SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  29
Télécharger pour lire hors ligne
1
DELHA AFFAIRSDELHA AFFAIRSDELHA AFFAIRSDELHA AFFAIRS 1960196019601960
Perlawanan Masyarakat Nusak Delha Terhadap Negara di Rote1
Wilson M.A. Therik2
PendahuluanPendahuluanPendahuluanPendahuluan
Metode sejarah lisan (oral history method)3 banyak diakui sebagai suatu cara untuk merekam
dan mendokumentasikan perkembangan sejarah dan gejala sosial tertentu. Ia akan hilang
tanpa disimpan dengan cara itu. Sejarah lisan juga dilihat sebagai usaha untuk menangkap
warna dan perasaan dari pengalaman manusia yang dapat memperdalam pemahaman kita
mengenai masa lampau. Dengan menangkap kenangan dari mereka yang pernah mengalami
hal-hal itu, sejarah lisan menjalin hubungan antara masa kini dan masa lampau.
Tema “gerakan perlawanan rakyat” dalam kajian penelitian ilmiah di Indonesia dengan
pendekatan oral history pernah dilakukan oleh Almarhum Sartono Kartodirdjo (Guru Besar
Ilmu Sejarah UGM) dengan penelitian disertasi Doktornya di Universitas Amsterdam,
Belanda (1966) yang dibukukan dengan judul: Pemberontakan Petani Banten 1888 (dari
judul aslinya The Peasants Revolt of Banten in 1888). Setelah itu, tidak ada lagi penelitian
besar tentang “gerakan perlawanan rakyat” di Indonesia dengan pendekatan oral history.4
Dalam catatan penulis, penelitian besar tentang Pulau Rote, terakhir dilakukan oleh James J.
Fox (Guru Besar Ilmu Antropologi dari ANU Australia) dan salah satu karyanya yang
fenomenal adalah PANEN LONTAR (terjemahan dari judul aslinya HARVEST OF THE
PALM) yang juga penulis jadikan referensi dalam paper ini. Setelah James J. Fox, menurut
hemat penulis tidak ada lagi penelitian besar5
tentang Pulau Rote.
1 Paper ini disampaikan pada Diskusi Kamisan yang diselenggarakan oleh Program Pascasarjana Studi Pembangunan-
Universitas Kristen Satya Wacana (PPs SP UKSW) pada tanggal 5 Februari 2015 bertempat di Ruang G 505 – Gedung
Pascasarjana UKSW Salatiga.
2 Memperoleh Sarjana Ekonomi (S.E) dari Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Artha Wacana Kupang (2004);
Magister Sains (M.Si) dalam bidang Studi Pembangunan dari PPs SP UKSW (2007); dan Doktor dalam bidang Studi
Pembangunan dari PPs SP UKSW (2014).
3 Konning, Juliette. 2007. Qualitative Research Methodology. VU University Amsterdam. (Bahan Presentasi Kuliah
Umum Metodologi Penelitian di PPs SP UKSW Salatiga, 22 Juni 2007).
4 Kebanyakan laporan penelitian ”gerakan perlawanan” di Indonesia menggunakan pendekatan studi
dokumentasi/studi kepustakaan. Lih. Kartodirdjo (1984); Landsberger (1984); Strelan, et al (1989); Lubis (2003);
Ardhana (2005); dan Silaen (2006).
5 Sesungguhnya banyak laporan penelitian tentang Pulau Rote pada aras Laporan Lapangan/Skripsi S1 maupun Tesis
S2 tetapi sepi dari publikasi ilmiah. Lebih banyak tersimpan rapi di ruang baca atau perpustakaan.
2
Kenyataan ini-lah yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian terkait “Gerakan
Perlawanan Masyarakat Terhadap Negara” di Rote, pulau terdepan bagian selatan Indonesia6
yang berbatasan langsung dengan Benua Australia (Lihat Peta).
Gambar 1. Pulau Rote dalam Peta Indonesia (lihat tanda panah)7
Rote Ndao: Sekilas PandangRote Ndao: Sekilas PandangRote Ndao: Sekilas PandangRote Ndao: Sekilas Pandang
Sejak pertengahan abad 17 sampai saat pembubarannya pada akhir abad 18 Perserikatan
Dagang Hindia Belanda atau Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC) mempunyai
kedudukan yang sangat berpengaruh terhadap pulau-pulau Rote dan Sawu (Sabu). Walaupun
hubungan khusus dan tingkat keterlibatan Belanda dengan kedua pulau tersebut sangat
berbeda, masa satu setengah abad itu telah menandai suatu masa sejarah yang penting. Bagi
penduduk Rote khususnya, masa itu merupakan masa pembentukan kebudayaan yang sangat
berarti.
Pulau Rote memiliki banyak nama. Fox (1996:25-26) mengatakan, dalam dokumen Portugis
pada abad ke-16 dan ke-17 tercantum berbagai nama seperti “Rotes”, “Enda”. Di dalam peta
6 Hal ini bisa dibenarkan jika dilihat dari konteks pulau yang berpenghuni, sesungguhnya pulau terdepan bagian di
selatan Indonesia adalah Pulau Ndana, pulau kosong (tidak berpenghuni) dan kini di jaga oleh anggota Tentara
Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI-AL).
7 Sumber Peta: https://superriska.files.wordpress.com/2012/08/indo-map2.jpg diunduh pada tanggal 30 Januari 2015
3
Belanda, mula-mula pulau ini disebut “Rotthe”, yang oleh ahli peta kemudian dikutip secara
salah menjadi “Rotto”. Namun, dalam salah satu peta pada awal abad tujuh belas, pulau ini
disebut dengan nama pribumi “Noessa Dahena” (Nusa Dahena) yang berasal dari dialek Rote
di bagian timur yang secara harafiah berarti “Pulau Manusia”. Kecuali dalam peta tersebut,
nama itu tidak dipakai lagi. Pada pertengahan abad ke-17, Persatuan Dagang Hindia Belanda
dalam dokumen-dokumennya menggunakan nama “Rotti” dengan tiga ejaan yang berbeda
yaitu “Rotti”, “Rotty” dan “Rotij”. Sebutan resmi ini terus dipergunakan sampai pada abad ke-
20 dan diubah menjadi “Roti”.
Selanjutnya, Fox menguraikan, nama “Roti” adalah perubahan bahasa Melayu dari “Rote”,
suatu perubahan yang menimbulkan suatu permainan kata yang tidak berarti dan sudah
usang dari kata “roti” yang kebetulan dalam bahasa Indonesia berarti ‘makanan yang dibuat
dari tepung terigu’. “Rote” lebih sering digunakan dalam bahasa sehari-hari akan tetapi hal
ini menimbulkan persoalan pula karena r dan l digunakan berganti-ganti di dalam
sembilan bahasa daerah yang terdapat di Pulau Rote. Oleh karena itu, ada juga yang
menyebut pulau ini “Lote”. Dalam dokumen resmi pemerintah yang berasal dari pulau ini
menggunakan nama “Rote”, sedangkan sebagian besar dokumen-dokumen pemerintah pusat
memakai nama “Roti”. Nama ini-lah yang digunakan dalam peta Indonesia maupun peta-peta
dunia saat ini.
Secara yuridis formal Rote Ndao ditetapkan sebagai Kabupaten berdasarkan Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Rote Ndao di Provinsi Nusa
Tenggara Timur (NTT). Sebelumnya, daerah ini merupakan wilayah dari Kabupaten Kupang.
Rote Ndao merupakan salah satu dari 370 Kabupaten8
yang berada dalam wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia dan merupakan kabupaten paling terdepan9
di bagian selatan
Indonesia.
Kabupaten Rote Ndao memiliki luas wilayah 1.280,05 Km2 (2,70% dari total luas Provinsi
NTT) dengan jumlah penduduk 127.911 jiwa yang terdiri dari laki-laki 65.191 dan
perempuan 53.171 dengan laju tingkat pertumbuhan penduduk mencapai 2,40% per tahun.
Kepadatan penduduk rata-rata 100 jiwa per Km2. (BPS Rote Ndao, 2014). Di bidang
pendidikan tercatat jumlah penduduk berumur 10 Tahun ke atas yang tidak memiliki ijazah
sebanyak 41,90%; tamat pendidikan dasar sampai pendidikan menengah atas 54,11% dan
tamat pendidikan tinggi sebanyak 3,99%. Sedangkan jumlah fakir miskin di Kabupaten Rote
Ndao sampai dengan Tahun 2013 mencapai (BPS Rote Ndao, 2013).
Secara administratif Kabupaten Rote Ndao dibagi menjadi 10 Kecamatan yakni Lobalain,
Rote Tengah, Rote Timur, Rote Barat Laut, Rote Barat Daya, Rote Barat, Rote Selatan, Ndao
Nuse, dan Landu Leko. 82 Desa dan 7 Kelurahan (BPS Rote Ndao, 2014). Sebelah Utara Rote
Ndao berbatasan dengan Laut Sawu, sebelah Selatan dengan Samudera Hindia, sebelah Timur
8 Lihat: http://www.kemendagri.go.id/pages/data-wilayah dilihat pada tanggal 30 Januari 2015.
9 Beberapa dokumen resmi pemerintah Indonesia dan laporan jurnalistik media cetak Indonesia menggunakan istilah
“Pulau Terluar”.
4
dengan Laut Banda, dan sebelah Barat dengan Laut Sawu. Kabupaten Rote Ndao merupakan
wilayah kepulauan yang terdiri atas 107 pulau (8 pulau dihuni dan 99 pulau lainnya adalah
pulau-pulau kecil yang tidak dihuni). Kabupaten Rote Ndao beriklim kering yang
dipengaruhi oleh angin Muson dengan musim hujan pendek, yang jatuhnya sekitar bulan
Desember sampai April. Hampir sebagian besar Kabupaten Rote Ndao terdiri dari padang
rumput, pohon lontar, pohon pinus dan gewang (BPS Rote Ndao, 2014).
Pola Pembagian Wilayah di RotePola Pembagian Wilayah di RotePola Pembagian Wilayah di RotePola Pembagian Wilayah di Rote
Pola pembagian wilayah di Pulau Rote mesti dipandang sebagai hasil dari suatu proses
rasionalisasi bagi kepentingan politik dan karena itu merupakan wilayah pemerintahan
politis negara. Pembagian wilayah sebagai proses rasionalisasi tidak secara otomatis dapat
menghapus bentuk wilayah yang telah dilakukan sebelumnya pada jaman pendudukan
pemerintahan Belanda (Abad 17-19).
