1. BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Kajian Teori
1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
IPS dapat diartikan dengan “penelaahan atau kajian tentang
masyarakat”. Dalam mengkaji masyarakat, guru dapat melakukan
kajian dari berbagai perspektif sosial, seperti kajian melalui
pengajaran sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi,
politik-pemerintahan, dan aspek psikologi sosial yang
disederhanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Menurut Soebijantoro (Jarolimek, 1982:56 dalam jurnal
premiere educandum IKIP PGRI Madiun) tujuan pembelajaran IPS
dikelompokkan menjadi empat kategori antara lain:
a. Knowledge
merupakan tujuan utama pendidikan IPS, yaitu membantu
peserta didik belajar tentang diri mereka sendiri dan
lingkungannya.
b. Ketrampilan
dalam hal ini mencakup ketrampilan berpikir (thinking skills)
7
2. 8
c. Attitudes (sikap)
dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelompok sikap yang
diperlukan untuk tingkah laku berpikir (intelectual behaviour)
dan tingkah laku sosial (social behaviour)
d. Value
adalah nilai yang terkandung dalam masyarakat yang
didapatkan dari lingkungan masyarakat sekitar maupun
lembaga pemerintahan (falsafah bangsa). Termasuk di
dalamnya adalah nilai-nilai kepercayaan, nilai ekonomi,
pergaulan antar manusia, ketaatan pada pemerintah, hukum
dan lain lain. (Jarolimek, 1982:56)
2. Ruang lingkup IPS
Secara mendasar, pembelajaran IPS berkenaan dengan
kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan
kebutuhannya. IPS berkenaan dengan cara manusia memenuhi
kebutuhannya, baik kebutuhan untuk memenuhi materi, budaya,
dan kejiwaannya, memanfaatkan sumber-daya yang ada
dipermukaan bumi, mengatur kesejahteraan dan pemerintahannya
maupun kebutuhan lainnya dalam rangka mempertahankan
kehidupan masyarakat manusia. Singkatnya, IPS mempelajari,
menelaah, dan mengkaji sistem kehidupan manusia di permukaan
3. 9
bumi ini dalam konteks sosialnya atau manusia sebagai anggota
masyarakat.
Dengan pertimbangan bahwa manusia dalam konteks sosial
demikian luas, pengajaran IPS pada jenjang pendidikan harus
dibatasi sesuai dengan kemampuan peserta didik tiap jenjang,
sehingga ruang lingkup pengajaran IPS pada jenjang pendidikan
dasar berbeda dengan jenjang pendidikan menengah dan
pendidikan tinggi. Pada jenjang pendidikan dasar, ruang lingkup
pengajaran IPS dibatasi sampai pada gejala dan masalah sosial
yang dapat dijangkau pada geografi dan sejarah.Terutama gejala
dan masalah sosial kehidupan sehari-hari yang ada di lingkungan
sekitar peserta didik MI/SD.
Sebagaimana telah dikemukakan di depan, bahwa yang
dipelajari IPS adalah manusia sebagai anggota masyarakat dalam
konteks sosialnya, ruang lingkup kajian IPS meliputi (1) substansi
materi ilmu-ilmu sosial yang bersentuhan dengan masyarakat dan
(2) gejala, masalah, dan peristiwa sosial tentang kehidupan
masyarakat. Kedua lingkup pengajaran IPS ini harus diajarkan
secara terpadu karena pengajaran IPS tidak hanya menyajikan
materi-materi yang akan memenuhi ingatan peserta didik tetapi
juga untuk memenuhi kebutuhan sendiri sesuai dengan kebutuhan
dan tuntutan masyarakat. Oleh karena itu, pengajaran IPS harus
menggali materi-materi yang bersumber pada masyarakat.
4. 10
3. Pembelajaran IPS SD
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata
pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai
SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta,
konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada
jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi geografi,
sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS,
peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara
Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga
dunia yang cinta damai.
Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi
tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu
mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran
IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman,
dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat
dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Mata
pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan
terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan
keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan
tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman
yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.
5. 11
4. Belajar
a. Pengertian belajar
Secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses laku,
akibat interaksi individu dengan lingkungan. Menurut Skinner
(dalam Angkowo dan Kosasih, 2007: 47) belajar adalah suatu
proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang
berlangsung secara progresif.
