 1992)
sehingga memunculkan rasa ingin tahu yang tinggi terutama terhadap masalah seksual
dalam pembentukan hubungan baru yang lebih matang dengan lawan jenis. Sudah
saatnya di kalangan remaja diberikan suatu bekal pendidikan kesehatan reproduksi di
sekolah-sekolah, namun bukan pendidikan seks vulgar. Pendidikan kesehatan dikalangan
remaja bukan hanya memberikan pengetahuan tentang organ reproduksi, tetapi bahaya
akibat pergaulan bebas, seperti infeksi menular seksual dan sebagainya, agar remaja tidak
mencari informasi dari orang lain atau dari sumber-sumber yang tidak jelas atau bahkan
keliru. Dengan demikian anak-anak remaja ini bisa terhindar dari percobaan melakukan
seks bebas.
5. B. Rumusan Masalah
Setelah melihat latar belakang yang ada dan agar dalam penelitian ini tidak terjadi
kerancuan, maka penulis dapat membatasi dan merumuskan permasalahan yang akan di
angkat dalam penelitian ini. Adapun Rumusan masalah yang diambil adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana pengetahuan pelajar SMA Kota Bandung mengenai hubungan seksual ?
2. Bagaimana kebiasaan tingkahlaku seksual pelajar SMA Kota Bandung ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui dan menjelaskan pengetahuan pelajar SMA Kota Bandung mengenai
hubungan seksual
2. Mengetahui kebiasaan tingkahlaku seksual pelajar SMA Kota Bandung
D. Kegunaan Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dan
pengembangan teori-teori mengenai remaja dan tingkahlakunya, khususnya kesehatan
seksual untuk kajian ilmu dalam bidang perkembangan adolescents.
2. Manfaat Praktis
Manfaat dari dilakukannya penelitian ini adalah kita dapat mengetahui sejauh mana
pemahaman pelajar SMA di Kota Bandung mengenai hubungan seksual yang
mencakup bahaya penyakit dan cara penularan virus melalui kontak langsung seks
bebas. Dengan penelitian ini kita dapat menentukan penting atau tidaknya pendidikan
seks secara formal di lingkungan sekolah bagi siswa SMA di Kota Bandung.
6. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Remaja merupakan suatu keadaan dimana mengalami storm-and-stress yaitu masa
bergolaknya konflik dan kondisi suasana hati (G. Stanley Hall ; 1904). Menurut pandangan Hall,
pemikiran, perasaan, dan perilaku remaja terletak antara kesombongan dan kerendahan hati,
cobaan dan godaan, serta happiness and sadness.
Menurut Santrock (2003), remaja adalah masa perkembangan transisi antara masa kanakkanak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional.
Papalia, dkk (2004) menyatakan bahwa remaja adalah suatu periode yang panjang sebagai
transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Umumnya, remaja dikaitkan dengan
mulainya pubertas, yaitu proses yang mengarah pada kematangan seksual, atau fertilitas yang
merupakan kemampuan untuk reproduksi. Kemudian ditambah lagi bahwa remaja dimulai dari
usia 11 atau 12 tahun sampai 19 atau 20 tahun.
Dari penjelasan para ahli, dapat disimpulkan bahwa remaja adalah suatu masa transisi
dari anak-anak menuju orang dewasa, sehingga posisi remaja disini tidak dapat disebut sebagai
anak-anak dan juga orang dewasa.
Dalam Santrock edisi ke-13 dijelaskan bahwa pada masa remaja, mereka mengalami perubahan
3 domain yang cukup signifikan, yaitu :
1. Proses Biologis
Mencakup perubahan dalam hakikat fisik individu, seperti perkembangan hormone dan
fungsi tubuh. Pubertas ini bukan merupakan efek dari lingkungan. Melainkan terlibat
didalamnya peranan gen yang bersifat hereditas (Kaminski & Palmert, 2008). Pada masa
remaja terjadi pengaktifan fungsi hormone yang berbeda antara laki-laki dan perempuan.
Pada laki-laki didominasi oleh hormone androgen, dan pada perempuan didominasi oleh
hormone estrogens, masing-masing hormone ini menjadi pertanda hormone seks utama
penentu perilaku seksual individu.
Hormon androgen pada laki-laki akan menghasilkan teotosteron yang mempunyai peran
penting dalam perkembangan pubertas, seperti perubahan fisik genital eksternal,
7. pertambahan tinggi, dan perubahan suara. Selain itu juga terjadi kematangan seksual meliputi
penambahan ukuran penis dan testikel, munculnya rambut-rambut halus pada daerah
kelamin; ketiak; dan di area wajah, ejakulasi pertama (wet dreams).
