Makalah ini membahas landasan pengembangan kurikulum dalam empat aspek yaitu filosofis, psikologis, sosial budaya, dan perkembangan iptek. Landasan filosofis mencakup filsafat pendidikan dan hubungannya dengan tujuan pendidikan. Landasan psikologis menekankan perkembangan peserta didik dan teori-teori belajar. Landasan sosial budaya mempertimbangkan pengaruh lingkungan. Landasan perkembangan iptek men
1. 1
MAKALAH
Landasan dalam pengembangan kurikulim filosofis, psikologus, sosial budaya dan perkembangan
iptek
DISUSUN OLEH :
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO
2013/2014
KATA PENGANTAR
2. 2
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini
dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi keguruan.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya
miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.
Sidoarjo , 11 Mei 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata pengantar ....................................................................................... i
3. 3
Daftar isi.................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan
a. Latar belakang................................................................................1
b. Rumusan masalah...........................................................................1
Bab II Pembahasan
Landasan pengembangan kurikulum
1. Landasan filosofis...........................................................................3
2. Landasan psikologis .......................................................................6
3. Landasan sosiologis .......................................................................10
4. Landasan lain ................................................................................13
Bab III Penutup
a. Kesimpulan ..................................................................................16
b. Saran.............................................................................................16
Daftar pustaka..............................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
4. 4
A. Latar Belakang
Kurikulum sebagai sebuah rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat
strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya peranan
kurikulum di dalam pendidikan dan dalam perkembangan kehidupan manusia, maka
dalam penyusunan kurikulum tidak bisa dilakukan tanpa menggunakan landasan yang
kokoh dan kuat.
Landasan pengembangan kurikulum tidak hanya diperlukan bagi para penyusun
kurikulum atau kurikulum tertulis yang sering disebut juga sebagai kurikulum ideal,
akan tetapi terutama harus dipahami dan dijadikan dasar pertimbangan oleh para
pelaksana kurikulum yaitu para pengawas pendidikan dan para guru serta pihak-pihak
lain yang terkait dengan tugas-tugas pengelolaan pendidikan, sebagai bahan untuk
dijadikan instrumen dalam melakukan pembinaan terhadap implementasi kurikulum di
setiap jenjang pendidikan. Penyusunan dan pengembangan kurikulum tidak bisa
dilakukan secara sembarangan. Dibutuhkan berbagai landasan yang kuat agar mampu
dijadikan dasar pijakan dalam melakukan proses penyelenggaraan pendidikan, sehingga
dapat memfasilitasi tercapainya sasaran pendidikan dan pembelajaran secara lebih efektif
dan efisien.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat penulis rumuskan permasalahan-
permasalahan dalam makalah ini antara lain :
1. Apa maksud dari landasan pengembangan kurikulum?
2. Apa landasan-landasan pengembangan kurikulum itu?
3. Jelaskan masing-masing landasan pengembangan kurikulum!
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat penulis pahamai dan tentukan tujuan
dari penyusunan makalah ini secara khusus adalah :
1. Memiliki wawasan/pemahaman yang luas tentang landasan pengembangan
kurikulum.
5. 5
2. Mengidentifikasi beberapa landasan kurikulum yang harus dijadikan dasar pijakan
dalam mengembangkan kurikulum oleh berbagai pihak terkait, seperti para pembuat
kebijakan pendidikan, baik di tingkat pusat maupun daerah dalam melakukan
program perencanaan pendidikan maupun dalam melakukan pembinaan.
3. Mengetahui dan memahami macam-macam landasan dalam pengembangan
kurikulum.
BAB II
6. 6
PEMBAHASAN
LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM
Suatu bangunan kurikulum memiliki empat komponen yaitu komponen tujuan,
isi/materi, proses pembelajaran, dan komponen evaluasi, maka agar setiap komponen
bisa menjalankan fungsinya secara tepat dan bersinergi, maka perlu ditopang oleh
sejumlah landasan yaitu landasan filosofis sebagai landasan utama, masyarakat dan
kebudayaan, individu (peserta didik), dan teori-teori belajar (psikologis).