Menurut pengertian secara psikologis, belajar adalah suatu
proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan
(dalam Slameto, 2010: 2). Menurut Winkel (dalam Angkowo dan
Kosasih 2007: 48) “Belajar berarti perubahan tingkah laku atau
penampilan, dengan serangkaian kegiatan, misalnya membaca,
mengamati, mendengarkan dan meniru”.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas dapat
disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses yang di
dalamnya terjadi suatu interaksi antara seseorang (siswa) dengan
lingkungan yang mengakibatkan adanya perubahan tingkah laku
yang akan memberikan suatu pengalaman baik bersifat kognitif
(pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan).
6. 12
b. Prinsip Belajar
Prinsip belajar dibagi menjadi dua yaitu prinsip umum
belajar dan prinsip belajar pada aktivitas siswa.
1) Prinsip Umum Belajar
Belajar menurut Wingo (1970:194) didasarkan atas prinsip-
prinsip sebagai berikut :
a) Hasil belajar sepatutnya menjangkau banyak segi
b) Hasil belajar diperoleh berkat pengalaman
c) Belajar merupakan suatu kegiatan yang mempunyai tujuan
2) Prinsip Belajar pada Aktivitas Siswa
Prinsip belajar yang menekankan pada aktivitas siswa, antara
lain :
a) Belajar dapat terjadi dengan proses mengalami
b) Belajar merupakan transaksi aktif
c) Belajar secara aktif memerlukan kegiatan yang bersifat
vital, sehingga dapat berupaya mencapai tujuan dan
memenuhi kebutuhan pribadinya
d) Belajar terjadi melalui proses mengatasi hambatan
(masalah) sehingga mencapai pemecahan atau tujuan
e) Hanya dengan melalui penyodoran masalah
memungkinkan diaktifkannya motivasi dan upaya,
sehingga siswa berpengalaman dengan kegiatan yang
bertujuan
7. 13
c. Teori-teori Belajar
Teori belajar sangat beraneka ragam. Setiap teori
mempunyai landasan sebagai dasar perumusan. Teori belajar
dibagi menjadi tiga, yaitu:
1) Teori belajar asosiasi
Menurut ahli psikologi asosiasi, perilaku individu pada
hakekatnya terjadinya karena adanya perilaku atau hubungan
antara stimulus (rangsang) dan respons (jawab). Dengan
membuat kode S untuk stimulus dan R untuk respon, dapat
dikatakan bahwa suatu S mempunyai ikatan atau bond
dengan R tertentu. Oleh karena itu, teori ini dikenal dengan
S R Bond Theory. Belajar menurut teori ini adalah
membentuk ikatan atau hubungan antara S R.
2) Teori belajar Gestalt
Psikologi gestalt memandang bahwa belajar terjadi
jika diperoleh insight (pemahaman). Insight timbul secara
tiba-tiba, jika individu telah dapat melihat hubungan antara
unsur-unsur dalam situasi problematis. Dapat pula
dikatakan bahwa insight timbul pada saat individu dapat
memahami struktur yang semula merupakan suatu masalah.
Dengan kata lain insight adalah semacam reorganisasi
8. 14
pengalaman yang terjadi secara tiba-tiba, seperti ketika
seseorang menemukan ide baru atau menemukan
pemecahan masalah suatu masalah. (Gagne, 1970:14)
3) Teori belajar kognitif
Berdasarkan teori belajar kognitif, belajar
merupakan suatu proses terpadu yang berlangsung di dalam
diri seseorang dalam upaya memperoleh pemahaman dan
struktur kognitif baru, atau untuk mengubah pemahaman
dan struktur kognitif lama. Memperoleh pemahaman berarti
menangkap makna atau arti dari suatu obyek atau suatu
situasi yang dihadapi. Sedangkan struktur kognitif adalah
persepsi atau tanggapan seseorang tentang keadaan dalam
lingkungan sekitarnya yang memperoleh ide-ide, perasaan,
tindakan dan hubungan sosial orang yang bersangkutan.
d. Tujuan belajar
Tujuan belajar sebenarnya sangat banyak dan
bervariasi. Tujuan belajar yang eksplisit diusahakan untuk
dicapai dengan tindakan instruksional, yang lazim dinamakan
instructional effects, yang biasa berbentuk pengetahuan dan
keterampilan. Sementara, tujuan belajar sebagai hasil yang
menyertai tujuan belajar instruksional lazim disebut nurturant
effects. Bentuknya berupa, kemampuan berfikir kritis dan
9. 15
kreatif, sikap terbuka dan demokratis, menerima orang lain dan
sebagainya. Tujuan ini merupakan konsekuensi logis dari
peserta didik “menghidupi” (live in) suatu sistem lingkungan
belajar tertentu.