Pembagian wilayah di mana didasarkan pada karakteristik wilayah suku dan perbedaan
dialek suku, serta sudah tentu dengan mempertimbangkan latar belakang suku-suku di Rote.
Oleh pemerintahan politik Belanda setelah melalui proses yang rumit dan berbelit-belit, Rote
Ndao dibagi dalam 19 wilayah semi otonom10
yaitu Nusak (Kerajaan)11
yang dipimpin oleh
seorang Manek (Raja).12
Setidak-tidaknya ada 2 alasan pokok mengapa pembagian wilayah ini penting, yakni:
Pertama, karena berkaitan dengan permasalahan politik lokal yaitu persaingan dan konflik di
antara suku-suku. Kedua, kepentingan politik Belanda dalam menguasai wilayah selatan
Timor sebagai yang akan menjadi benteng dalam kaitannya dengan perseteruan antara
Belanda dan Portugis di Nusa Tenggara Timur pada sisi yang lain (FanggidaE, 2002:40-41).
Dasar pembagian 19 Nusak (lihat Gambar 2) sebagai suatu pengelompokkan yang sifatnya
politis secara garis besar merupakan pembagian wilayah berdasarkan dialek/bahasa Rote.
10 Mitos yang berkembang bahwa dahulunya di Pulau Rote ada 20 Nusak, namun Nusak Dhana dihancurkan oleh
seorang pemuda bernama Nalle Sanggu yang memiliki dendam pada masyarakat di Nusak Delha, apa motifnya tidak
diketahui. (lih. Paul Haning, Penakluk Kerajaan nDana, Penerbit CV. Kairos). Dalam Laporan ini penulis
menggunakan 19 wilayah Nusak mengacu pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh James Fox di Pulau Rote
(lih. Fox, 1996).
11 Nusak, sebenarnya bukan terminologi yang asing dalam konteks masyarakat suku-suku di Pulau Rote. Nusak dalam
hal ini bukan institusi yang keberadaannya diintroduksikan dari luar wilayah suku, apalagi oleh pemerintahan
Belanda, tetapi sebaliknya merupakan bagian dari realitas masyarakat Rote tradisional (Therik, 2007:31).
12 Jabatan Manek yang kemudian dihubungkan dengan Nusak lebih merupakan terminologi politik formal yang
mengambil alih bentukan yang telah ada dalam kalangan masyarakat sebelumnya yang dikaitkan dengan suku (Leo)
dan pemimpin suku (Maneleo). Dengan demikian Nusak dalam hal ini menjadi wilayah yang diperluas/gabungan
antara wilayah milik suku-suku terdekat. Manek adalah bentuk yang diperluas dari Maneleo. “Institusi” Manek pada
kenyataannya hampir tidak mempunyai otoritas apa-apa terhadap realitas suku-suku karena mereka mempunyai
Maneleo sendiri. Manek dalam hal ini menjadi perpanjangan tangan dari pemerintahan Politik Belanda dalam
hubungan dengan persoalan-persoalan yang timbul sebagai konsekuensi dari perjumpaan antar suku (Therik,
2007:31).
5
Pada tataran Nusak, wilayah ini dibagi dalam kesatuan wilayah yang lebih kecil yaitu
nggolok dengan batas wilayah yang ditetapkan sebelumnya dan juga merupakan wilayah
pemerintahan semi otonom yang kewibawaannya diperoleh berdasarkan amanat dari badan
perurusan pusat. Nggolok dalam hal ini dipimpin secara kolektif oleh dewan masyarakat
yang beranggotakan 9 (sembilan) orang yang disebut sebagai manesio dan lasing-lasing
sebagai penasehat (FanggidaE, 2002:44).
Uraian di atas memberikan gambaran yang jelas tentang adanya pembelahan yang sangat
besar di kalangan suku-suku di Rote sampai pada tingkatan yang paling bawah, sehingga
dapat dipastikan akan sangat berpengaruh pada perilaku sosial ekonomi, sosial budaya
maupun sosial politik masyarakat Rote hingga saat ini.
Gambar 2. Pembagian Wilayah Nusak di Rote (Fox, 1997)
Gerakan Perlawanan Rakyat:Gerakan Perlawanan Rakyat:Gerakan Perlawanan Rakyat:Gerakan Perlawanan Rakyat: Meninjau HasilMeninjau HasilMeninjau HasilMeninjau Hasil Penelitian TerdahuluPenelitian TerdahuluPenelitian TerdahuluPenelitian Terdahulu
Secara singkat pada bagian ini penulis mengutip hasil penelitian “gerakan perlawanan petani”
yang dilakukan oleh James C. Scott di Malaysia, Sartono Kartodirdjo di Banten, dan diakhiri
dengan hasil penelitian “Involusi Pertanian” yang dilakukan oleh Clifford Geertz di Jawa.
Yang mana menurut hemat penulis kajian penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Scott,
Kartodirdjo dan Geertz secara tidak langsung telah membawa penulis pada penelitian
“gerakan perlawanan rakyat” di Rote terutama di Desa Bo’a (Nusak Delha) yang
6
masyarakatnya bukan masyarakat petani! Dan menariknya perlawanan yang terjadi tidak saja
di Tahun 1960 (sebagaimana uraian pada paper ini) tetapi juga pernah terjadi di Tahun 1932
di era Belanda dengan motif yang sama yakni menolak membayar pajak.13
James C. Scott dalam penelitiannya di Kedah-Malaysia yang kemudian daerah itu dinamai
Sedaka pada Tahun 1978-1980. Scott (2000) mengemukakan bahwa pola kehidupan
masyarakat petani (desa) sebenarnya dihampir setiap daerah mempunyai pola yang sama.
Seperti suka menggunjing, memfitnah dan memberi label atau citra yang buruk terhadap
seseorang yang menurut mereka sebagai musuh bersama. Biasanya mereka tidak berani
melakukan perlawanan secara langsung dan radikal, tetapi lebih bersifat perlawanan
simbolik. Scott memfokuskan perhatiannya pada pertarungan ideologi di kampung itu.
Pertarungan antara kelas kaya dan miskin di Sedaka bukanlah sekedar pertarungan mengenai
soal pekerjaan, hak milik, padi dan uang. Ia juga merupakan pertarungan mengenai
pemaknaan simbol-simbol tentang bagaimana masa lampau dan masa sekarang dipahami dan
diberi nama, pertarungan untuk mengidentifikasi penyebab-penyebab dan menilai
kesalahan-kesalahan, yang kesemuanya adalah upaya untuk memberi makna partisan kepada
sejarah setempat. Detail-detail pertarungan ini melibatkan unsur fitnah, pergunjingan dan
gossip yang bertujuan merusak nama baik orang lain, julukan-julukan kasar, gerakan tubuh
atau sikap berdiam diri tetapi maksudnya merendahkan orang lain.
Sebuah pertarungan jangka panjang yang prosaik, antara petani dan pihak yang mencoba
menyerobot pekerjaan, makanan, sewa dan bunga dari mereka. Kebanyakan bentuk
pertarungan ini hampir saja menimbulkan tantangan kolektif langsung. Senjata-senjata yang
mereka miliki seperti, memperlambat pekerjaan, bersifat pura-pura, pelarian diri, pura-pura
memenuhi permohonan, pencurian, pura-pura tidak tahu, menjatuhkan nama baik orang,
pembakaran, penyabotan dan sebagainya. Mereka hampir tidak membutuhkan koordinasi
atas perencanaan, menggunakan pemahaman implisit serta jaringan informal, sering
mengambil bentuk mengurus diri sendiri, dan mereka secara khas menghindari konfrontasi
simbolis secara langsung dengan kekuasaan. Menurut, Scott justru cara-cara seperti itulah
yang paling efektif dalam jangka panjang (Scott, 2000).
Bentuk-bentuk perlawanan kaum tani di Sedaka ini, lebih sebagai sekumpulan tindakan atau
perilaku individual. Hubungan antara pemikiran dan aksi, untuk mengatakannya dengan
halus, adalah suatu isu yang kompleks. Hal yang ingin ditegaskan oleh Scott adalah bahwa,
Pertama, baik intensi maupun aksi bukanlah penggerak yang tidak digerakkan. Aksi yang
dilahirkan dari intensi berputar kembali, untuk mempengaruhi kesadaran, dan dari sinilah
timbul intensi dan aksi berikutnya. Jadi aksi perlawanan dan pemikiran tentang perlawanan
adalah selalu berkomunikasi, selalu dalam dialog. Kedua, itikad atau kesadaran intensi tidak
dikaitkan dalam bentuk yang seluruhnya sama dengan dunia materi sebagaimana perilaku.
Adalah mungkin dan biasa bagi pelaku manusia untuk membayangkan suatu garis aksi, yang
pada suatu saat, tidak praktis dan tidak mungkin.
13 Lih. Therik (2014) Relasi Negara dan Masyarakat di Rote, Salatiga: Satya Wacana University Press
7
Sedangkan Kartodirdjo (1982) mengemukakan bahwa pemberontakan terhadap
pemerintahan kolonial terjadi di seluruh Hindia Belanda. Beberapa penyebabnya: kebijakan
kolonial dalam hal cacah jiwa, pajak, dan kerja paksa membuat penduduk menanggung beban
yang sebelumnya tidak mereka alami serta terjadinya perubahan sosial di tengah-tengah
mereka. Sistem administrasi Belanda menembus masuk hingga ke pedesaan dan tidak selalu
diterima oleh penduduk pribumi karena sistem modern yang didasarkan pada peraturan
tertulis yang pasti terkadang tidak dapat disesuaikan dengan sistem mereka sendiri. Aksi
kolektif melawan perubahan radikal yang terjadi di masyarakat mengakibatkan timbulnya
gerakan protes. Sistem kolonial sendiri tidak menawarkan institusi yang dapat mencegah
ketidakpuasan kalangan oposisi.
Penelitian “Involusi Pertanian” Clifford Geertz
Clifford Gertz di kenal dengan bapak fungsionalis yang dituangkannya ke dalam buku
pertamanya The Religion of Java. Dalam perjalanannya salah satu pemikirannya yang
mengandung relevansi dan merefleksikan kondisi masyarakat dan kebudayaan kita di masa
sekarang yaitu tentang involusi pertanian. Involusi pertanian ini bisa dilihat dalam bukunya
Agricultural Involution: The Process of Ecological Change in Indonesia (1969). Proses
pemiskinan di pedesaan Jawa dijelaskan Geertz bahwa kemiskinan di Jawa adalah produk
interaksi antara penduduk pribumi (petani di Jawa) dan struktur kolonial pada tingkat
nasional dalam konteks politik-ekonomi. Adapun keterkaitan proses pemiskinan dan tesis
involusi pertanian di Jawa, dijelaskan Geertz sebagai suatu pola kebudayaan yang memiliki
suatu bentuk yang definitif, yang terus berkembang menjadi semakin rumit ke dalam.