1. LANDASAN FILOSOFIS
Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum ialah pentingnya rumusan yang
didapatkan dari hasil berpikir secara mendalam, analisis, logis, sistematis dalam
merencanakan, melaksanakan, membina dan mengembangkan kurikulum baik dalam
bentuk kurikulum sebagai rencana (tertulis), terlebih kurikulum dalam bentuk
pelaksanaan di sekolah.
a) Filsafat Pendidikan
Filsafat berupaya mengkaji berbagai permasalahan yang dihadapai manusia,
termasuk masalah pendidikan. Pendidikan sebagai ilmu terapan, tentu saja memerlukan
ilmu-ilmu lain sebagai penunjang, di antaranya filsafat. Filsafat pendidikan pada
dasarnya adalah penerapan dan pemikiran-pemikiran filosofis untuk memecahkan
masalah-masalah pendidikan. Menurut Redja Mudyahardjo (1989), terdapat tiga sistem
pemikiran filsafat yang sangat besar pengaruhnya dalam pemikiran pendidikan pada
umumnya dan pendidikan di Indonesia pada khususnya, yaitu : filsafat idealisme,
realisme dan filsafat fragmatisme.
b) Filsafat dan Tujuan Pendidikan
7. 7
Bidang telaahan filsafat pada awalnya mempersoalkan siapa manusia itu? Kajian
terhadap persoalan ini berupaya untuk menelusuri hakikat manusia, sehingga muncul
beberapa asumsi tentang manusia. Misalnya manusia adalah makhluk religius, makhluk
sosial, makhluk yang berbudaya, dan lain sebagainya. Dari beberapa telaahan tersebut
filsafat mencoba menelaah tentang tiga pokok persoalan, yaitu hakikat benar-salah
(logika), hakikat baik-buruk (etika), dan hakikat indah-jelek (estetika). Oleh karena itu
maka ketiga pandangan tersebut sangat dibutuhkan dalam pendidikan. Terutama dalam
menentukan arah dan tujuan pendidikan. Artinya ke mana pendidikan akan dibawa,
terlebih dahulu harus ada kejelasan pandangan hidup manusia atau tentang hidup dan
eksistensinya.
Filsafat akan menentukan arah kemana peserta didik akan dibawa, filsafat
merupakan perangkat nilai-nilai yang melandasi dan membimbing ke arah pencapaian
tujuan pendidikan. Oleh karena itu, filsafat yang dianut oleh suatu bangsa atau
kelompok masyarakat tertentu atau bahkan yang dianut oleh perorangan akan sangat
mempengaruhi terhadap tujuan pendidikan yang ingin dicapai.
Tujuan pendidikan nasional di Indonesia tentu saja bersumber pada pandangan dan
cara hidup manusia Indonesia, yakni Pancasila. Hal ini berarti bahwa pendidikan di
Indonesia harus membawa peserta didik agar menjadi manusia yang berPancasila.
Dengan kata lain, landasan dan arah yang ingin diwujudkan oleh pendidikan di
Indonesia adalah yang sesuai dengan kandungan falsafah Pancasila itu sendiri.
Sebagai implikasi dari nilai-nilai filsafat Pancasila yang dianut bangsa Indonesia,
dicerminkan dalam rumusan tujuan pendidikan nasional seperti terdapat dalam UU
No.20 Tahun 2003, yaitu : Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadimanusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri
dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab (Pasal 2 dan 3). Dalam
rumusan tujuan pendidikan nasional tersebut, tersurat dan tersirat nilai-nilai yang
terkandung dalam rumusan Pancasila.
8. 8
Melalui rumusan tujuan pendidikan nasional di atas, sudah jelas tergambar bahwa
peserta didikyang ingin dihasilkan oleh sistem pendidikan kita antara lain adalah untuk
melahirkan manusia yang beriman, bertaqwa, berilmu dan beramal dalam kondisi yang
serasi, selaras dan seimbang. Di sinilah pentingnya filsafat sebagai pandangan hidup
manusia dalam hubunganya dengan pendidikan dan pembelajaran.
c) Manfaat Filsafat Pendidikan
Filsafat pendidikan pada dasarnya adalah penerapan dari pemikiran-pemikiran
filsafat untuk memecahkan permasalahn pendidikan. Dengan demikian tentu saja bahwa
filsafat memiliki manfaat dan memberikan kontribusi yang besar terutama dalam
memberikan kajian sistematis berkenaan dengan kepentingan pendidikan. Menurut
Nasution (1982) mengidentifikasi beberapa manfaat filsafat pendidikan, yaitu:
1) Filsafat pendidikan dapat menentukan arah akan dibawa ke mana anak-anak
melalui pendidikan di sekolah? Sekolah adalah suatu lembaga yang didirikan untuk
mendidik anak-anak ke arah yang dicita-citakan oleh masyarakat, bangsa dan negara.
