Pengkajian keperawatan pasien infark miokard akut meliputi pengkajian kondisi umum, kesadaran, sirkulasi, jalan nafas, dan pernafasan untuk mengidentifikasi masalah yang mengancam jiwa pasien seperti syok, henti jantung, atau sumbatan pernafasan.
2. PENGERTIAN
Infark Miocard Akut Infark Myokard Akut
adalah kematian (IMA) adalah suatu
jaringan miokard keadaan nekrosis
diakibatkan oleh miokard yang akibat
kerusakan aliran darah aliran darah ke otot
koroner miokard jantung terganggu
(oenyempitan atau (Hudack & Galo 1996).
sumbatan arteri koroner Iskemia yang
diakibatkan oleh berlangsung lebih dari
aterosklerosis atau 30-45 menit akan
penurunan aliran darah menyebabkan kerusakan
akibat syok atau seluler yang irreversibel
perdarahan (Carpenito dan kematian otot atau
L.J. , 2000). nekrosis.
3. INSIDEN
IMA merupakan 15-20 % dari penyebab
kematian
Pada pria biasanya 2 kali lebih banyak
kematian dari pada wanita
Sering ditemukan pada pria antara 35-55
tahun, dengan serangan mendadak, tanpa
ada gejala pendahuluan
4. PATOFISIOLOGI
Gangguan koroner dimulai dari kejadian
rupturnya plak ateroma pada arteri koronaria.
Plak yang robek dan rusak akan
mengaktifasi adesi trombosit sehingga
membentuk bekuan fibrin dan trombus pada
koroner.
5.
6.
7.
8. MANIFESTASI KLINIS
Hampir selalu ditandai dengan nyeri yang sangat mendadak
dan terasa oada tiap bagian dada, tetapi bisanya substernal
dan terada pula di daerah punggung kiri, lengan atau
geraham bawah. Sering kali rasa takut, kehabisan tenaga,
berkeringat, pusing, mual dan muntah. Tekanan darah
biasanya menurun, kadang-kadang menurunnya sampai
shock. Pada infark yang berat, terdapat duypneu dan
cyanosis akibat payah jantung. Denyu tjantung bisanya
bertambah tetapi dapat pula berkurang. Sering terjadi
arytmia seperti ekstrasistole dan fibrilasi atrium. Pada
auskultasi di paru-paru terdengar ronchi basah akibat
kongesti paruparu dan edema. Friction rub “bising gesekan”
pericardium pada hari kedua atau ketiga. Kelainan EKG
lebih penting dari pada pemeriksaan fisik. Didapatkan
gelombang Q abnormal, elevasi segmen ST dan gelombang
9. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. EKG
Kelainan EKG lebih penting dari pada
pemeriksaan fisik. Didapatkan gelombang
Q abnormal, elevasi segmen ST dan
gelombang T terbalik.
16. 2. Laboratorium
Laju Endap Darah Meningggi, lekositosis,
kadar protein C-Reaktif meninggi, kadar
SGOT dan LDH (Lactic Dehydrogenase)
meinggi, maksimal 1-2 hari setelah infark
dan kemudian menurun hingga kahir minggu
pertama, Alpha Deydrogenase bertahan
lebih lama dalam darah.
18. KOMPLIKASI
1. Aritmia 4. Aneurisma ventrikel, pada infark
2. Trombo-embolisme, Bila yang meluas, daerah fibrotik
endometrium ventrikel dapat meluas dalam waktu
terkena, biasanya penebalan berbulan-bulan/bertahun-tahun
fibrotik dan trombus mural dan menimbulkan aneurisme
yan gmenyebabkan embolus jantung (trombus mural).
perifer. 5. Regurgitasi mitral akut
3. Perikarditis, biasanya timbul 6. Ruptur jantung dan septum,
pada hari kedua atau ketiga. biasanya terjadi pada akhir
Lokasinya daerah di atas minggu pertama atau permulaan
daerah nekrotik atau minggu kedua, yaitu pada sat
menyeluruh. fokus iskemik palin glunak. Ruptur
akan berakibat perdarahan hebat
perikardial dan tamponade
jantung. Ruptur septum
interventrikel menyebabkan shut
kiri ke kanan.
19. PROGNOSIS
Prognosisi bergantung 1. Fibrilasi vbentrikel
pada luasnya infark, 2. Sohck akibat kerusakan
umur penderita dan myokardium yan gberat
cadangan tenaga (9%)
myocardium. !5-25% 3. Payah jantung (40%)
meninggal dalam waktu 4. Ruptur jantung (5-10%)
6 minggu, tetapi
biasanya meninggal 5. Embolus trombus mural,
dalam waktu 48 jam sangat berbahaya bila
setelah serangan . tersangkut pada alat vital
seperti otak dan ginjal.
Kematian biasanya oleh
20. PENETALAKSANAAN
1. Pencegahan primer, pengendalian faktor
resiko yang dapat meningkatkan kerentanan
penyakit aterogenesis pada pencegahan
penyakit : 1) hiperlipidemia, 2) hipertensi, 3)
merokok, 4) obesitas, 5) diet tinggi kalori,
lemak total. lemak jenuh, kolesterol dan
garam, 6) dibetes, 7) gaya hidup yang
kurang gerak, 8) stres psikososial.