Pertanian dan petani Jawa secara khusus, dan kehidupan sosial orang Jawa secara umum,
harus bertahan untuk menghadapi realita meningkatnya jumlah penduduk dan tekanan
kolonial melalui proses kompleksifikasi internal.
Dalam konsepsi-konsepsi yang diutarakan oleh Geertz ini mengarah pada konsepsi
substantivis, istilah substantivis sendiri mendasarkan pengertiannya pada ekonomi sebagai
upaya manusia guna memenuhi kebutuhan hidup di tengah lingkungan alam dan lingkungan
sosialnya. Geertz menggunakan paradigma substantivisme. Aliran ini meyakini bahwa
tindakan-tindakan ekonomi tidak sepenuhnya ditentukan oleh individu yang mendasarkan
pada pertimbangan ekonomis yang rasional. Kondisi ekologis, organisasi sosial, demografis,
serta budaya menyebabkan petani Jawa harus melakukan berbagai adaptasi agar mereka tetap
mampu memenuhi kebutuhan subsistennya. Mekanisme adaptasi petani Jawa yang
digambarkan oleh Geertz adalah dengan melakukan intensifikasi dengan melibatkan
sebanyak mungkin tenaga dalam setiap kegiatan produksi tanaman dalam kerangka
membagi-bagikan rejeki yang ada hingga makin lama makin sedikit yang diterima. Geertz
menyebut mekanisme ini dengan Shared Proverty, kemiskinan yang dibagi rata, atau secara
gampangnya berbagi kemiskinan dengan sesama.
8
James J. Fox yang cukup lama melakukan penelitian antropologi di Pulau Rote dan Sawu,
nampaknya cukup jeli “memanfaatkan” ruang yang tidak dilihat oleh Geertz yakni mengkaji
perubahan ekologi di Pulau Rote dan Sawu yang merupakan pulau terluar di Kawasan Timur
Indonesia bagian Selatan (berbatasan langsung dengan Benua Australia). Fox rupanya tidak
menyinggung perlawanan rakyat di Desa Bo’a (Nusak Delha) yang kemudian dikenal dengan
Delha Affairs yang terjadi Tahun 1960, Fox lebih memusatkan penelitiannya di wilayah
Nusak Termanu dan Nusak Ba’a.
Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Scott, Kartodirdjo, Geertz dan Fox menjadi
“Tools” atau “Pintu Masuk” bagi penulis untuk menukik lebih dalam tentang Delha Affairs
yang terjadi pada Tahun 1960.14
Gerakan Perlawanan Rakyat di RoteGerakan Perlawanan Rakyat di RoteGerakan Perlawanan Rakyat di RoteGerakan Perlawanan Rakyat di Rote
Kemunculan gerakan perlawanan harus dilihat hubungannya dengan perkembangan yang
terjadi di Jawa. Di sana terdapat gerakan protes setelah kedatangan Belanda, yang semakin
menguat setelah pendudukan Belanda di daerah tersebut. Pada tahun 1908, di Jawa berdiri
organisasi modern pertama yang bernama Budi Utomo. Sementara itu, perlawanan di Nusa
Tenggara (termasuk di Rote) masih bersifat tradisional. Bentuk perlawanan modern baru
berkembang pada masa selanjutnya (Ardhana, 2005).
Ketika Bangsa Belanda datang di Rote, Rote sudah terbagi atas beberapa Nusak. Tidak mudah
bagi bangsa Belanda untuk menguasai daerah ini, mereka harus berperang melawan Nusak-
Nusak yang sudah ada di Rote. Seperti pada perang Nusak Ndao tahun 1575 dan perang
Nusak Bilba tahun 1576, kemudian perang Nusak Ba’a, Dengka, Lole dan Termanu pada
Tahun 1660 dan perang Nusak Landu, Ringgou, Oeapo dan Bilba pada Tahun 1753.
Kekalahan Nusak Dengka yang memimpin pertempuran pada Tahun 1660 didenda dengan
membayar 133 orang budak kepada pemerintah Belanda. Kemudian, pada Tahun 1661,
seorang Opperhofd Cuiljenburg memimpin suatu ekspedisi penyerangan ke Rote dengan
kekuatan lebih dari 900 pasukan beserta sekutu-sekutunya dari Pulau Timor, Nusak Loleh
dihancurkan dan sekitar 50 orang terbunuh dalam sehari. Setelah ekspedisi penyerangan
yang dipimpin oleh Opperhofd Cuiljenburg berakhir dengan kemenangan di pihak
Opperhofd Cuiljenburg, Pemerintah Belanda kemudian mengadakan perjanjian dengan
Nusak-Nusak yang ada. Komisaris Johann Paravicini dikirim sebagai utusan perdagangan ke
Timor dan Rote untuk membuat perjanjian dan hubungan perdagangan baru dengan
penguasa lokal di Pulau Timor, Rote, Solor dan Sumba. Tujuannya adalah mem-pertahankan
supermasi Belanda di wilayah itu. Perjanjian ini kemudian dikenal dengan Perjanjian
14 Uraian Delha Affairs 1960 sesungguhnya telah penulis uraikan secara detail pada Bab IV dalam Buku Relasi Negara
dan Masyarakat yang diterbitkan oleh Satya Wacana University Press (2014).
9
Paravicini.15 Dalam perjanjian tersebut disepakati hal-hal sebagai berikut: penguasa lokal
mengakui kedaulatan pemerintah Belanda dan bahwa semua Raja (termasuk di pesisir
selatan) bersekutu dengan VOC dan bersama-sama melawan musuh. Inti dari perjanjian ini
adalah dipeliharanya keamanan dan ketertiban (Ardhana, 2005). Nusak-Nusak yang ikut
menandatangani Perjanjian Paravicini adalah: Termanu, Dengka, Landu, Oenale, Ba’a,
Lelain, Oepao, Thie, Bilba, Ringgou, Korbafo, Diu, Ndao, Bokai dan Loleh (Soh, 2008)
Meskipun sudah ada Perjanjian Paravicini, ternyata Nusak-Nusak yang ada tetap saja
melakukan perlawanan terhadap Belanda, seperti Nusak Bilba, Ringgou, Oepau dan Diu tetap
bermusuhan dengan Belanda16, Nusak-Nusak ini kemudian ditaklukan dan dihukum dengan
cara para tahanan perang dijadikan sebagai budak dan bekerja pada Belanda sesuai dengan isi
Perjanjian Paravicini. Para tawanan perang yang dijadikan budak ini sebagian di kirim ke
Timor dan sebagian lagi dikirim ke Jawa. (Soh, 2008).
Selain peristiwa Perjanjian Paravicini, kejadian penting lainnya adalah peristiwa tertembak
matinya Foe MburaFoe MburaFoe MburaFoe Mbura,17
Raja dari Nusak Thie. Dalam suatu pertemuan di Nusak Thie pada
tanggal 11 Oktober 1746, Residen Meulenbeck merasa kedatangannya tidak disambut dengan
baik oleh para petinggi18
Nusak Thie, Muelenbeck kemudian mencaci-maki para petinggi
Nusak Thie, hal ini tidak diterima oleh Foe Mbura, Foe Mbura pun melepaskan tembakannya
ke arah Muelenbeck tetapi sayang tembakan itu meleset dan dengan gesit salah seorang
pengawal Muelenbeck melepaskan tembakan ke arah Foe Mbura dan saat itu juga Foe Mbura
langsung tewas di tempat. Tidak terima karena Rajanya ditembak mati, warga Nusak Thie
dan sekitarnya melakukan aksi pembalasan pada tanggal 12 Oktober 1746, Residen
Muelenbeck dan seluruh pengikutnya mati dibantai oleh massa, mayat-mayat Muelenbeck
dan pengikutnya dibakar habis di tepian pantai. Yang lolos waktu itu hanya Tuan Const,
seorang pemegang buku (Boekhouder). Const kemudian melarikan diri ke Kupang pada
tanggal 24 Oktober 1746 dan melaporkan semua kejadian pembunuhan yang terjadi di Nusak
Thie kepada Residen Van der Burgh di Kupang.19
Perlawanan rakyat di Rote sesungguhnya sudah muncul pada Tahun 1653. I.H. Doko dalam
catatan pribadinya yang dibukukan (1974:29-30)20 menulis bahwa hubungan Belanda dengan
Raja-raja di Rote yang pada waktu itu hanya ada 5 orang raja (Manek). Dan diperkuatkan
15 Perjanjian Paravicini ditandatangani pada tanggal 9 Juni 1756 dan membahas mengenai kesejahteraan rakyat,
pemerintahan sah Belanda, kerja sama melawan para perompak, penghapusan perdagangan budak, perlindungan
tanah pertanian, perlindungan perdagangan, perlindungan pelayaran, bantuan terhadap kapal karam, penyimpanan
kaparan (barang terdampar), pelarangan hubungan dengan penguasa asing dan Eropa lainnya di pelabuhan atau
kediaman tanpa izin penguasa wilayah. (Ardhana, 2005).
16 Sayangnya Soh tidak mengungkap mengapa Nusak Bilba, Ringgou, Oepau dan Diu tetap bermusuhan dengan
Belanda meski sudah ada perjanjian Paravicini.
17 Setelah dibaptis menjadi pemeluk agama Kristen, namanya berubah menjadi Benjamin Messakh (Netti, 1997)
18 Koopmans (1921) tidak menyebutkan dengan rinci siapa-siapa saja petinggi Nusak Thie yang dimaksudkan.
19 Tindakan pembalasan tidak dilakukan karena pada saat itu Residen Van der Burgh sibuk menghadapi bangsa
Portugis (golongan Portugis Hitam atau Topas) yang ingin menguasai Kupang (Koopmans, 1921).
20 Sayang sekali, I.H. Doko tidak menyebutkan dari mana sumbernya.
10
pula dengan perjanjian-perjanjian pada tahun 1691, 1700 dan 1756. Sedangkan jumlah raja-
raja yang berkuasa-pun bertambah banyak, yaitu mula-mulanya 5 orang, pada tahun 1690
sudah menjadi 12 orang, pada tahun 1756 sebanyak 14 orang dan pada tahun 1800 sudah
menjadi 18 orang raja. Belanda sangat pintar memainkan politik adu domba dan juga
memanfaatkan sifat-sifat raja Rote yang satu ingin sangat bersaingan dengan yang lain.