2) Dengan adanya tujuan pendidikan yang diwarnai oleh filsafat yang dianut, kita
mendapat hambaran yang jelas tentang hasil yang harus dicapai.
3) Filsafat dan tujuan pendidikan memberi kesatuan yang bulat kepada segala
usaha pendidikan.
4) Tujuan pendidikan memungkinkan si penduduk menilai usahanya, hingga
manakah tujuan itu tercapai.
5) Tujuan pendidikan memberikan motivasi atau dorongan bagi kegiatan-lkegiatan
pendidikan.
d) Kurikulum dan Filsafat Pendidikan
Kurikulum pada hakikatnya adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan, karena
tujuan pendidikan sangat dipengaruhi oleh filsafat atau pandangan hidup suatu bangsa,
maka tentu saja kurikulum yang dikembangkan juga akan mencerminkan
falsafah/pandangan hidup yang dianut oleh bangsa tersebut oleh karena itu terdapat
9. 9
hubungan yang sangat erat antara kurikulum pendidikan di suatu negara dengan filsafat
negara yang dianutnya. Sebagai contoh, Indonesia pada masa penjajahan Belanda,
kurikulum yang dianut pada masa itu sangat berorientasi pada kepentingan politik
Belanda. Demikian pula pada saat negara kita dijajah Jepang, maka orientasi kurikulum
berpindah yaitu disesuaikan dengan kepentingan dan sistem nilai yang dianut oleh
negara Matahari Terbit itu. Setelah Indonesia mencapai kemerdekaannya, dan secara
bulat dan utuh menggunakan pancasila sebagai dasar dan falsafah dalam berbangsa dan
bernegara, maka kurikulum pendidikan pun disesuaikan dengan nilai-nilai pancasila itu
sendiri.
Pengembangan kurikulum walaupun pada tahap awal sangat dipengaruhi oleh
filsafat dan ideologi negara, namun tidak berarti bahwa kurikulum bersifat statis,
melainkan senantiasa memerluka pengembangan, pembaharuan dan penyempurnaan
disesuaikan dengan kebutuhan dan tuntutan dan perkembangan zaman yang senantiasa
cepat berubah.
2. LANDASAN PSIKOLOGIS
Penerapan landasan psikologi dalam pengembangan kurikulum, tiada lain agar
upaya pendidikan yang dilakukan dapat menyesuaikan dari segi materi atau bahan yang
harus disampaikan, penyesuaian dari segi proses penyampaian atau pembelajarannya,
dan penyesuaian dari unsur-unsur upaya pendidikan lainnya.
a. Perkembangan Peserta Didik dan Kurikulum
Anak sejak dilahirkan sudah memperlihatkan keunikan-keunikan, seperti
pernyataan dirinya dalam bentuk tangisan atau gerakan-gerakan tertentu. Hal ini
memberikan gambaran bahwa sebenarnya sejak lahir anak telah memiliki potensi untuk
berkembang. Bagi aliran yang sangat percaya dengan kondisi tersebut sering
menganggap anak sebagai orang dewasa dalam bentuk kecil. J.J.Rousseau, seorang
ahli pendidikan bangsa Perancis, termasuk yang fanatik berpandangan seperti itu.
Dewasa dalam bentuk kecil mengandung makna bahwa anak itu belum sepenuhya
memiliki potensi yang diperlukan bagi penyesuaian diri terhadap lingkungannya, ia
10. 10
masih memerlukan bantuan untuk berkembang ke arah kedewasaan yang sempurna
Rousseau memberi tekanan kepada kebebasan berkembang secara mulus menjadi orang
dewasa yang diharapkan.