Rogers (dalam Angkowo dan Kosasih, 2007: 49) sangat
menekankan pentingnya relasi dan komunikasi dalam proses
pembelajaran. Sebab menurut mereka, pendidikan akan
berfaedah besar, apabila dapat menumbuhkembangkan
kepribadian manusia. Berkaitan dengan hal-hal di atas, serta
mencermati perkembangan dunia sekarang, tujuan belajar
dalam pendidikan yang humanistik sekarang adalah
mengembangkan strategi dan teknologi yang lebih manusiawi
dalam rangka menciptakan ketahanan dan keterampilan
manusia guna menghadapi kehidupan yang secara terus
menerus berubah.
e. Model Pembelajaran
1) Hakikat Model Pembelajaran
Pada dasarnya setiap guru menginginkan agar
materi pelajaran yang disampaikan kepada anak didiknya
dapat dipahami secara tuntas, maka dalam melaksanakan
suatu kegiatan pembelajaran agar berjalan optimal maka
10. 16
diperlukan adanya suatu rancangan atau pembelajaran.
Salah satunya dengan menerapkan model pembelajaran.
Mengarah pada suatu pembelajaran, model
pembelajaran merupakan suatu perencanaan atau suatu
pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran
dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-
perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-
buku, film, komputer, kurikulum dan lain-lain (dalam
Trianto, 2009: 22). Selanjutnya Joyce (dalam Trianto,
2009: 22) menyatakan bahwa setiap model pembelajaran
mengarahkan kita dalam mendesain pembelajaran untuk
membatu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan
pembelajaran tercapai.
Dalam hal ini penggunaan model-model
pembelajaran yang dipilih guru hendakya dapat
mendorong siswa untuk belajar dengan mendayagunakan
potensi yang mereka miliki secara optimal. Dengan
menggunakan model pembelajaran diharapkan belajar
yang kita lakukan bukan hanya sekedar mendengar,
menyerap, atau memperoleh informasi yang disampaikan
guru.
11. 17
Penggunaan model pembelajaran yang tepat
dapat mendorong tumbuhnya rasa senang siswa terhadap
pelajaran, menumbuhkan dan meningkatkan motivasi
dalam mengerjakan tugas, memberikan kemudahan bagi
siswa untuk memahami pelajaran sehingga
memungkinkan siswa mencapai hasil belajar yang lebih
baik. Karena itu melalui pemilihan model pembelajaran
yang tepat guru dapat memilih atau menyesuaikan jenis
pendekatan dan metode pembelajaran dengan
karakteristrik materi pelajaran yang disajikan. Hal
penting yang harus diingat bahwa tidak ada satu strategi
pembelajaran yang paling ampuh untuk segala situasi.
Maksudnya, dalam mengajarkan suatu pokok bahasan
(materi) tertentu harus dipilih model pembelajaran yang
paling sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Oleh
karena itu, dalam memilih suatu model pembelajaran
harus memiliki pertimbangan-pertimbangan. Misalnya,
materi pelajaran, tingkat perkembangan kognitif siswa,
dan sarana atau fasilitas yang tersedia, sehingga tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Dalam implementasi di lapangan, model-model
pembelajaran bisa diterapkan secara sendiri-sendiri, dan
bisa juga menerapkan gabungan dari beberapa model
12. 18
pembelajaran sesuai dengan sifat dan karakteristik dari
materi yang akan dipelajari.
2) Jenis-jenis Model Pembelajaran
Kardi dan Nur (dalam Trianto, 2009)
mengemukakan bahwa ada lima model pembelajaran
yang dapat digunakan dalam mengelola pembelajaran
yaitu :
a) Model pembelajaran Langsung
b) Model Pembelajaran Kooperatif
c) Model pembelajaran Berbasis Masalah
d) Model pembelajaran Diskusi
e) Learning strategi
Sedangkan menurut ( 2008: 7) jenis-jenis model
pembelajaran itu diantaranya :
a) Model pembelajaran Konstekstual
b) Model pembelajaran Kooperatif
c) Model pembelajaran Kuantum
d) Model pembelajaran Terpadu
e) Model pembelajaran Berbasis Masalah
Guru tidak hanya dapat menggunakan model
pembelajaran yang sudah ada, tetapi juga dapat
13. 19
menciptakan dan mengembangkan modelpembelajaran
yang sesuai tujuan pembelajaran tertentu.
f. Model pembelajaran kooperatif
1) Pengertian model pembelajaran kooperatif
Kelough dan Kelough (1999) mendefinisikan
cooperative learning sebagai suatu strategi pembelajaran
yang secara berkelompok, siswa belajar bersama dan
saling membantu dalam membuat tugas dengan
penekanan pada saling support di antara anggota.
Pembelajaran bersifat kooperatif bukan kompetitif.