Akhirnya seluruh kerajaan di Pulau Rote terpaksa harus mengakui kekuasaan Belanda
dengan perjanjian bahwa:
a. Setiap tahun harus membayar upeti (pajak hasil bumi/panen)
b. Raja di Rote harus men-supply tenaga untuk memperkuat pasukan Belanda
c. Raja-raja tidak boleh berdagang dengan lain bangsa (Portugis, Cina, dan bangsa Indonesia
lainnya)
d. Dalam menyelesaikan persengketaan antara mereka dengan mereka harus
mempergunakan Belanda sebagai pengantara.
Selanjutnya, Doko mengemukakan bahwa pada tahun-tahun 1920-an beberapa Raja di Pulau
Rote, antara lain Raja Thie (D. Messakh) dibuang ke Ruteng (Kabupaten Manggarai); Raja
Diu (D. Manafe) dibuang ke Larantuka (Kabupaten Flores Timur); Raja Loleh (P.Z. Zacharias)
dibuang ke Kota Manado-Sulawesi Utara dengan tuduhan “Raja yang menindas rakyatnya”.
Tetapi sesungguhnya mereka itu adalah Raja-raja yang selalu melawan dan tidak begitu saja
mau tunduk kepada perintah dan kemauan Belanda, mereka adalah Raja yang setia pada
rakyatnya. Ini-lah titik awal perlawanan rakyat Rote terhadap kekuasaan pemerintahan
Belanda.21
“Otak Rote”“Otak Rote”“Otak Rote”“Otak Rote”
Di antara semua penduduk di Indonesia Timur, orang Rote telah terkenal sebagai penduduk
yang paling dapat menghindarkan campur tangan dari luar. F.J. Omerling, bekas Direktur
Institut Geografi Jakarta, yang mengadakan penelitian di Pulau Timor pada awal tahun lima
puluhan, dengan cermat mencatat sifat orang Rote tersebut (1956 dalam Fox, 1996:5):
Keengganan masyarakat Rote untuk mematuhi perintah-perintah resmi terutama
tampak pada waktu perhitungan pajak tahunan. Banyak orang Rote yang tidak
ditempat, pada musim kemarau, ketika petugas pajak berkeliling untuk
memperkirakan panen agar dapat menentukan pendapatan tahunan dari penduduk.
Di dalam daftar pajak, nama-nama kampung di Rote seringkali diikuti dengan catatan
larilarilarilari. Orang-orang Rote yang dapat ditemui dan kepadanya diajukan pertanyaan-
pertanyaan biasanya dengan cara yang sangat cerdik menyatakan dirinya melarat dan
tak beruang.
21 Perkembangan Civil Society dan Dinamikanya di Rote antara Tahun 1575-2014 dapat dilihat pada bagian Lampiran
dari Paper ini
11
Bagi orang Rote, bicara adalah suatu daya tarik dalam kehidupan. Dan perdebatan
merupakan sesuatu yang sangat menyenangkan. Fokus kebudayaan ini bukan merupakan
suatu hal yang baru terjadi akhir-akhir ini. Dari abad 17 telah tercatat dalam daftar komentar
Belanda, bahwa suka bicara dan suka bertengkar adalah ciri-ciri dari orang Rote, dan bahkan
mengesankan bagi orang yang kebetulan mengunjungi pulau itu (Fox, 1986:27).
Pada tahun 1891, misalnya seorang naturalis Hermanten Kate, dalam perjalanannya ke
pulau-pulau sebelah timur Indonesia, mengadakan kunjungan singkat ke Pulau Rote dan
mengatakan: “Hampir di setiap tempat yang kami kunjungi di Pulau Rote, terjadi
pertengkaran. Orang pribumi, yaitu orang Rote, bicara melantur mengenai soal yang tidak
berarti seperti seorang nenek Belanda tua. Hal itu disebabkan karena sifat orang Rote yang
suka bicara, setiap pertengkaran tentunya memberikan bahan untuk bicara. Kate (1894:221
dalam Fox, 1996:116-117).
Suka bicara dan suka bertengkar ini-lah melahirkan julukan bagi orang Rote, yaitu: Orang
Rote Sama Dengan Ular22. Artinya, jika Anda bertemu orang Rote dan ular, jangan ular yang
dibunuh terlebih dahulu, tetapi bunuh dulu orang Rote, baru kemudian membunuh ular.
kenapa? Ular tidak bisa menjadi orang Rote, tetapi orang Rote bisa menjadi ular!
Delha AffairsDelha AffairsDelha AffairsDelha Affairs 1960: Temuan Lapangan1960: Temuan Lapangan1960: Temuan Lapangan1960: Temuan Lapangan
Sesuai dengan laporan Manek Delha Abner NdoenAbner NdoenAbner NdoenAbner Ndoen dan laporan petugas pajak Z.M. MbolikZ.M. MbolikZ.M. MbolikZ.M. Mbolik23
secara garis besar dapat penulis ringkas ke dalam lima tahapan, yaitu:
- Tahap I: Sebelum perang Dunia ke-II (Tahun 1935) pernah muncul persoalan pajak di
Nusak Delha, masyarakat Nusak Delha hanya mau membayar pajak sebesar Rp2.50. Pada
waktu itu Pemerintah Hindia Belanda menghukum para pemimpinnya sehingga rakyat
Delha mulai membayar pajak secara normal.
- Tahap II: Sesudah kemerdekaan, tahun 1950 persoalan ini muncul kembali dengan aktor
intelektual seorang pensiunan KNIL tahun 1950 atas nama Matheos PetrusMatheos PetrusMatheos PetrusMatheos Petrus24
. Ia berhasil
menarik simpati rakyat Delha dengan menyebarkan berita bahwa ia tengah
memperjuangkan pembayaran pajak hanya sejumlah Rp 3.75,- lebih rendah dari yang
ditetapkan oleh Pemerintah Swapraja. Perjuangan ini dilakukan dengan cara mengirim
permohonan kepada Presiden RI Soekarno melalui rekes-nya tahun 1952/1953. Dan
nampaknya upaya untuk menarik simpati masyarakat berhasil karena rakyat sejak tahun
1950 (1949 akhir) sudah tidak mau lagi membayar pajak kepada Pemerintah Indonesia
22 Ular dimaknai sebagai orang yang perilakunya sangat lihai, licik dan pandai berkelit/bersilat lidah.
23 Lih. Naskah Dinas Dewan Pemerintahan Daerah Sementara (DPDS) Swapraja Rote Ndao Tahun 1960
24 Imanuel Ndoen (75 Tahun) menuturkan kepada penulis dalam wawancara tanggal 20 Maret 2008, provokatornya
bernama Matheus FeoMatheus FeoMatheus FeoMatheus Feo, seorang bekas Tentara KNIL dan Anggota PKI di Desa Bo’a. Sementara itu, Naskah Dinas
DPDS Swapraja Rote Ndao Tahun 1990 melaporkan nama Matheos PetrusMatheos PetrusMatheos PetrusMatheos Petrus dengan status yang sama pensiunan
Tentara KNIL dan Anggota PKI di Desa Bo’a. Dalam Laporan ini penulis menggunakan nama Matheos Petrus.
12
(Pemerintah Swapraja Rote Ndao). Aktor lain yang terlibat dalam upaya ini adalah
AfonsusAfonsusAfonsusAfonsus NdoNdoNdoNdokokokoko dan Gabriel BaluGabriel BaluGabriel BaluGabriel Balu.
- Tahap III: Keinginan rakyat Delha untuk membayar pajak hanya sebesar Rp3.75,-
kemudian ditunggangi oleh Pengurus Partai Nasionalis Indonesia (PNI) di Ba’a (Rote),
sehingga terjadi demontrasi di Ba’a pada tahun 1954, demonstrasi ini terjadi ketika
kunjungan Gubernur Nusa Tenggara, Bapak SariminSariminSariminSarimin ke Ba’a.
- Tahap IV: Karena telah tertunggak hampir 10 Tahun, Pemerintah Swapraja Rote Ndao
kemudian mulai melakukan operasi Pembayaran Pajak pada tanggal 19 sampai 21
Oktober 1959. ternyata Rakyat Delha sebagian besar mulai membayar pajak. Matheos
Petrus kemudian dibawa ke Ba’a untuk diperiksa polisi karena ia mengaku menghasut
orang untuk membayar pajak sebesar Rp. 3.75. Polisi kemudian mulai memanggil para
saksi dalam pemeriksaan Matheos Petrus, namun mereka tidak datang ke kantor Polisi
melainkan ke kantor Jaksa untuk diperiksa di sana. Sesudah itu mereka pulang kembali ke
Delha dan tidak lagi menghadap polisi.
- Tahap V: Karena kehilangan posisi tawar, Matheos Petrus akhirnya berusaha mencari
bantuan pihak ketiga. Ia kemudian berupaya bekerjasama dengan Partai Komunis
Indonesia (PKI), pada sebuah kesempatan ia ”menubruk” masuk kantor Sekretariat PKI di
Ba’a (Sekretarisnya waktu itu adalah J. PutirulanJ. PutirulanJ. PutirulanJ. Putirulan). Sehingga PKI mendapat jalan untuk
membuka cabangnya di Nusak Delha, sebagai tandanya mereka mendirikan papan nama
partai pada tanggal 1 Januari 1960. Pendirian ini juga ditandai dengan pesta yang dihadiri
oleh rakyat Delha. Ternyata bahwa pendirian cabang itu tanpa seijin Pemerintah
Swapraja dan Polisi setempat walaupun pada saat itu ada larangan melakukan aktifitas
partai oleh penguasa perang sementara.
Penagihan Pajak: Pemicu PerlawananPenagihan Pajak: Pemicu PerlawananPenagihan Pajak: Pemicu PerlawananPenagihan Pajak: Pemicu Perlawanan
Mulai tahun 1949 sampai dengan tahun 1960 sebagian besar wajib pajak di Delha tidak mau
membayar pajak sesuai ketentuan pemerintah25. Dan hanya mau membayar pajak sebesar
Rp3.75 per orang per tahun. Angka ini memang lebih rendah dari pajak resmi yang
ditetapkan oleh pemerintah. Angka Rp3.75 ini merupakan hasil rekayasa oleh Matheos
Petrus berdasarkan suratnya yang disebarluaskan kepada warga yang dibantu oleh Alfonsus
Ndoko26
dan Gabriel Balu.27
25 Hal ini dikarenakan pada waktu dulu ada istilah kamente (tidak boleh membayar upeti). Wawancara dengan
Imanuel Ndoen (75 Tahun) tanggal 20 Maret 2008.