Pendapat lain mengatakan bahwa perkembangan anak itu adalah hasil dari
pengaruh lingkungan. Anak dianggap sebagai kertas putih, di mana orang-orang di
sekelilingnya dapat bebas menulis kertas tersebut. Pandangan ini bertentangan dengan
pandangan di atas, di mana justru aspek-aspek di luar anak/lingkungannya lebih banyak
mempengaruhi perkembangan anak menjadi individu yang dewasa. Pandangan ini
sering disebut teori Tabularasa dengan tokohnya yaitu John Locke.
Selain kedua pandangan tersebut, terdapat pandangan yang menyebutkan bahwa
perkembangan anak itu merupakan hasil perpaduan antara pembawaan dan lingkungan.
Aliran ini mengakui akan kodrat manusia yang memiliki potensi sejak lahir, namun
potensi ini akan berkembang menjadi baik dan sempurna berkat pengaruh lingkungan.
Aliran ini disebut aliran konvergensi dengan tokohnya yaitu William Stern. Pandangan
yang terakhir ini dikembangkan lagi oleh Havighurst dengan teorinya tentang tugas-
tugas perkembangan (developmental tasks). Tugas-tugas perkembangan yang dimaksud
adalah tugas yang secara nyata harus dipenuhi oleh setiap anak/individu sesuai dengan
taraf/tingkat perkembangan yang dituntut oleh lingkungannya. Apabila tugas-tugas itu
tidak terpenuhi, maka pada taraf perkembangan berikutnya anak/individu tersebut akan
mengalami masalah.
Melalui tugas-tugas ini, anak akan berkembang dengan baik dan beroperasi secara
kumulatif dari yang sederhana menuju ke arah yang lebih kompleks. Namun demikian,
objek penelitian yang dilakukan oleh Havighurst adalah anak-anak Amerika, jadi
kebenarannya masih perlu diteliti dan dikaji dengan cermat disesuaikan dengan anak-
anak Indonesia yang memiliki kondisi lingkungan yang berbeda. Pandangan tentang
anak sebagai makhluk yang unik sangat berpengaruh terhadap pengembangan
kurikulum pendidikan. Setiap anak merupakan pribadi tersendiri, memiliki perbedaan
disamping persamaannya. Implikasi dari hal tersebut terhadap pengembangan
kurikulum yaitu :
11. 11
1) Setiap anak diberi kesempatan untuk berkembang sesuai dengan bakat, minat
dan kebutuhannya.
2) Di samping disediakan pelajaran yang sifatnya umum (program inti) yang wajib
dipelajari setiap anak di sekolah, disediakan pula pelajaran pilihan yang sesuai dengan
minat anak.
3) Kurikulum disamping menyediakan bahan ajar yang bersifat kejuruan juga
menyediakan bahan ajar yang bersifat akademik. Bagi anak yang berbakat di bidang
akademik diberi kesempatan untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan berikutnya.
4) Kurikulum memuat tujuan-tujuan yang mengandung pengetahuan, nilai/sikap,
dan keterampilan yang menggambarkan keseluruhan pribadi yang utuh lahir dan batin.
Implikasi lain dari pengetahuan tentang anak terhadap proses pembelajaran (actual
curriculum) dapat diuraikan sebagai berikut :
1) Tujuan pembelajaran yang dirumuskan secara operasional selalu berpusat
kepada perubahan tingkah laku peserta didik.
2) Bahan/materi yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan, minat dan
perhatian anak, bahan tersebut mudah diterima oleh anak.
3) Strategi belajar mengajar yang digunakan harus sesuai dengan taraf
perkembangan anak.
4) Media yang dipakai senantiasa dapat menarik perhatian dan minat anak.
5) Sistem evaluasi berpadu dalam satu kesatuan yang menyekuruh dan
berkesinambungan dari satu tahap ke tahap yang lainnya dan dijalankan secara terus
menerus.
b. Psikologi Belajar dan Kurikulum
Psikologi belajar merupakan suatu cabang bagaimana individu belajar. Belajar bisa
diartikan sebagai perubahan perilaku yang terjadi melalui pengalaman. Segala
perubahan perilaku baik yang berbentuk kognitif, afektif, maupun psikomotor dan
terjadi karena prosespengalaman dapat dikategorikan sebagai perilaku belajar.
