Realisme dalam filsafat pendidikan memandang bahwa dunia memiliki realitas yang terdiri atas dunia fisik dan spiritual. Ada beberapa aliran realisme yaitu realisme klasik, religius, dan natural ilmiah yang memandang tujuan pendidikan berbeda-beda seperti membentuk manusia bijak, keselamatan jiwa, dan penyesuaian hidup.
2. Spekulatif = Cara berfikir sitematis tentang apa-apa
yang ada; menghubungkan dunia fikiran dan
pengalaman
Preskriptif = membuat standar dalam penilaian,
mengkritik tingkah laku atau mengapresiasi seni.
filsafat pendidikan menentukan tujuan pendidikan
yang harus diikuti dan dicapai.
Analitik artinya filsafat pendidikan menjelaskan
pertanyaan-pertanyaan yang spekulatif dan perspektif.
(Kneller, 1971:2)
3. adalah aliran filsafat yang memandang realitas sebagai
dualitas. Aliran realisme memandang dunia ini
mempunyai hakikat realitas yang terdiri dari dunia fisik
dan dunia rohani
berbeda dengan filsafat aliran idealisme yang bersifat
monistis yang memandang hakikat dunia pada dunia
spiritual semata. Dan juga berbeda dari aliran
materialisme yang memandang hakikat kenyataan
adalah kenyatan yang bersifat fisik semata.
5. Realisme klasik berpandangan bahwa manusia pada
hakikatnya memiliki ciri rasional, dimana
manusia dapat menjangkau kebenaran secara
umum.
Metafisika: Memahami bahwa dunia itu real dan ada
diluar fikiran manusia, sehingga kita bisa
mengobservasinya. Keduanya di bentuk oleh Tuhan
(Kneller, 1971: 11)
6. Self evident (kejelasan diri) merupakan hal yang penting
dalam filsafat realisme karena kejelasan merupakan asas
pembuktian tentang realitas dan kebenaran sekaligus.
Bagaimana dengan Tuhan?
keberadaan tuhan tidak perlu dibuktikan dengan bukti-
bukti lain, sifat Tuhan hanya dimiliki Tuhan dan tidak ada
yang menyamainya, begitupun dengan eksistensi Tuhan
merupakan prima kuasa penyebab utama dan pertama dari
segala yang ada.
Bahan pendidikan yang esensial bagi aliran ini yaitu
pengalaman manusia. Realisme klasik bertujuan agar
anak menjadi manusia bijaksana, yaitu seorang yang
dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap
lingkungan fisik dan sosial.
7. Realisme Religius
Hakikat kebenaran dan kebaikan memiliki makna yang mendalam
dalam filsafat ini, kebenaran bukan dibuat namun sudah ditentukan
dimana belajar harus mencerminkan kebenaran tersebut.
Kebenaran bukan dibuat namun sudah ditentukan dimana belajar
harus mencerminkan kebenaran tersebut. Berbicara tentang
pendidikan, Johan Amos Comenius mengemukakan bahwa semua
manusia harus mencapai dua tujuan. Pertama keselamatan dan
kebahagiaan hidup yang abadi. Kedua keadaan dan kehidupan
dunia yang sejahtera dan damai.
8. Realisme natural Ilmiah mengatakan bahwa manusia adalah
organisme biologis dengan sistem syaraf yang komplek
dan secara inhern berpembawaaan sosial. Apa yang
dinamakan berpikir merupakan fungsi yang sangat komplek dari
organisme yang berhubungan dengan lingkungannya.
filsafat mencoba meniru objektivitas sains. Karena dunia sekitar
manusia itu nyata, maka tugas sainslah meneliti sifat-sifatnya.
Tugas filsafat mengkoordinasikan konsep-konsep dan temuan
sains yang berlainan dan berbeda-beda. Perubahan merupakan
realitas yang sesuai dengan hukum-hukum alam yang
permanen, yang menyebabkan alam semesta sebagai suatu
struktur berlangsung terus.
Teori kebenaran yang digunakan adalah teori korespondensi
tentang kebenaran, yang menyatakan kebenaram adalah
persesuaian terhdap fakta dan situasi yang nyata.
9. Karena dalam dunia manusia di atur oleh alam, maka
sekolah harus menyediakan subject matter (mata
pelajaran) yang akan memperkenalkan anak-anak
dengan dunia sekelilingnya.
Menurut realisme natural ilmiah, pengetahuan yang
shahih adalah pengetahuan yang diperoleh melalui
pengalaman empiris, dengan jalan penginderaan dan
observasi.
10. Realisme natural ilmiah mengatakan bahwa dunia yang
kita amati bukan kreasi akal atau jiwa manusia, melainkan
dunia sebagaimana adanya. Substansialitas, sebab-akibat,
dan aturan-aturan alam bukan suatu proyeksi akal, atau
jiwa manusia, melainkan suatu penampilan atau
penampakan dari dunia atau alam itu sendiri.
ide atau proposisi itu benar ketika berhubungan dengan
berbagai hal dunia
Pengetahuan yang benar merupakan korespondensi antara
dunia sebagai dunia itu sendiri.
Guru merupakan orang yang mewariskan kultur budaya. Ia
menentukan pokok persoalan (subject matter) atau
pelajaran di kelas.
11. Clasic Religiious mengemukakan bahwa kita dapat
memahami sebuah hukum moral (moral law) dengan
menggunakan alasan, tetapi mereka menuntut hukum
didasarkan atas otoritas Tuhan.
Tujuan utama pendidikan moral adalah untuk keselamatan
jiwa. Anak harus mampu belajar menjaga hati dalam
dirinya dan menjauhi dosa.
sekolah akan membuat individu menjadi berkepala dingin
di berbagai waktu. Murid harus mampu belajar hidup
dengan standar moral universal, sebab apa yang baik itu
baik untuk seseorang dalam bentuk yang umum dan tidak
bagi anggota atau masyarakat lain.
12. Scientific Realist menyangkal nilai-nilai memiliki
banyak sangsi supranatural (semacam dosa). Tuhan
hanya menampung lingkungan kita, sedang kejahatan
hanya menjauhkan kita itu dari diri kita. Sebab antara
manusia dan alam adalah konstan, karena itu nilai-
nilai yang mengakomodasi kedua nyapun berbentuk
konstan.
Salah dan benar itu datang dari pemahaman akan sifat
dasar bukan dalam prinsip agama. Moralitas
didasarkan kepada investigasi scientific manusia
sebagai spesies tertinggi.
13. Tujuan pendidikan: penyesuaian hidup dan tanggung jawab sosial
Kedudukan siswa: dalam hal pelajaran, mampu menguasai
pengetahuan yang handal, dan dapat dipercaya. Dalam hal disiplin,
peraturan yang baik adalah esensial untuk belajar. Disiplin mental dan
moral dibutuhkan untuk memperoleh hasil yang baik.
Peranan Guru: menguasai pengetahuan, terampil dalam tenik
mengajar, dan dengan teras menuntut prestasi dari siswa
Kurikulum: komprehensif mencakup semua pengetahuan yang
berguna. Berisikan pengetahuan liberal dan praktis.
Metode: belajar tergantung dari pengalaman, baik langsung atau tidak
langsung. Metode penyampaian harus logis dan psikologis. Metode
conditioning merupakan metode utama bagi realisme sebagai pengikut
behaviorisme.