26 Karena perbuatannya ini, Matheos Petrus dan Alfonsus Doko pernah di hukum di Pengadilan Negeri Baa pada
Tahun 1953. Wawancara dengan Imanuel Ndoen (75 Tahun) tanggal 20 Maret 2008.
27 Gabriel Balu berkeinginan menjadi Manek di Nusak Delha. Ia mencari popularitas dengan menyatakan
menyanggupi memperjuangkan pembayaran pajak sebesar Rp3.75 per orang per tahun. Sebagian besar masyarakat
Nusak Delha menyambut keinginannya sekaligus mendukung dirinya menjadi Manek Delha. Gabriel Balu akhirnya
13
Tidak berakhir di sini, Matheos Petrus muncul kembali di Nusak Delha dengan membawa
semacam surat gugatan (rekes) yang dikirim kepada Presiden Soekarno, intinya agar rakyat
Nusak Delha cukup membayar pajak Rp.3.75 per orang per tahun. Provokasi Matheos Petrus
rupanya berhasil menarik banyak simpati dari masyarakat Nusak Delha, 305 wajib pajak di
Nusak Delha ikut menandatangani surat gugatan dimaksud dan juga menyerahkan uang
Rp.2-Rp.5 kepada Matheos Petrus untuk kepentingan pengiriman surat ke Jakarta.28
Selain itu ada isu yang berkembang bahwa Matheos Petrus juga mengumpulkan dan
menahan kolekte kebaktian jemaat di Delha, sementara Matheos Petrus bukan pelayan resmi
di sana. Ia bahkan juga memutuskan perkara dan menerima uang terang kampong29 padahal
ia bukan seorang hakim. Karena perbuatannya itu banyak rakyat Nusak Delha tidak mau
membayar pajak kepadanya dengan alasan masih menunggu jawaban pasti dari Presiden
Soekarno atas klaim besarnya pajak yang harus dibayar. Keadaan ini sangat menghambat
jalannya roda pemerintahan karena kelancaran keuangan swapraja terganggu.
Pemerintah selalu berusaha menyadarkan rakyat agar mau membayar pajak.30
Pada tanggal
22 Oktober 1959, Utusan Kepala Daerah Tingkat II Kupang (Sdr. M.E. NgefakM.E. NgefakM.E. NgefakM.E. Ngefak) dengan
didampingi oleh anggota DPDS Swapraja Rote Ndao memberikan nasehat lisan kepada rakyat
Delha di Rumah Manek Delha agar tetap membayar pajak. Kronologis pertemuan tanggal 22
Oktober 195931
penulis kutip kembali secara ringkas sebagai berikut:
Pada awal inti pembicaraan adalah terganggunya keuangan Swapraja Rote Ndao
karena sebagian besar rakyat Delha tidak mau membayar pajak. Kemudian pertemuan
dilanjutkan dengan Tanya Jawab. Lalu muncul Matheos Petrus, pensiunan KNIL yang
berdiam di Teteana dan berbicara sebagai berikut:
Saya Matheos Petrus menerangkan bahwa pemerintah mengatakan saya
pengacau/penghasut sehingga orang-orang Delha tidak mampu membayar pajak.
Tetapi sebenarnya orang-orang Delha sebanyak 305 orang datang untuk meminta saya
menjadi pemimpin mereka untuk membuat surat keberatan kepada Presiden RI
Soekarno. Saya mengaku bahwa saya telah membuat surat itu kepada Presiden RI
minta suapaya besar pajak setahun hanya Rp.3.75 (tiga 75/100 rupiah) untuk seorang
wajib pajak setahun. Tetapi hingga kini belum ada balasan kabar apa-apa dari
Presiden, olehnya semua ini hanya bayar pajak sebesar Rp.3.75, lebih tidak.
Lalu Sdr. M.E. Ngefak (utusan Kepala Daerah Tingkat II Kupang Wilayah Rote/Sabu
di Baa) menjelaskan lagi kepada hadirin bahwa pemerintah tidak mengatakan bahwa
dijatuhi hukuman di pengadilan negeri di Baa pada Tahun 1955 dan kemudian di buang ke Penjara Nusakembangan,
Cilacap-Jawa Tengah. Wawancara dengan Imanuel Ndoen (75 Tahun) tanggal 20 Maret 2008.
28 Ternyata uang ini digunakan untuk kepentingan pribadi Matheos Petrus. Wawancara dengan Imanuel Ndoen (75
Tahun) tanggal 20 Maret 2008.
29 Pernikahan yang dilakukan karena calon istri telah hamil sebelum menikah secara resmi.
30 Sesuai dengan relas Pengamat Pajak Tingkat I Rote/Sabu L. Salow pada tanggal 16 Desember 1957, relas anggota
DPDS Swarapaja Rote Ndao W.St. Mbate Mooy pada tanggal 18 Desember 1957.
31 Sesuai dengan relas Pengamat Pajak Tingkat I Rote/Sabu L. Salow pada tanggal 16 Desember 1957, relas anggota
DPDS Swarapaja Rote Ndao W.St. Mbate Mooy pada tanggal 18 Desember 1957.
14
oknum Matheos Petrus-lah yang menjadi pengacau di sini. Tetapi Pemerintah
mengatakan bahwa ada beberapa orang yang sementara dalam penyeldidikan dan
tidak menyebutkan orangnya. Tetapi karena Saudara Matheos Petrus menyebutkan
bahwa dialah pemimpin 305 wajib pajak Nusak Delha yang onar membayar pajak
selama ini, maka pekerjaan Pemerintah untuk mencari pengacau itu menjadi lebih
ringan.
Dalam laporan perjalanan dinas anggota DPDS Swapraja Rote Ndao W.St. Mbate MooyW.St. Mbate MooyW.St. Mbate MooyW.St. Mbate Mooy
dengan Surat Perintah Jalan Nomor 85/1957 tanggal 10 Desember 1957 sampai dengan 16
Desember 1957 pada intinya menyatakan bahwa Manek Oenale dan juru tulisnya Petrus GiriPetrus GiriPetrus GiriPetrus Giri
bersekongkol untuk menyembunyikan sesuatu, kemungkinan mereka berusaha menghindari
dari kunjungan tersebut untuk memperbaiki keuangan Nusak Delha yang kacau balau.
Penghadangan dan Pertempuran: Rakyat VersusPenghadangan dan Pertempuran: Rakyat VersusPenghadangan dan Pertempuran: Rakyat VersusPenghadangan dan Pertempuran: Rakyat Versus (Alat)(Alat)(Alat)(Alat) NegaraNegaraNegaraNegara
Pada tanggal 25 Januari 1960, Manek Delha bersurat kepada utusan Kepala Daerah Tingkat II
Kupang M.E. Ngefak di Baa untuk menangani tindakan PKI di Nusak Delha. Rupanya
Matheos Petrus berupaya meminta bantuan pada PKI untuk memuluskan perjuangannya
mempengaruhi masyarakat Desa Bo’a. Pada tanggal 1 Januari 1960, PKI resmi memasang
papan nama partainya di Desa Nemberala32 berkat bantuan Matheos Petrus yang juga saat itu
resmi menjadi anggota PKI.
Pada tanggal 4 Mei 1960 Kepala Daerah Tingkat II Kupang W.C. OematanW.C. OematanW.C. OematanW.C. Oematan dan Komandan
Sektor CCCC.... OverateOverateOverateOverate juga memberi nasehat kepada rakyat Delha (pada waktu itu hadir sekitar
200 orang, nasehat-nasehat ini diterjemahkan ke dalam bahasa Delha oleh anggota DPDS
Swapraja Rote Ndao, W.St. Mbate Mooy). Nasehat ini dilakukan di rumah Manek Delha di
Desa Nemberala. Pada tanggal 6 Mei 1960, Kepala Pemerintahan Setempat Rote/Sabu N.G.N.G.N.G.N.G.
nDoennDoennDoennDoen melalui suratnya dengan nomor: 6/5/58/Rhsts meminta bantuan kepada Komandan
Vak. I, Kapten KanaKapten KanaKapten KanaKapten Kana untuk menangani masalah Delha. Kemudian disusul lagi dengan Surat
DPDS Swapraja Rote Ndao nomor: 107/Rhs/1958 yang ditandatangani oleh Kepala DPDS
Swapraja Rote Ndao Ch.P. Manubulu.Ch.P. Manubulu.Ch.P. Manubulu.Ch.P. Manubulu.
Untuk memulihkan keuangan swapraja Rote Ndao, maka Kepala Daerah Tingkat II Kupang
W.C. Oematan memerintahkan Kepala DPDS Swapraja Rote Ndao Ch.P. Manubulu untuk
segera membentuk tim penagih pajak yang terdiri dari unsur Nusak Delha, unsur DPDS
Swapraja Rote Ndao dan unsur Polisi Negara. Tim ini terdiri dari 13 orang yang bertugas
menagih pajak sejak Tahun 1949-1959 kepada 305 wajib pajak yang berdiam di Desa Bo’a
Nusak Delha. Tim ini mulai tertugas pada tanggal 10 Mei 1960 jam 14.00 Wita mereka
32 Pendirian ini juga ditandai dengan pesta yang dihadiri oleh sebagian rakyat Nusak Delha. Ternyata bahwa
pendirian cabang itu PKI tanpa seijin Pemerintah Swapraja dan Polisi setempat walaupun pada saat itu ada larangan
melakukan aktifitas partai oleh penguasa perang sementara.
15
berotlak menuju Nusak Delha dari Baa menggunakan kuda. Ke-13 anggota tim penagih pajak
yang dibentuk dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini:
Tabel 1. Anggota Tim Penagih Pajak
NoNoNoNo Nama Anggota TimNama Anggota TimNama Anggota TimNama Anggota Tim UnsurUnsurUnsurUnsur
1 Abner Ndoen Manek Delha
2 Obed Kili Temukung Sedeoeo
3 Thoma Fua Temukung Mbui
4 Diogomis Loa Temukung Ombak
5 Agus Mengge Temukung Teai
6 Hanok Balu Temukung Leoanak
7 D. Ndoen Juru Tulis Pajak Nusak Delha
8 B.M. Bailaen Juru Tulis Swapraja Rote
9 J. Bessie Pesuruh Swapraja Rote
10 J. Foeh Pegawai Pajak Swapraja Rote
11 H. Bessie Anggota Polisi Negara/Komandan Patroli
12 I Made Kukuh Anggota Polisi Negara
13 Petrus Ngongobili Anggota Polisi Negara
Sumber: Laporan Tertulis Manek Delha Abner Ndoen dan Laporan Tertulis Petugas Pajak Z.M. Mbolik Tahun
1960 dalam Naskah Dinas DPDS Swapraja Rote Ndao Tahun 1960.