12. 12
Perubahan-perubahan perilaku yang terjadi secara insting atau terjadi karena
kematangan, atau perilaku yang terjadi secara kebetulan, tidak termasuk belajar.
Mengetahui tentang psikologi/teori belajar merupakan bekal bagi para guru dalam tugas
pokoknya yaitu pembelajaran anak.
Psikologi atau teori belajar yang berkembang pada dasarnya dapat dikelompokkan
ke dalam tiga rumpun, yaitu : Teori Disiplin Mental atau Teori Daya (Faculty Theory),
Behaviorisme, dan Organismik atau kognitif Gestalt Field.
1) Menurut Teori Daya (Disiplin Mental)
Menurut teori ini, sejak kelahirannya anak/individu telah memiliki otensi-potensi
atau daya-daya tertentu (faculties) yang masing-masing memiliki fungsi tertentu, seperti
potensi/daya mengingat, daya berfikir, daya mencurahkan pendapat, daya mengamati,
daya memecahkan masalah, dan daya-daya lainnya. Daya-daya tersebut dapat dilatih
agar dapat berfungsi dengan baik. Daya-daya yang telah terlatih dapat dipindahkan
dalam pembentukan daya-daya lain. Pemindahan (transfer) ini mutlak dilakukan
melalui latihan (drill), karena itu pengertian mengajar menurut teori ini adalah melatih
peserta didik dalam daya-daya itu, cara mempelajarinya pada umumnya melalui hapalan
dan latihan.
2) Teori Behaviorisme
Rumpun teori ini mencakup tiga teori, yaitu koneksionisme atau teori asosiasi, teori
kondisioning, dan teori reinforcement (operant conditioning). Behaviorisme berangkat
dari asumsi bahwa individu tidak membawa potensi sejak lahir. Perkembangan individu
ditentukan oleh lingkungan (keluarga, sekolah, masyarakat). Teori ini tidak mengakui
sesuatu yang sifatnya mental, perkembangan anak menyangkut hal-hal nyata yang dapat
dilihat dan diamati. Teori Asosiasi adalah teori yang awal dari rumpun Behaviorisme.
Menurut teori ini kehidupan tunduk kepada hokum stimulus-respon atau aksi-reaksi.
Belajar merupakan upaya untuk membentuk hubungan stimulus-respon sebanyak-
banyaknya.
13. 13
3) Teori Organismik (Gestalt)
Teori ini mengacu pada pengertian bahwa keseluruhan lebih bermakna daripada
bagian-bagian, keseluruhan bukan kumpulan dari bagian-bagian. Manusia dianggap
sebagai makhluk organism yang melakukan hubungan timbale balik dengan lingkungan
secara keseluruhan, hubungan ini dijalin oleh stimulus dan respon. Menurut teori ini,
Stimulus yang hadir itu diseleksi menurut tujuannya, kemudian individu melakukan
interaksi dengannya dan seterusnya terjadi perbuatan belajar. Disini peran guru adalah
sebagai pembimbing bukan penyampai pengetahuan, siswa berperan sebagai pengelola
bahan pelajaran.
Belajar menurut teori ini bukanlah menghapal akan tetapi memecahkan masalah,
dan metoda belajar yang dipakai adalah metoda ilmiah dengan cara anak dihadapkan
pada berbagai permasalahan, merumuskan hipotesis atau praduga, mengumpulkan data
yang diperlukan untuk memecahkan masalah, menguji hipotesis yang telah dirumuskan,
dan pada akhirnya para siswa dibimbing untuk menarik kesimpulan-kesimpulan. Teori
ini banyak mempengaruhi praktek pengajaran di sekolah karena memiliki prinsip
sebagai berikut :
1. Belajar berdasarkan keseluruhan
2. Belajar adalah pembentukan kepribadian
3. Belajar berkat pemahaman
4. Belajar berdasarkan Pengalaman
5. Belajar adalah suatu proses perkembangan
6. Belajar adalah proses berkelanjutan
3. LANDASAN SOSIOLOGIS
Landasan sosiologis menyangkut kekuatan-kekuatan sosial di masyarakat.