Menurut teori motivasi, tujuan kooperatif menciptakan
suatu situasi di mana keberhasilan adalah mereka
tercapai bila siswa lain juga mencapai tujuan tersebut.
Dalam kegiatan kooperatif setiap individu akan bekerja
sama dengan individu lain untuk mencari hasil yang
menguntungkan bagi seluruh anggota kelompoknya.
2) Prinsip dan Karakteristik Model Pembelajaran
Kooperatif
Ada lima prinsip yang mendasari pembelajarn
koopeartif, yaitu :
14. 20
a) Positive interdependence: saling tergantung secara
positif, artinya anggota kelompok menyadari
bahwa mereka perlu bekerja sama untuk mencapai
tujuan
b) Face to face interaction : semua anggota
berinteraksi dengan saling berhadapan
c) Individual accountability : setiap anggota harus
belajar dan menyumbang demi pekerjaan dan
keberhaslan kelompok
d) Use of collaborative/ social skills : ketrampilan
bekerjasama dan bersosialisasi diperlukan, untuk
ini diperlukan bimbingan guru agar siswa dapat
berkolaborasi
e) Group processing : siswa perlu menilai bagaimana
mereka bekerja secara efektif
f) Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas
segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.
g) Setiap anggota kelompok harus mengetauhi bahwa
semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang
sama.
h) Setiap angggota kelompok harus membagi tugas dan
tanggung jawabyang sama diantara anggota
kelompoknya.
15. 21
i) Setiap anggota kelompok berbagi kepemimpinan
dan membutuhkan ketrampilan untuk belajar besama
proses belajarnya.
j) Setiap anggota kelompok akan dikenai evaluasi.
k) Setiap anggota kelompok akan diminta
mempertanggungjawabkan secara individual
mengenai materi yang ditangani dalam kelompok
kooperatif.
3) Macam-macam Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif memiliki berbagai
macam tipe. Suyatno (2009) menyatakan bahwa ada
sekitar 96 variasi model pembelajaran kooperatif
diantaranya Student Team Achievement Division,
Numbered Head Together, Jigsaw, Think Pair Share,
Taems Games Tournament, Group Investigation,
Contextual Teaching dan Learning, Team Assised
Individually, Problem Based Instruction, Pair Check,
Snowball Throwing dan masih ada tipe lainya.
Guru dapat menciptakan model pembelajaran
sendiri sesuai ciri khasnya dalam mengajar. Namun perlu
diperhatikan agar model pembelajaran kooperatif yang
16. 22
diciptakan harus sesuai dengan pembelajaran yang sudah
ada.
4) Model pembelajaran Snowball Throwing
a) Pengertian Model Pembelajaran Snowball
Throwing
Snowball Throwing adalah paradigma
pembelajaran efektif yang merupakan rekomendasi
UNESCO, yakni: belajar mengetahui (learning to
know), belajar bekerja (learning to do), belajar
hidup bersama (learning to live together), dan
belajar menjadi diri sendiri (learning to be)
(Depdiknas, 2001:5). Model pembelajaran
kooperatif tipe Snowball Throwing merupakan salah
satu model pembelajaran yang dikembangkan
berdasarkan pendekatan kontekstual (CTL).
Snowball Throwing yang menurut asal katanya
berarti „bola salju bergulir‟ dapat diartikan sebagai
model pembelajaran dengan menggunakan bola
pertanyaan dari kertas yang digulung bulat
berbentuk bola kemudian dilemparkan secara
bergiliran, model Snowball Throwing ini
17. 23
memadukan pendekatan komunikatif, integratif, dan
keterampilan proses.
Kegiatan melempar bola pertanyan ini akan
membuat kelompok menjadi dinamis, karena
kegiatan siswa tidak hanya berpikir, menulis,
bartanya, atau berbicara. Akan tetapi mereka juga
melakukan aktivitas fisik yaitu menggulung kertas
dan melemparkannya pada siswa lain. Dengan
demikian, tiap anggota kelompok akan
mempersiapkan diri karena pada gilirannya mereka
harus menjawab pertanyaan dari temannya yang
terdapat dalam bola kertas. Dalam model Snowball
Throwing, guru berusaha memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan
menyimpulkan isi berita atau informasi yang mereka
peroleh dalam konteks nyata dan situasi yang
kompleks.
b) Tujuan Pembelajaran Snowball Throwing
Model Pembelajaran Snowball Throwing
melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan
dari orang lain, dan menyampaikan pesan tersebut
kepada temannya dalam satu kelompok. Lemparan
18. 24
pertanyaan tidak menggunakan tongkat seperti
model pembelajaran Talking Stik akan tetapi
menggunakan kertas berisi pertanyaan yang diremas
menjadi sebuah bola kertas lalu dilempar-lemparkan
kepada siswa lain. Siswa yang mendapat bola kertas
lalu membuka dan menjawab pertanyaannya
(Widodo, 2009: 1).