Hormon estrogen pada perempuan akan menghasilkan estradiol yang berperan penting dalam
pertumbuhan dada, perkembangan uterus, perubahan pinggul yang akan lebih lebar daripada
bahu, tumbuhnya bulu halus di daerah kelamin dan ketiak, serta terjadinya menstruasi.
2. Proses Kognitif
Meliputi perubahan pikiran, inteligensi, dan bahasa individu. Pada masa pubertas terjadi
perubahan neuron yang mempengaruhi struktur otak. Berdasarkan hasil pengamatan
menggunakan fMRI (functional Magnetic Resonance Imaging) terjadi perubahan yang
signifikan pada Corpus callosum, Prefrontal cortex, dan Amygdala. Corpus callosum
merupakan bagian otak yang menghubungkan hemisfer kiri dengan hemisfer kanan. Masa
adolescene menyebabkan penebalan pada corpus callosum ini, sehingga kemampuan otak
untuk memproses informasi menjadi lebih efektif. Prefrontal cortex berada pada level
tertinggi pada rentang usia 18-25 tahun, bagian ini berperan penting dalam menilai
(judgment), reasoning, dan self control. Sementara Amygdala berkembang dengan cepat
sebelum bagian lain dari otak dapat membantu mengontrol emosi atau anger yang menjadi
fungsi utama dari limbic system pada amygdala.
3. Proses Sosio-emosional
Meliputi perubahan dalam hubungan individu dengan manusia lain, seperti emosi,
kepribadian, dan peran sesuai konteks sosial. Pada awal remaja, emosi merupakan
komponen yang paling menonjol. Karena pada masa ini, bisa saja suatu waktu remaja
merasa terlalu senang (mood naik) dan setelahnya menjadi drop sekali (mood turun) atau
menurun secara drastis. Perubahan emosi ini tidak terlepas dari peningkatan fungsi hormone
dan perkembangan otak yang memicu ketidakseimbangan emosi atau kesulitan dalam
mengontrol emosi.
8. Pembagian masa remaja
Masa remaja dikelompokkan menjadi :
1. Remaja Awal (early adolescence)
Sub tahap ini ditunjukan untuk individu yang berusia 11-14 tahun. Umumnya, ini terjadi
pada siswa sekolah menengah pertama dan individu ini tengah mengalami banyak perubahan
fisik akibat dari pubertas
2. Remaja Akhir (late adolescence)
Sub tahap ini ditujukan untuk individu yang berusia 15-19 tahun. Ini terjadi pada siswa
sekolah menengah atas dan mahasiswa perguruan tinggi di tahun awal perkuliahan. Dalam
sub tahap ini muncul minat yang lebih nyata untuk karir, pacaran, dan eksplorasi identitas
(Santrock, 2003)
Yang menjadi pembahasan pada penelitian ini adalah sub tahapan remaja akhir (late
adolescene), karena pada tahap ini individu mulai memiliki rasa ingin tahu yang tinggi akan halhal yang belum pernah ia lakukan, sehingga muncul keinginan untuk mencoba sesuatu yang
baru. Dalam kasus ini, tidak menutup kemungkinan remaja memiliki keingintahuan yang besar
terhadap hubungan seks. Mereka mencari contoh melalui gambar, film-film, atau menggunakan
imajinasi mereka untuk membayangkan hal tersebut. Ini dapat memicu kesalahan remaja dalam
bertindak, mengingat terdapat 30.09 % subjek yang berpacaran melakukan hubungan seksual
bebas dan peristiwa tersebut umumnya terjadi pertama kali pada usia 15-17 tahun. Meskipun
sangat mengejutkan, namun kondisi ini banyak terdapat pada siswa sekolah menengah atas.
Menurut para ahli, salah satunya adalah Kartono seorang ilmuan sosiologi, (dalam Lapu,
2010) mengemukakan pendapatnya bahwa kenakalan remaja yang dikenal dengan istilah juvenile
delinquency merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk
pengabaian sosial. Akibatnya, mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang.
Pergaulan seks bebas di kalangan remaja Indonesia saat ini memang sangatlah
memprihatinkan. Berdasarkan beberapa data, di antaranya dari Komisi Perlindungan Anak
Indonesia (KPAI) menyatakan sebanyak 32 persen remaja usia 14 hingga 18 tahun di kota-kota
9. besar di Indonesia (Jakarta, Surabaya, dan Bandung) pernah berhubungan seks. Hasil survei lain
juga menyatakan, satu dari empat remaja Indonesia melakukan hubungan seksual pranikah dan
membuktikan 62,7 persen remaja kehilangan perawan saat masih duduk di bangku SMP, dan
bahkan 21,2 persen di antaranya berbuat ekstrim, yakni pernah melakukan aborsi. Aborsi
dilakukan sebagai jalan keluar dari akibat dari perilaku seks bebas.