Kekuatan-kekuatan itu berkembang dan selalu berubah-ubah sesuai dengan
perkembangan zaman. Kekuatan itu dapat berupa kekuatan yang nyata maupun yang
potensial, yang berpengaruh dalam perkembangan kebudayaan seirama dengan
dinamika masyarakat.
14. 14
a. Perkembangan Peserta Didik dan Kurikulum
Faktor kebudayaan merupakan bagian yang penting dalam pengembangan
kurikulum dengan pertimbangan :
1) Individu lahir tak berbudaya, baik dalam hal kebiasaan, cita-cita, sikap,
pengetahuan, keterampilan, dan lain sebagainya.
2) Kurikulum dalam suatu masyarakat pada dasarnya merupakan refleksi dari cara
orang berpikir, berasa, bercita-cita, atau kebiasaan-kebiasaan.
3) Seluruh nilai yang telah disepakati masyarakat dapat pula disebut kebudayaan.
Kebudayaan adalah hasil dari cipta, rasa, karsa manusia yang diwujudkan dalam tiga
gejala, yaitu:
1. Ide, konsep, gagasan, nilai, norma, peraturan, dan lain-lain.
2. Kegiatan, yaitu tindakan berpola dari manusia dalam bermasyarakat.
3. Benda hasil karya manusia.
b. Masyarakat dan Kurikulum
Mayarakat adalah suatu kelompok individu yang diorganisasikan mereka sendiri ke
dalam kelompok-kelompok berbeda. Kebudayaan hendaknya dibedakan dengan istilah
masyarakat yang mempunyai arti suatu kelompok individu yang terorganisir yang
berpikir tentang dirinya sebagai suatu yang berbeda dengan kelompok atau masyarakat
lainnya. Tiap masyarakat mempunyai kebudayaan sendiri-sendiri, dengan demikian
yang membedakan masyarakat yang satu dengan masyarakat lainnya adalah
kebudayaan. Hal ini mempunyai implikasi bahwa apa yang menjadi keyakinan
pemikiran seseorang, reaksi terhadap perangsang sangat tergantung kepada kebudayaan
di mana ia dibesarkan..
Perubahan sosial budaya dalam suatu masyarakat akan mengubah pula kebutuhan
masyarakat. Kebutuhan masyarakat juga dipenuhi oleh kondisi dari masyarakat itu
sendiri. Adanya perbedaan antara masyarakat satu dengan masyarakat lainnya sebagian
besar disebabkan oleh kualitas individu-individu yang menjadi anggota masyarakat
tersebut. Di sisi lain kebutuhan masyarakat pada umumnya juga berpengaruh terhadap
15. 15
individu-individu sebagai sebagai anggota masyarakat. Oleh karena itu, pengembangan
kurikulum yang hanya berdasarkan pada keterampilan dasar saja tidak akan dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat modern yang bersifat teknologis dan mengglobal.
Pengembangan kurikulum juga harus ditekankan pada pengembangan individu
yang mencakup keterkaitannya dengan lingkungan sosial setempat. Lingkungan sosial
budaya merupakan sumber daya yang mencakup kebudayaan, ilmu pengetahuan dan
teknologi. Berdasarkan uraian di atas, sangatlah penting memperhatikan faktor
kebutuhan masyarakat dalam pengembangan kurikulum. Perkembangan masyarakat
menuntut tersedianya proses pendidikan yang relevan. Untuk terciptanya proses
pendidikan yang sesuai dengan perkembangan masyarakat maka diperlukan rancangan
berupa kurikulum yang landasan pengembangannya memperhatikan faktor
perkembangan masyarakat.
a. Selanjutnya yang perlu diperhatikan dari aspek sosial budaya adalah :
Perubahan pola hidup, yaitu terjadinya perubahan dari masyarakat agraris tradisional
menuju kehidupan industri modern.Perubahan tersebut dapat dilihat dalam beberapa
aspek :
a. Pola kerja, pada masyarakat agraris cenderung teratur berlangsung siang hari, dari
pagi hingga sore, tetapi tidak demikian pada masyarakat indutri, mereka cenderung
tidak teratur, dan memiliki waktu kerja yang lebih panjang.