Pada tanggal 12 Mei 1960, tim melakukan penagihan di kampung LoEdi, SedeoEn, Hehenat,
dan OefoE/LenaoEn. Tanggal 13 Mei 1960 tim melakukan penagihan di kampung BonioEn,
Tuaneo dan Mbore. Semuanya aktifitas penagihan selama 2 hari berturut-turut berjalan
dengan baik.
Pada tanggal 14 Mei 1960 jam 07.30 Tim penagih pajak berangkat dari Desa Nemberala
menuju kampung TunggaoEn dengan jarak tempuh + 3 Km2
menggunakan kuda untuk
menagih pajak di TunggaoEn. Pada pukul 08.30 tim tiba di TunggaoEn dan rumah pertama
yang mereka tagih kebetulan hanya ada seorang perempuan di dalam rumah yang bernama
SuSuSuSui Sueki Sueki Sueki Suek. Sui Suek tidak mau membayar pajak dengan alasan pajak sebesar Rp.3.75 per orang
per tahun sudah dibayarkan33 dan karena itu kami tidak mau membayar lagi. Salah seorang
anggota tim penagih pajak Petrus NgongobiliPetrus NgongobiliPetrus NgongobiliPetrus Ngongobili yang juga anggota polisi negara berusaha
menjelaskan dan meminta Sui Suek segera mengambil uang dan membayar pajak sesuai
jumlah tagihan. Tetapi sebaliknya, Sui Suek malah berusaha merampas pistol yang ada di
pinggang Petrus Ngongobili namun upayanya gagal. Hanya tali senjata yang bisa diraih oleh
Sui Suek. Sui Suek akhirnya berteriak minta tolong, beberapa pemuda TunggaoEN yang
berbadan kekar keluar dan menbantu Sui Suek. Melihat kondisi yang semakin tidak
terkendali, Petrus Ngongobili mengeluarkan tembakan peringatan ke udara sambil berteriak
“sabar saudara-saudara” karena ketakutan akhirnya mereka lari tunggang langgang.
33 Dibayarkan pada Matheos Petrus.
Sementara itu Sui Suek tidak mampu berbuat banyak karena wajahnya ditampar oleh polisi
hingga hidungnya berdarah.
Informasi lisan lainnya dikemukakan oleh
peristiwa tersebut dipicu oleh “KEBOHONGAN” yang koarkan oleh seorang Ibu dari Desa
Bo’a. Si Ibu mengatakan, bahwa Dia di “PUKUL” oleh beberapa Penagih Pajak (Aparat
Negara) saat bertemu di jalan. Mendengar, bahwa ada wanita dari B
Negara, maka masyarakat Bo’a, tanpa
tersebut, langsung melakukan penghadangan dan penganiayaan, hingga terjadi korban jiwa.
Entah kejadian itu dipicu oleh suatu “kebohongan” ata
persoalan politik/ideologi.
Karena sudah tidak ada lagi perlawanan, maka penagihan di kampung TunggaoEn dilakukan
sampai selesai. Kemudian tim memutuskan untuk beristirahat sambil makan siang bersama di
rumah D. NdoenD. NdoenD. NdoenD. Ndoen, juru tulis pajak
perjalanan ke Desa Bo’a
Tim penagih pajak tiba di Desa Bo’a pada pukul 15.00 Wita, rumah pertama yang didatangi
tim penagih pajak adalah rumah milik wajib pajak
tidak ada di rumah, hanya istrinya
suaminya, tim menunggu hingga lebih dari 5 menit, Matheos Rassi juga belum datang,
akhirnya tim memutuskan melanjutkan perjalanan ke rumah wajib pajak yang
kampung Bo’a sambil memberikan tambahan waktu bagi Asnat Nggadas untuk memanggil
suaminya. Asnat Nggadas malah mengeluarkan sungutan/makian berbunyi “
“Kilat Sambar”. Namun makian ini tidak dipedulikan oleh tim.
34 Wawancara tanggal 24 Juli 2008
Sementara itu Sui Suek tidak mampu berbuat banyak karena wajahnya ditampar oleh polisi
Informasi lisan lainnya dikemukakan oleh Arnolus BernaduzArnolus BernaduzArnolus BernaduzArnolus Bernaduz NdoenNdoenNdoenNdoen (38 Tahun)
peristiwa tersebut dipicu oleh “KEBOHONGAN” yang koarkan oleh seorang Ibu dari Desa
Bo’a. Si Ibu mengatakan, bahwa Dia di “PUKUL” oleh beberapa Penagih Pajak (Aparat
Negara) saat bertemu di jalan. Mendengar, bahwa ada wanita dari Bo’a “dipukul” oleh Aparat
Negara, maka masyarakat Bo’a, tanpa cross check lebih jauh tentang peristiwa “pemukulan”
tersebut, langsung melakukan penghadangan dan penganiayaan, hingga terjadi korban jiwa.
Entah kejadian itu dipicu oleh suatu “kebohongan” atau tidak tersebut lalu bergeser ke
Karena sudah tidak ada lagi perlawanan, maka penagihan di kampung TunggaoEn dilakukan
sampai selesai. Kemudian tim memutuskan untuk beristirahat sambil makan siang bersama di
, juru tulis pajak Nusak Delha. Setelah makan siang, tim melanjutkan
Tim penagih pajak tiba di Desa Bo’a pada pukul 15.00 Wita, rumah pertama yang didatangi
tim penagih pajak adalah rumah milik wajib pajak Matheos RassiMatheos RassiMatheos RassiMatheos Rassi, namun yang
tidak ada di rumah, hanya istrinya Asnat NggadasAsnat NggadasAsnat NggadasAsnat Nggadas. Sehingga ia diminta untuk memanggil
suaminya, tim menunggu hingga lebih dari 5 menit, Matheos Rassi juga belum datang,
akhirnya tim memutuskan melanjutkan perjalanan ke rumah wajib pajak yang
kampung Bo’a sambil memberikan tambahan waktu bagi Asnat Nggadas untuk memanggil
suaminya. Asnat Nggadas malah mengeluarkan sungutan/makian berbunyi “
“Kilat Sambar”. Namun makian ini tidak dipedulikan oleh tim.
Keterangan Foto:
Rumah Pertama di Bo’a
milik Asnat Nggadas
yang dibakar oleh Polisi
pada tanggal 16 Mei
1960 di Desa Bo’a. Puing
rumah ini adalah “tanda
peringatan” akan
peristiwa kelam yang
dikenal dengan
Affairs.
Foto: Wilson Therik,
2007
16
Sementara itu Sui Suek tidak mampu berbuat banyak karena wajahnya ditampar oleh polisi
(38 Tahun)34
, bahwa
peristiwa tersebut dipicu oleh “KEBOHONGAN” yang koarkan oleh seorang Ibu dari Desa
Bo’a. Si Ibu mengatakan, bahwa Dia di “PUKUL” oleh beberapa Penagih Pajak (Aparat
o’a “dipukul” oleh Aparat
lebih jauh tentang peristiwa “pemukulan”
tersebut, langsung melakukan penghadangan dan penganiayaan, hingga terjadi korban jiwa.
u tidak tersebut lalu bergeser ke
Karena sudah tidak ada lagi perlawanan, maka penagihan di kampung TunggaoEn dilakukan
sampai selesai. Kemudian tim memutuskan untuk beristirahat sambil makan siang bersama di
Delha. Setelah makan siang, tim melanjutkan
Tim penagih pajak tiba di Desa Bo’a pada pukul 15.00 Wita, rumah pertama yang didatangi
, namun yang bersangkutan
. Sehingga ia diminta untuk memanggil
suaminya, tim menunggu hingga lebih dari 5 menit, Matheos Rassi juga belum datang,
akhirnya tim memutuskan melanjutkan perjalanan ke rumah wajib pajak yang lain di
kampung Bo’a sambil memberikan tambahan waktu bagi Asnat Nggadas untuk memanggil
suaminya. Asnat Nggadas malah mengeluarkan sungutan/makian berbunyi “Ndera Tek” atau
Keterangan Foto:
Pertama di Bo’a
Asnat Nggadas
yang dibakar oleh Polisi
pada tanggal 16 Mei
1960 di Desa Bo’a. Puing
rumah ini adalah “tanda
peringatan” akan
peristiwa kelam yang
dikenal dengan Delha
Foto: Wilson Therik,
17
Rupanya warga Desa Bo’a sudah mengetahui akan kedatangan “tamu tak diundang”. Saat tiba
di sebuah tanah lapang di pinggir pantai, tim dikejutkan oleh serangan warga Desa Bo’a yang
menggunakan senjata kayu pemukul. Melihat kondisi ini, H. BessieH. BessieH. BessieH. Bessie, anggota polisi negara
yang juga komandan patroli meminta warga agar menyimpang kayu pemukul mereka tetapi
himbauan ini tidak dihiraukan hingga H. Bessie dan 2 anggota polisi lainnya I Made KukuhMade KukuhMade KukuhMade Kukuh
dan Petrus Ngongobili mengeluarkan tembakan peringatan ke udara hingga 4 kali. Warga
yang berjumlah + 100 orang malah semakin beringas dan tidak takut lagi dengan tembakan
polisi, perkelahian polisi dan warga tak dapat dihindari, 2 orang polisi yakni H. Bessie dan I
Made Kukuh jatuh ke tanah dan tidak bergerak lagi, mereka tewas di tempat. Dari warga
sipil, ada 2 orang yang juga tewas di tempat, mereka tewas terkena tembakan polisi, yakni
Benyamin NggadasBenyamin NggadasBenyamin NggadasBenyamin Nggadas dan Lukas BoroLukas BoroLukas BoroLukas Boro, beberapa warga lainnya juga terkena luka tembak tetapi
tidak sampai meninggal.
Melihat 2 temannya sudah terkapar dan tidak bergerak lagi, Petrus Ngongobili lalu melarikan
diri ke hutan dengan hanya menggunakan “kelewang” Rote untuk menjaga diri, senjata milik
Petrus Ngongobili sudah dirampas warga dan kepalanya dalam keadaan luka serta
mengeluarkan banyak darah akibat hantaman kayu pemukul. Petrus Ngongobili dikejar oleh
3 orang warga namun rupanya mereka gagal, Petrus Ngongobili berhasil menyelamatkan diri
dengan cara pura-pura mati. Sementara tim penagih pajak yang lain melarikan diri dengan
kuda ke Desa Nemberala, saat itu mereka sempat mengenali Linus AduLinus AduLinus AduLinus Adu35353535
dan NgeniNgeniNgeniNgeni
sementara mengejar mereka dari belakang, tetapi Linus dan Ngeni tak mampu melawan
tenaga kuda.