Bahkan penelitian LSM Sahabat Anak dan Remaja Indonesia (Sahara) Bandung antara
tahun 2000-2002, remaja yang melakukan seks pra nikah, 72,9% hamil, dan 91,5% di antaranya
mengaku telah melakukan aborsi lebih dari satu kali. Secara kumulatif, aborsi di Indonesia
diperkirakan mencapai 2,3 juta kasus per tahun. Setengah dari jumlah itu dilakukan oleh wanita
yang belum menikah, sekitar 10-30% adalah para remaja.Artinya, ada 230 ribu sampai 575 ribu
remaja putri yang diperkirakan melakukan aborsi setiap tahunnya.
Pada umumnya remaja memperoleh pendidikan tentang seks sebagian besar melalui
teman dan media cetak ataupun elektronik. Hal ini dikarenakan ada anggapan tabu untuk
berbicara seks yang masih menancap dalam benak sebagian masyarakat. Akibatnya anak-anak
yang beranjak remaja jarang sekali mendapat bekal pengetahuan seks yang cukup. Mereka
merasa paling tidak nyaman bila membahas soal seks dengan anggota keluarga. Terkadang juga
kesalahan terletak pada orang tua itu sendiri yaitu dikarenakan orang tua sering tidak memahami
perubahan yang terjadi pada remaja. Maka pendidikan seks bagi remaja menjadi program yang
harus segera terlaksana.
Pemberian informasi seksual menjadi penting terlebih lagi mengingat remaja berada
dalam potensi seksual yang aktif, karena berkaitan dengan dorongan seksual yang dipengaruhi
hormon dan sering tidak memiliki informasi yang cukup mengenai aktivitas seksual mereka
sendiri (Handbook of Adolecent psychology, 1980). Tentu saja hal tersebut akan sangat
berbahaya bagi perkembangan jiwa remaja bila ia tidak memiliki pengetahuan dan informasi
yang tepat. Fakta menunjukkan bahwa sebagian besar remaja kita tidak mengetahui dampak dari
perilaku seksual yang mereka lakukan, seringkali remaja sangat tidak matang untuk melakukan
hubungan seksual terlebih lagi jika harus menanggung resiko dari hubungan seksual tersebut.
10. BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
Metode Pelaksanaan
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas II dan III dari lima SMA di Kota
Bandung. Alat ukur atau pengumpul data berupa questioner dengan skala pengetahuan
mengenai hubungan seks dan skala perilaku seksualitas. Metode penelitian ini non
experimental dengan menggunakan quantitative research yang mana hasilnya berupa data
numerikal dan dapat diukur. Sedangkan analisa data menggunakan teknik korelasi, apakah
terdapat hubungan antara pengetahuan siswa mengenai hubungan seks dengan perilaku
seksualitas.
Jadwal Kegiatan Program
Bulan
No
I
1
1.
Rancangan alat ukur
Perumusan konten
questioner
Penyusunan questioner
2.
Penentuan sampel
3.
Pengambilan data
4.
Pengumpulan & analisis
data
5.
Membuat laporan akhir
II
III
Minggu ke-
Jadwal Kegiatan
Minggu ke-
Minggu ke-
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
11. Lampiran
BIODATA PENELITI
Nama
:
WAHYU SELFIANA HARTA
NPM
:
190110110050
Fakultas
:
Psikologis
Alamat
:
Jl. Ciseke Besar, Pondok Intan Anyelir, Cikeruh Jatinangor, Sumedang
Telp / HP
:
085274192627
Email
:
wahyuselfiana@yahoo.co.id
Ttd
Wahyu Selfiana Harta
NPM. 190110110050
12. DAFTAR PUSTAKA
Lantika, Diah Ayu Christa, 2009. Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku SiswaSiswi SMU Negeri Kota Bandung Terhadap Perilaku Seks Bebas Tahun 2008. Laporan
Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.
Cynthia, Trida, 2008. Konformitas Kelompok dan Perilaku Seks Bebas Pada Remaja
2007. Laporan Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Gunadharma.
Fitriana, Nur Gilang, 2010. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Tentang Seks Pranikah
Dengan Perilaku Seksual pada Siswa SMK XX SEMARANG 2010. Laporan Skripsi.
http://rameoa.blogspot.com/2012/01/seks-bebas-di-kalangan-remaja-pelajar.html diakses
18 Desember pukul 19:32 WIB