b. Pola hidup yang sangat bergantung pada hasil teknologi, pada masyarakat industry
ketergantungan pada hasil teknologi lebih tinggi, bahwa dalam kehidupannya menjadi
suatu yang harus dipenuhi, daripada masyarakat petani yang agraris tradisional
c. Pola hidup dalam system perekonomian baru, yaitu bahwa pertumbuhan ekonomi,
ditandai dengan penggunaan produk perbankan dengan sistim baru, munculnya pasar
modern yang semakin menggeser pasar tradisional, tidak hanya membawa dampak
positif saja tetapi terkadang pengaruh negative terhadap pola hidup masyarakat.
Tiga hal tersebut merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan ketika akan menyusun
kurikulum, sehingga dapat ditentukan muatan atau materi untuk bekal menghadapi
kondisi tersebut.
16. 16
b. Perubahan kehidupan politik, yaitu perubahan politik yang diakibatkan era globalisasi,
perubahan yang terjadi baik dalam wilayah nasional maupun internasional. Sebagai
contoh di Indonesia, dengan era reformasinya, maka semua aspek berubah, tidak
terkecuali pendidikan. Pendidikan harus diarahkan untuk menciptakan manusia yang
kritis dan demokratis. Karena itu perubahan kea rah transparansi harus ditangkap oleh
para pengembang kurikulum. Kehidupan demokratis harus menjiwai kurikulum. Hal ini
yang mendasari munculnya produk hukum yang memberikan kewenangan daerah untuk
mengurusi rumah tangganya termasuk dalam bidang pendidikan. Sinyal yang harus
ditangkap para pengembang kurikulum di daerah, untuk memberdayakan pendidikan
sebagai pembentuk generasi yang handal sesuai dengan nilai dan kebutuhan masyarakat
local, nasional, maupun global. Berkaitan dengan sosial budaya ini yang harus
dilakukan oleh para pengembang sebelum menyusun kurikulum adalah :
a. Mempelajari dan memahami kebutuhan masyarakat seperti yang
dirumuskan dalam peraturan perundangan.
b. Menganalisis budaya masyarakat tempat sekolah/madrasah
berada
c. Menganalisis kekuatan serta potensi daerah
d. Menganalisis syarat dan tuntutan tenaga kerja
e. Menginterpretasi kebutuhan individu dalam kerangka kepentingan masyarakat.
4. LANDASAN LAIN
Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Pendidikan merupakan usaha menyiapkan subjek didik (siswa) menghadapi
lingkungan hidup yang mengalami perubahan yang semakin pesat. Pendidikan adalah
usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran
dan atau latihan bagi perannya di masa yang akan datang. Teknologi adalah aplikasi dari
ilmu pengetahuan ilmiah dan ilmu-ilmu lainnya untuk memecahkan masalah-masalah
praktis. Ilmu dan teknologi tak dapat dipisahkan. Ilmu pengetahuan dan teknologi
berkembang teramat pesat seiring lajunya perkembangan masyarakat.
17. 17
Untuk mencapai tujuan dan kemampuan- kemampuan tersebut, maka ada hal-hal
yang dijadikan sebagai dasar, yakni:
1) Pembangunan IPTEK harus berada dalam keseimbangan yang dinamis dan
efektif dengan pembinaan sumber daya manusia, pengembangan sarana dan prasarana
iptek, pelaksanaan dan penelitian dan pengembangan serta rekayasa dan produksi
barang dan jasa.
2) Pembangunan IPTEK tertuju pada peningkatan kualitas, yakni untuk
meningkatkan kualitas kesejahteraan dan kehidupan bangsa.
3) Pembangunan IPTEK harus selaras (relevan) dengan nilai-nilai agama, nilai
luhur budaya bangsa, kondisi sosial budaya, dan lingkungan hidup.
4) Pembangunan IPTEK harus berpijak pada upaya peningkatan produktivitas,
efesiensi dan efektivitas penelitian dan pengembangan yang lebih tinggi.
5) Pembangunan IPTEK berdasarkan pada asas pemanfaatannya yang
memberikan nilai tambah dan memberikan pemecahan masalah konkret dalam
pembangunan.