Tim penagih pajak yang melarikan diri tiba di Desa Nemberala keesokan harinya (tanggal 15
Mei 1960) pada jam 16.00 Wita. 1 jam kemudian tiba-tiba muncul Petrus Ngongobili dalam
keadaan luka parah di kepala. Ia membawa berita bahwa 2 temannya telah meninggal dunia.
Kondisi Petrus Ngongobili36 sangat lemah karena dikejar oleh kira-kira 10 orang warga Desa
Bo’a ditambah lagi harus berlari sejuah + 10 Km2
(jarak Desa Bo’a dan Desa Nemberala).
Pada tanggal 16 Mei 1960 Manek Delha Abner Ndoen mengirim laporan tertulis yang
ditujukan kepada Kepala DPDS Swapraja Rote Ndao, Kepala Polisi Negara Wilayah Rote
Ndao, Utusan Kepala Daerah Tingkat II Kupang di Baa dengan tembusan kepada Kepala
Daerah Tingkat II Kupang di Kupang tentang kronologis peristiwa Bo’a tanggal 14 Mei 1960.
sementara itu di Desa Bo’a seluruh warga mulai mengungsi ke desa tetangga dan praktis tidak
ada satu orang pun yang mendiam Desa Bo’a, mereka sangat ketakutan jika ada serangan
balasan yang dilakukan oleh Polisi, karena mereka telah mengetahui bahwa 2 orang anggota
polisi tewas di tempat dan mayatnya masih berada di anah lapang di pinggir pantai.
Ketakutan ini tidak hanya dialami oleh warga Desa Bo’a tetapi juga oleh warga desa tetangga
35 Linus Adu adalah warga sipil yang menyerang anggota polisi I Made Kukuh hingga tewas. Wawancara dengan
Imanuel Ndoen (75 Tahun) tanggal 20 Maret 2008.
36 Petrus Ngongobilli dikabarkan masih hidup dan kini menetap dikampung halamannya di Pulau Sumba dengan
keadaan sakit jiwa (tidak waras) mungkin karena pengaruh hantaman kayu pemukul di bagian kepala saat peristwa
Bo’a Mei 1960. Wawancara dengan Imanuel Ndoen (75 Tahun) tanggal 20 Maret 2008.
18
lainnya (termasuk di Desa Nemberala), mereka melakukan patroli siang dan malam tanpa
henti sampai menunggu bantuan tentara dan polisi tiba di tempat mereka.
Tanggal 17 Mei 1960, seluruh rumah warga di Desa Bo’a telah terbakar, hanya tersisa 19
rumah, 59 rumah lainnya rata dengan tanah, pada tanggal 18 Mei 1960 disusul lagi 3 rumah
yang dibakar, total rumah yang terbakar sebanyak 62 rumah. Tidak diketahui dengan pasti
siapa pelaku pembakaran rumah warga di Desa Bo’a28. Sementara itu pada tanggal 17 Mei
1960 bantuan tentara (TNIAD) dan Polisi (Birgade Mobil) tiba di Baa dari Kupang. Pasukan
TNI-AD dipimpin oleh Kapten El TariEl TariEl TariEl Tari37373737, sementara pasukan Brimob dipimpin oleh Kapten
GasperzGasperzGasperzGasperz38, rombongan ini membawa bantuan sosial berupa bahan makanan, pakaian, obat-
obatan untuk warga Desa Bo’a yang mengungsi. Pada tanggal 18 Mei 1960, dibawah
pimpinan Lts. J. FanggidaeJ. FanggidaeJ. FanggidaeJ. Fanggidae, pasukan TNI-AD dan Brimob berangkat menuju Nusak Delha
untuk melakukan pengamanan di Nusak Delha serta memberikan bantuan sosial kepada
warga Desa Bo’a yang mengungsi di desa-desa tetangga di Nusak Oenale, Nusak Thie dan
Nusak Dengka.
Pada tanggal 19 Mei 1960, dilakukan langkah-langkah penanganan lanjutan secara objektif,
diantaranya segala tindakan pidana diserahkan kepada polisi, jaksa dan hakim; distribusi
makanan, pakaian dan obat-obatan dibawah pengawasan Jawatan Sosial; membangun rumah
penampungan sementara bagi warga Desa Bo’a yang tidak memiliki rumah karena di bakar
dan membentuk Panitia Khusus untuk menilai kerugian rumah-rumah yang terbakar di Desa
Bo’a. Total nilai kerugian rumah yang terbakar mencapai Rp64.500 sebagaimana tertulis
dalam Berita Acara Panitia Khusus tanggal 10 Juni 1960. Panitia Khusus dimaksud dapat
dilihat pada Tabel 2 berikut ini:
Tabel 2. Panitia Khusus Perkiraan Kerugian Rumah Warga Desa Bo’a
NONONONO NAMANAMANAMANAMA UNSURUNSURUNSURUNSUR JABATANJABATANJABATANJABATAN
1 Abner Ndoen Manek Delha Ketua
2 Z.M. Mbolik Swaparaja Rote Ndao Anggota
3 H. Doko Kejaksaan Pengadilan Negeri Anggota
4 M.D. Pany Utusan Kepala Daerah Tingkat II Kupang Anggota
5 A.J. Toelle Jawatan Sosial Anggota
6 J.K. Serang Kepolisian Anggota
7 J. Foeh Instansi Pajak Anggota
Sumber: Berita Acara Panitia Khusus tanggal 10 Juni 1960
Hasil kerja Panitia Khusus dibangun berdasarkan asumsi rumah besar berharga @Rp.1500,-
rumah sedang berharga @Rp.750,- dan rumah kecil berharga @Rp500,- Karena rumah besar
37 Kapten El Tari dalam kariernya terakhir menjabat sebagai Gubernur NTT yang kedua dengan pangkat Brigadir
Jenderal.TNI menggantikan Gubernur NTT yang pertama W.J. Lalamentik.
38 Kapten Gasperz adalah Komandan Brimob Daerah NTT yang pertama dan salah satu pendiri Markas Brimob Daerah
NTT.
19
yang terbakar berjumlah 28 buah, rumah sedang 22 buah dan rumah kecil 12 buah, maka
jumlah kerugian mencapai Rp64.500,- Ukuran yang digunakan dalam mengklasifikasi besar
kecilnya harga sebuah rumah adalah: 1) rumah-rumah tersebut dibuat pada waktu bahan-
bahan bangunan masih dalam keadaan murah; 2) rumah-rumah ini didirikan secara gotong
royong sehingga tidak berbiaya besar; 3) bahan-bahan bangunan yang digunakan berkualitas
rendah; dan 4) rumah-rumah tersebut hanya sebagian kecil yang memenuhi syarat sebagai
rumah layak huni, bahkan bisa dikatakan hanya sekedar untuk menaungi penghuni.39
Dalam relas pegawai DPDS Swapraja Rote Ndao M.M. NdoenM.M. NdoenM.M. NdoenM.M. Ndoen tertanggal 12 Juli 1960 tertulis
bahwa bantuyan sukarela dari Nusak-Nusak di Pulau Rote terkumpul sebanyak 31 karung
beras atau 1.111 Kg beras. Bantuan ini dikumpulkan di Baa, kemudian diangkut ke Delha
dengan menggunakan kapal motor Sukaria dengan juragan bernama La TjinaLa TjinaLa TjinaLa Tjina.
Penanganan lain yang dilakukan diantaranya adalah: memberikan penerangan umum berupa
pemutaran film kepada masyarakat Desa Bo’a yang mengungsi dan masyarakat di Nusak
Delha pada umumnya; diupayakan pembukaan kebun kolektif atas dasar gotong-royong
untuk masing-masing laki- laki kuat seluas 5 are, sebagai upaya cadangan pangan dengan
penanaman ubi kayu dan lain-lain; diusahakan diadakan pekabaran injil untuk memperbaiki
rohani penduduk; diupayakan pembukaan Sekolah Rakyat di Nemberala untuk mendidik
anak-anak yang butah huruf serta diupayakan perkungjungan kaum wanita (wanita masehi/
bhayangkara/dorkas) ke Nusak Delha untuk membantu kaum perempuan dan anak-anak.40
Isu Partai KomunisIsu Partai KomunisIsu Partai KomunisIsu Partai Komunis IndonesiaIndonesiaIndonesiaIndonesia
Setelah peristiwa Bo’a 1960 berlalu, banyak orang beranggapan bahwa peristiwa tersebut
didalangi oleh PKI. PKI dituduh mepengaruhi warga agar tidak membayar pajak pada
pemerintah. Dari berbagai hasil wawancara dan penelusuran literatur sebagaimana yang
telah penulis kemukakan sebelumnya dapat diambil kesimpulan sementara (hipotesis) bahwa
peristiwa di Desa Bo’a pada bulan Mei 1960 tidak ada kaitannya sama sekali dengan aktifitas
PKI di Pulau Rote khususnya di Nusak Delha.
Menurut penuturan Bernadus Ndoen41, peristiwa di Desa Bo’a tidak ada kaitannya dengan
PKI, buktinya adalah almarhum ayah saya, beliau bersama 12 orang temannya terpaksa
mengaku sebagai anggota PKI supaya rakyat di Nusak Delha bebas dari tuduhan sebagai
anggota PKI. Almarhum ayah saya Hanok NdoenHanok NdoenHanok NdoenHanok Ndoen bersama 12 orang temannya sempat
ditahan di dalam penjara di Kupang tanpa suatu proses pengadilan, begitu pula mereka
dibebaskan begitu saja tanpa suatu proses pengadilan. Akhirnya almarhum ayah saya dan
teman-temannya memilih menetap di Kupang hingga akhir hayatnya.
39 Lih. Berita Acara Panitia Khusus Perkiraan Rumah tanggal 10 Juni 1960.
40 Lih. Naskah Dinas DPDS Swapraja Rote Ndao Tahun 1960
41 Wawancara tanggal 19 Juli 2008
20
Informasi lisan lainnya yang dituturkan oleh Manek Ndoen42 (putera kandung dari Manek
Delha, Abner Ndoen) bahwa:
Matheos Petrus bersama + 100 orang warga Nusak Delha telah ditahan di Markas
Komando Rayon Militer (Koramil) di Baa dengan tuduhan terlibat dalam organisasi
PKI. Abner Ndoen kemudian ke Baa dan bertemu dengan Komandan Koramil saai itu,
kalau tidak salah namanya Mayor KaryonoKaryonoKaryonoKaryono43434343. Sebelum bertemu, Abner Ndoen telah
diingatkan oleh Hakim Joos J.J. Ngefak, S.HJoos J.J. Ngefak, S.HJoos J.J. Ngefak, S.HJoos J.J. Ngefak, S.H dan Jaksa Lalamentik agar berhati-hati
jika berada di dalam area militer. Hakim dan Jaksa tidak memiliki kekuasaan lagi
kalau militer sudah berbicara, kalau mereka tembak mati yah langsung tembak saja.