21. A. Pengurangan B. Peningkatan suplai
kebutuhan oksigen oksigen
1. Pengurangan kerja Nitroglieserin
jantung secara pemberian oksigen
farmakologik : vasopresor
Nitrogliserin
antiaritmia
Penghambat beta
adrenergik antikoagulansia dan agen
Digitalis fibrinolitik
Deuritik antagonis kalsium
Vasodilatasi
Sedatif
antagonis kalsium
2. Penguragan kerja jantung
secara fisik
Tirah baring
lingkungan yan tenang
22. REVASKULARISASI KORONER
A. Angioplasty, PTCA
(Percutaneus transluminal
C. Terapi trombolitik, trapi coronary angioplasty) menjadi
utama untuk reperfusi salah satu alternatif terhadap
koroner akut adalah operasi pintas koroner untuk
segolongan obat yang beberapa penderit adengan
penyempitan ateroskleroik
dikenal sebagai yang resisten terhadap terapi
fibrinolitik yang medis.
mencakup B. Revaskularisasi bedah,
streptokinase, pembuluh standar yang
urokinase, aktivator dipakai dala melakukan CABG
plasminogen jaringan (Cangkok pintas arteria
koroner) adalah vena safena
(TPA), dan kompleks magna tungkai dan arteria
aktivator plasmimogen mamaria interna kiri (LIMA)
yang tidak terisolasi dari rongga dada.
(APSAC).
23. PENGKAJIAN
1. Pengkajian kondisi/kesan umum
Pengkajian kondisi umum adalah kesan
pemeriksa terhadap keadaaan pasien.
Kesan didapat dalam beberapa detik untuk
dapat memperkirakan tindakan apa yang
harus segera dilakukan. Cara mengkaji
dilakukan dengan observasi kondisi pasien.
Kesan umum meliputi ; sakit berat, sakit
sedang, atau sakit ringan.
24. Pengkajian kesadaran dengan
2. Pengkajian kesadaran metode AVPU meliputi :
Setelah melakukan a. Alert (A) : pasien berespon
pengkajian kesan umum, terhadap lingkungan
kaji status mental pasien sekelilingnya/sadar
dengan berbicara terhadap kejadian yang
padanya. Kenelkan diri, menimpa.
dan tanya nama pasien. b. Respon velbal (V) :
Perhatikan respon pasien. berespon terhadap
Bila terjadi penurunan pertanyaan perawat.
kesadaran, lakukan c. Respon nyeri (P) : berespon
pengkajian selanjutnya. terhadap respon nyeri.
Pengkajian kesadaran d. Tidak berespon (U) : tidak
dengan metode AVPU berespon terhadap stimulus
meliputi : verbal dan nyeri.
“cara pengkajian” :
Anamnese (tanya) : nama
dan kejadian
Cubit daerah pundak/tepuk
25. PENGKAJIAN PRIMER
Pengkajian primer adalah pengkajian cepat (30
detik) untuk mengidentifikasi dengan segera
masalah aktual dari kondisi life treatening
(mengancam kehidupan). Pengkajian pedoman
pada inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi jika
hal memugkinkan.
Prioritas penilaian dilakukan berdasarkan :
a. Circulation dengan kontrol perdarahan
b. Airway (jalan nafas) dengan kontrol servikal
c. Breathing dan ventilasi
d. Disability
26. CIRCULATION
Ditujukan untuk mengkaji adanya tidaknya denyut nadi,
kemungkinan syok, dan adanya perdarahan eksternal
Denyut nadi; kekuatan, dan kecepatan. Nadi karotis
untuk dewasa, nadi brachialis untuk anak.
Warna kulit dan kelembaban.
Tanda-tanda perdarahan eksternal.
Tanda-tanda jejas/trauma.
Cara pengkajian :
-Look; warna kulit; adanya sianosis pada bibir, perifer,
dan kuku.
-Feel; raba denyut nadi pada dewasa dan anak-anak
diraba arteri karotis, pada bayi dengan meraba arteri
27. NEXT….
Henti jantung adalahgejala syok yang sangat
berat. Penderita mungkin akan menarik nafas
satu/dua kali, setelah itu akan berhenti bernafas.
Penderita akan ditemukan dalam keadaan tidak
sadar. Pada perabaan nadi tidak ditemukan
denyutan. Bila ditemukan henti jantung maka
harus dilakukan pijatan jantung luar yang
merupakan bagian dari RJP yang hanya
menghasilkan 25%-30% curah jantung sehingga
oksigen tambahan mutlak diperlukan. Bila ada
perdarahan eksternal maka lakukan penghentian
perdarahan luar seperti penekanan langsung atau
28. AIRWAY (JALAN NAFAS) DENGAN KONTROL
SERVIKAL.