Penguasaan, pemanfaatan, dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
dilaksanakan oleh berbagai pihak, yakni:
1) Pemerintah, yang mengembangkan dan memanfaatkan IPTEK untuk
menunjang pembangunan dalam segala bidang.
2) Masyarakat, yang memanfaatkan IPTEK itu pengembangan masyarakat dan
mengembangakannya secara swadaya.
3) Akademisi terutama di lingkungan perguruan tinggi, mengembangkan IPTEK
untuk disumbangkan kepada pembangunan.
4) Pengusaha, untuk meningkatkan produktivitas
Mengingat pendidikan merupakan upaya menyiapkan siswa menghadapi masa
depan dan perubahan masyarakat yang semakin pesat termasuk di dalamnya perubahan
18. 18
ilmu pengetahuan dan teknologi, maka pengembangan kurikulum haruslah berlandaskan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
Landasan Historis
Landasan Historis berkaitan dengan formulasi program-program sekolah pada
waktu lampau yang masih hidup sampai sekarang, atau yang pengaruhnya masih besar
pada kurikulum saat ini (Johnson, 1968). Oleh karena kurikulum selalu perlu
disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan dan perkembangan zaman, maka
perkembangan kurikulum pada suatu saat tertentu diadakan untuk memenuhi tuntutan
dan perkembangan pada waktu tertentu.
Kurikulum yang dikembangkan pada saat ini, perlu mempertimbangkan apa yang
telah dilakukan dan apa yang telah kita capai melalui kurikulum sebelumnya. Begitu
pula selanjutnya, kita perlu mempertimbangkan kurikulum yang yang ada sekarang
waktu mengembangkan kurikulum di masa depan, karena apa yang telah kita lakukan
sekarang akan berpengaruh terhadap kurikulum yang akan dikembangkan di masa
depan.
Landasan Yuridis
Kurikulum pada dasaranya adalah produk yuridis yang ditetapkan melalui
keputusan menteri Pendidikan Nasional RI. Sebagai pengejawantahan dari kebijakan
pendidikan yang ditetapkan oleh lembaga legislatif yang mestinya mendasarkan pada
konstitusi/UUD. Dengan demikian landasan yuridis pengembangan kurikulum di NKRI
ini adalah UUD 1945 (pembukaan alinia IV dan pasal 31), peraturan-peraturan
perundangan seperti: UU tentang pendidikan (UU No.20 Tahun 2003), UU Otonomi
Daerah, Surat Keputusan dari Menteri Pendidikan, Surat Keputusan dari Dirjen Dikti,
peraturan-peraturan daerah dan sebagainya.
19. 19
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Kurikulum baik pada tahap kurikulum sebagai ide, rencana, pengalaman maupun
kurikulum sebagai hasil dalam pengembangannya harus mengacu atau menggunakan
landasan yang kuat dan kokoh, agar kurikulum tersebut dapat berfungsi serta berperan sesuai
dengan tuntutan pendidikan yang ingin dihasilkan seperti tercantum dalam rumusan tujuan
pendidikan nasional yang telah digariskan dalam UU No.20 Tahun 2003.
20. 20
DAFTAR PUSTAKA
Ansyar, Mohammad dan Nurtei. 1993. Pengembangan dan Inovasi Kurikulum.
Bandung : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan & Dirjen Dikti.
Karyadi, Benny dan Ibrahim. 1996. Pengembangan Inovasi dan Kurikulum Modul
1 – 6. Jakarta : Universitas Terbuka, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sudjana, Nana. 1996. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah.
Bandung : Sinar Baru Algerindo.
Tim Pengembangan MKDP Kurikulum dan Pembelajaran Jurusan Kurikulum dan
Teknologi Pendidikan. 1996. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung : Universitas
Pendidikan Indonesia.
Undang-Undang Republik Indonesia No.XX Tahun 2003 mengenai Sistem
Pendidikan Nasional.
http://kurtek.upi.edu/kurpem/2-landasan.htm
http://www.uny.ac.id/akademik/sharefile/files/12052008141540_KURIKULUM.p
pt
http://pustaka.ut.ac.id/puslata/online.php?menu=bmpshort_detail2&ID=424
http://www.elearning-jogja.org/file.php/14/BAB_III.doc