Di dalam metode pembelajaran snowball
throwing, strategi memperoleh dan pendalaman
pengetahuan lebih diutamakan dibandingkan
seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat
pengetahuan tersebut ( Tunggal, 2011 : 17).
Kesimpulan dari uraian diatas mengenai tujuan
pembelajaran dengan menggunakan model Snowball
Throwing adalah untuk meningkatkan keberanian
siswa dalam menyusun pertanyaan dan bertanya
dengan tuntunan pertanyaan yang diberikan oleh
teman ataupun guru.
c) Kelebihan model pembelajaran Snowball
Throwing
1) Melatih kesiapan siswa dalam merumuskan
pertanyaan dengan bersumber pada materi yang
19. 25
diajarkan serta saling memberikan
pengetahuan.
2) Siswa lebih memahami dan mengerti secara
mendalam tentang materi pelajaran yang
dipelajari. Hal ini disebabkan karena siswa
mendapat penjelasan dari teman sebaya yang
secara khusus disiapkan oleh guru serta
mengerahkan penglihatan, pendengaran,
menulis dan berbicara mengenai materi yang
didiskusikan dalam kelompok.
3) Dapat membangkitkan keberanian siswa dalam
mengemukakan pertanyaan kepada teman lain
maupun guru.
4) Melatih siswa menjawab pertanyaan yang
diajukan oleh temannya dengan baik.
5) Merangsang siswa mengemukakan pertanyaan
sesuai dengan topik yang sedang dibicarakan
dalam pelajaran tersebut.
6) Dapat mengurangi rasa takut siswa dalam
bertanya kepada teman maupun guru.
7) Siswa akan lebih mengerti makna kerjasama
dalam menemukan pemecahan suatu masalah.
8) Siswa akan memahami makna tanggung jawab.
20. 26
9) Siswa akan lebih bisa menerima keragaman
atau heterogenitas suku, sosial, budaya, bakat
dan intelegensia.
10) Siswa akan terus termotivasi untuk
meningkatkan kemampuannya.
d) Tahap-tahap model pembelajaran Snowball
Throwing
1) Guru menyampaikan materi secara singkat
tentang pembagian wilayah laut Indonesia
2) Guru membagi siswa menjadi beberapa
kelompok
3) Guru menjelaskan aturan dari permainan
snowball throwing
4) Guru membagikan satu bola kertas yang berisi
soal kepada masing-masingkelompok
5) Masing-masing kelompok diberi waktu sekitar
tiga menit untuk menjawab soal yang ada di
dalam kertas tersebut
6) Setelah waktu yang diberikan habis, kertas
tersebut dibentuk bola kembali dan dilempar ke
kelompok lain
21. 27
7) Bola kertas tersebut dilempar dan dikerjakan
secara bergantian sampai semua soal habis
8) Perwakilan dari masing-masing kelompok
mempresentasikan jawaban dari kelompoknya
9) Guru membahas jawaban bersama siswa
10) Guru memberikan penghargaan pada kelompok
terbaik
g. Hasil belajar
Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh
individu setelah proses belajar berlangsung yang dapat
memberikan tingkah laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap
dan keterampilan siswa sehingga menjadi lebih baik dari
sebelumnya.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Hamalik (1995 : 48 )
hasil belajar adalah
“perubahan tingkah laku subyek yang meliputi
kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor dalam situasi
tertentu berkat pengalamanya berulang-ulang”.
Pendapat tersebut didukung oleh Sudjana (2006 ; 3)
“ hasil belajar ialah perubahan tingkah laku yang
mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotor yang
dimiliki setelah siswa menerima pengalaman belajarnya”
22. 28
Hasil yang dicapai siswa dalam belajar, yang menunjukkan
taraf kemampuan siswa dalam mengikuti program belajar dalam
waktu tertentu sesuai dengan kurikulum yang telah ditentukan.
Hasil belajar ini sering dicerminkan sebagai nilai (hasil belajar)
yang menentukan berhasil tidaknya siswa belajar. Hasil belajar
merupakan terminal dari proses pendidikan dan pengajaran.
B. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dari penelitian ini adalah Peningkatan hasil
belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada materi Pembagian Wilayah
Laut Indonesia dengan menggunakan model pembelajaran Snowball
Throwing pada siswa kelas VI SDN 01 Manguharjo Kota Madiun tahun
pelajaran 2012/2013.