Ditujukan untuk mengkaji sumbatan total atau
sebagian dan gangguan servikal :
a. Adanya/tidaknya sumbatan jalan nafas
b. Distres pernafasan
c. Adanya kemungkinan fraktur cervikal
Perawat saat mengkaji jalan nafas juga
harus memperhatikan adanya kemungkinan
fraktur servikal. Jika pasien memiliki
jejas/trauma di daerah dada, punggung,
klavikula, leher, muka dan kepala. Maka
perawat harus memperkirakan adanya
kemungkinan fraktur servikal. Bila terjadi
29. NEXT….
Selain itu perawat juga harus memperhatikan
penyebab sumbatan, sehingga dapat
memperkirakan kondisi pasien. Sumbatan
jalan nafas dapat terjadi secara ;
a. Sumbatan total
-Untuk pasien masih sadar : pasien akan
memegang leher, sangat gelisah,
sianosis.
-Untuk pasien tidak sadar : kemungkinan
tidak terdengar suara nafas dan sianosis.
30. NEXT….
b. Sumbatan sebagian
Sumbatan dapat disebabkan oleh berbagai hal,
penderita bernafas dengan berbagai suara :
- Cairan (darah, sekret, aspirasi lambung) akan menimbulkan
suara gurguling.
- Lidah yang jatuh kebelakang akan menimbulkan suara
mengorok.
- Penyempitan jalan nafas akan menimbulkan crowing
(stridor jalan nafas)
Cara pengkajian :
- Look ; lihat apakah penderita kesadaran menurun, gelisah,
sianaosis adanya penggunaan otot tambahan, adanya jejas
di tubuh bagian atas.
- Listen ; dengan atau tanpa stetoscope dengar apakah ada
bunyi pernafasan tambahan.
- Feel ; rasa adanya pergerakan udara ekspirasi.
31. BREATHING DAN VENTILASI
Ditujukan untuk mengkaji henti nafas dan adekuatnya
pernafasan :
Frekuensi nafas dan pergerakan dinding dada.
Suara pernafasan melalui hidung atau mulut.
Udara yang dikeluarkan dari jalan nafas.
Cara pengkajian :
-Look; lihat pergerakan dada, irama kedalaman, dan
bentuk pernafasan, periksa apakah simetris atau
tidak dan adanya dispea.
-Listen; dengan atau tanpa stetoscope dengar
apakah ada suara nafas.
-Feel; rasa adanya pergerakkan udara ekspirasi.
32. NEXT….
Pasien mungkin menderita henti nafas atau
nafas tidak normal >30 atau <8 kali/i. bila
ditemukan pernafasan abdominal selalu
difikirkan kemungkinan cedera tulang
belakang. Perawat harus memberikan
pernafasan buatan bila henti nafas (bagian
dari RJP) atau memberikan oksigen bila
nafas tidak adekuat.
33. DISABILITY
Ditujukan untuk mengkaji kondisi
neuromuskular pasien
Keadaan status kesadaran lebih dalam
(GCS).
Keadaan ekstremitas ; kemampuan motorik
dan sensorik.
34. PENGKAJIAN SEKUNDER
Pengkajian sekunder dilakukan setelah
masalah airway, breathing, dan circulation yang
ditemukan pada pengkajian primer diatasi.
Pengkajian sekunder meliputi pengkajian
objektif dan subyektif dari riwayat keperawatan
(riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit
terdahulu, riwayat pengobatan, riwayat
keluarga) dan pengkajian dari kepala sampai
kaki.
35. METODE PENGKAJIAN :
Metode yang sering dipakai untuk mengkaji riwayat
pasien
S (signs and symptoms) : tanda dan gejala yang
diobservasi dan dirasakan pasien.
A (allergies) : alergi yang dimiliki oleh pasien.
P (pertinent past medical history) : riwayat penyakit
yang diderita oleh pasien.
M (medikation) : tanyakan obat yang telah diminum
pasien untuk mengatasi masalah
L (last oral intake solid or liquid) : makanan/minuman
terakhir; jenis makanan, ada penurunan atau
peningkatan kualitas makan.
E (event leading to injury or illness) : pencetus/kejadian
36. METODE YANG SERING DIPAKAI UNTUK MENGKAJI
NYERI ADALAH :
Metode yang sering dipakai untuk mengkaji nyeri adalah :
P (precipilate) : pemicu dan stimulasi nyeri.
( palliated) : penghilang nyeri, termasuk oabat-
obatan.
(provocation) : penyebab nyeri/mempercepat nyeri.
Q (quality) : seperti apa nyeri dirasakan (tajam, ditusuk,
terbakar).
(quantity)
R (region) : lokasi nyeri.
S (severity) : hebatnya nyeri diukur dengan skala nyeri.
T (time) : kapan mulai, berapa lama,
mendadak/bertahap.
37. SKALA UNTUK MENGKAJI EFEK NYERI PADA HIDUP
SEHARI-HARI (1-10) :
Tidur (1)
Nafsu makan (2)
Konsentrasi (3)
Kerja/sekolah (4)
Hubungan interpersonal (5)
Hubungan perkawinan/seks (6)
Aktivitas rumah (7)
Berkendaraan/berjalan (8)
Waktu senggang (9)
Status emosional (10)