Abner Ndoen tidak gentar dan langsung menemui Danramil, saat itu Danramil
didampingi oleh Sersan KurbiKurbiKurbiKurbi44444444. Hasilnya adalah Danramil mengijinkan membawa
pulang warga Nusak Delha yang ditahan dengan catatan hanya yang diketahui telibat
sebagai anggota PKI saja yang tetap ditahan. Ada sekitar 12 orang warga Nusak Delha
yang ditahan karena mereka merupakan anggota PKI, salah satu diantaranya adalah
Matheos Petrus.
Keesokan harinya, ke-12 orang warga Nusak Delha yang ditahan termasuk Matheos
Petrus, di tembak mati di depan markas Koramil di Baa. Penembakan mati anggota
PKI ini membuat warga Nusak Delha sangat berhati-hati memilih partai politik.
Peristiwa perlawanan masyarakat Desa Bo’a Nusak Delha di Rote adalah suatu gerakan
perlawanan rakyat terhadap kebijakan/kekuasaan negara. Berbeda dengan gerakan sosial
yang terjadi di Pulau Jawa yang lebih banyak dilakukan terhadap pemerintahan Hindia
Belanda. Misalnya, gerakan petani melawan pemerasan di Jawa, gerakan ratu adil, gerakan
samin dan gerakan sekte keagamaan di Jawa maupun di tanah Batak.
Communal PropertyCommunal PropertyCommunal PropertyCommunal Property kekekeke Private Property: Delha Affairs 1932 dan 1960Private Property: Delha Affairs 1932 dan 1960Private Property: Delha Affairs 1932 dan 1960Private Property: Delha Affairs 1932 dan 1960
Pertanyaan selanjutnya yang penting untuk dijawab adalah mengapa Delha Affairs pada
Tahun 1932 terulang kembali di Tahun 1960 dengan motif yang sama yakni menolak
membayar pajak? Jawabannya adalah beralihnya communal property (kepemilikan bersama)
menjadi private property (hak milik pribadi)45 memberi ruang yang cukup luas kepada negara
dalam mengambil peran dalam menentukan hak milik atas lahan yang tidak dikelola/tidak
ditempati oleh masyarakat dengan sendirinya menjadi hak milik negara. Sementara lahan
yang ditempati/dikelola oleh masyarakat dikenakan pajak, hal ini memicu terjadinya
42 Wawancara tanggal 19 Maret 2008 (saat peristiwa Bo’a, Manek Ndoen berada di Kupang, uraian ini menurut
penuturan Ayahnya ketika masih hidup). Sayangnya, Manek Ndoen tidak ingat lagi kapan kejadian ini berlangsung.
43 Manek Ndoen juga menyebutkan nama lain yang mirip antara Kurdiono, Kardiono atau Kartono.
44 Sersa Kurbi, terkenal di Pulau Rote sebagai anggota tentara yang paling jahat.
45 Pada jaman pemerintahan Nusak semua padang pengembalaan untuk hewan dan mata air di Rote adalah
Hak/Kepemilikan Bersama (Communal Property) dan tidak diberlakukan pajak/retribusi. Communal Property ini lah
yang kemudian beralih (dialihkan oleh Negara) menjadi Private Property (Hak Milik Negara, Hak Milik Individu,
Hak Milik Keluarga, Ada Pajak dan Retribusi)
21
perlawanan masyarakat di Desa Bo'a Nusak Delha pada Tahun 1960 dan sebelumnya pada
masa negara kolonial di Tahun 1932.
Catatan Penutup: Metode PenelitianCatatan Penutup: Metode PenelitianCatatan Penutup: Metode PenelitianCatatan Penutup: Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan oral history method (metode sejarah lisan)46
.
Pendekatan ini menjadi penting dalam penelitian ini, karena bertujuan untuk: 1)
Menyelamatkan sumber sejarah dikarenakan terbatasnya sumber lisan yang masih hidup; 2)
Mengungkap berbagai masalah kesejarahan yang belum terungkap melalui sumber tertulis;
dan 3) Mengungkapkan berbagai peristiwa mengenai kehidupan masyarakat Nusak Delha
saat peristiwa perlawanan Tahun 1960.
Untuk mengakses data yang valid (sahih) dan reliable (andal), maka penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif. Makna pendekatan kualitatif di sini terkait dengan
teknik dan instrumen pengumpulan data, serta teknik analisis dan interpretasi data yang
tidak menggunakan statistik (Strauss dan Corbin, 2003). Dalam kaitan ini, terdapat sejumlah
alasan yang sahih untuk melakukan penelitian kualitatif; salah satu diantaranya adalah sifat
dari masalah yang diteliti
Alat bantu yang digunakan dalam penelitian ini adalah camera digital untuk merekam
gambar, tape recorder untuk merekam suara informan kunci pada saat wawancara dilakukan
dan log book berfungsi sebagai buku catatan harian peneliti berdasarkan observasi selama
penelitian di lapangan berlangsung.
Hal lain yang perlu dikemukakan adalah Sopi47
sebagai pendekatan budaya terutama untuk
keperluan wawancara mendalam. Bagi orang Rote, Sopi adalah “air kata-kata”, tanpa Sopi
maka tidak akan ada data! Sopi menjadi pengantar sebelum wawancara mendalam dimulai,
bahkan penulis tidak perlu repot menyusun pertanyaan, para informan kunci dengan
sendirinya akan “berkisah”.
Selain oral history method sebagai metode utama, metode pengumpulan data lainnya yang
juga digunakan dalam penelitian ini adalah metode in-depth interview (wawancara
mendalam)48, metode studi kepustakaan, studi dokumentasi dan studi kearsipan49, surfing di
46 Konning, Juliette. 2007. Qualitative Research Methodology. VU University Amsterdam. (Bahan Presentasi Kuliah
Umum Metodologi Penelitian di Program Pascasarjana UKSW Salatiga, 22 Juni 2007).
47 Minuman beralkohol yang disarikan dari Pohon Lontar (Palm) di Rote.
48 Wawancara mendalam dengan para Informan Kunci yakni Imanuel Ndoen, Manek Ndoen, Benyamin Kai, Sadrak
Feoh, J. Soleman Hangge, Benyamin Messakh, B.A., dan Filiphus Tasi. Penentuan informan kunci menggunakan
metode efek bola salju (snawball) sebagaimana dikemukakan oleh Moleong (2010).
49 Studi kepustakaan, dokumentasi dan kearsipan dilakukan pada sejumlah Perpustakaan dan Lembaga Pemerintah
dalam ruang dan waktu yang berbeda pada era (2007-2014), yakni: Di Salatiga: Perpustakaan UKSW, Perpustakaan
Yayasan Percik, Perpustakaan Yayasan Bina Darma. Di Yogyakarta: Perpustakaan UGM, Perpustakaan St. Ignasius. Di
Jakarta: Perpustakaan LIPI, Perpustakaan Nasional RI, Badan Arsip Nasional RI. Di Makassar: Perpustakaan Yayasan
BaKTI, Di Kupang: Perpustakaan Daerah NTT, Perpustakaan Resource Center-Bappeda NTT, Kantor Badan Arsip
22
internet dan observasi50 di Rote. Untuk analisis data digunakan metode analisis induktif dan
triangulasi data.51
Daftar PustakaDaftar PustakaDaftar PustakaDaftar Pustaka
Ardhana, I Ketut
2005 Penataan Nusa Tenggara Pasa Masa Kolonial 1915Penataan Nusa Tenggara Pasa Masa Kolonial 1915Penataan Nusa Tenggara Pasa Masa Kolonial 1915Penataan Nusa Tenggara Pasa Masa Kolonial 1915----1950195019501950. Jakarta: RajaGradindo Persada.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Rote Ndao
2013 Statistik Pendidikan Rote Ndao 2013Statistik Pendidikan Rote Ndao 2013Statistik Pendidikan Rote Ndao 2013Statistik Pendidikan Rote Ndao 2013. Rote Ndao: BPS Kabupaten Rote Ndao
2014 Penduduk Kabupaten Rote Ndao 2013 Hasil RegistrasiPenduduk Kabupaten Rote Ndao 2013 Hasil RegistrasiPenduduk Kabupaten Rote Ndao 2013 Hasil RegistrasiPenduduk Kabupaten Rote Ndao 2013 Hasil Registrasi. Rote Ndao: BPS Kabupaten Rote
Ndao
2014 Rote Ndao Dalam Angka 2014Rote Ndao Dalam Angka 2014Rote Ndao Dalam Angka 2014Rote Ndao Dalam Angka 2014. Rote Ndao: BPS Kabupaten Rote Ndao
Doko, I.H.
1974 Nusa Tenggara Timur Dalam Kancah Perjuangan Kemerdekaan IndonesiaNusa Tenggara Timur Dalam Kancah Perjuangan Kemerdekaan IndonesiaNusa Tenggara Timur Dalam Kancah Perjuangan Kemerdekaan IndonesiaNusa Tenggara Timur Dalam Kancah Perjuangan Kemerdekaan Indonesia. Bandung:
Masa Baru
FanggidaE, Heinrich Ridwan
2002 Oemau Leo Lilo. Tesis M.SiTesis M.SiTesis M.SiTesis M.Si. Salatiga: Program Studi Magister Sosiologi Agama-Program
Pascasarjana UKSW (tidak dipublikasikan)
Fox, James J.
1986 Bahasa, Sastra dan Sejarah. Kumpulan Karangan Mengenai Masyarakat Pulau RotiBahasa, Sastra dan Sejarah. Kumpulan Karangan Mengenai Masyarakat Pulau RotiBahasa, Sastra dan Sejarah. Kumpulan Karangan Mengenai Masyarakat Pulau RotiBahasa, Sastra dan Sejarah. Kumpulan Karangan Mengenai Masyarakat Pulau Roti....
Jakarta: Djambatan.
1996 Panen Lontar. Perubahan Ekologi Dalam Kehidupan Masyarakat Pulau Rote dan SawuPanen Lontar. Perubahan Ekologi Dalam Kehidupan Masyarakat Pulau Rote dan SawuPanen Lontar. Perubahan Ekologi Dalam Kehidupan Masyarakat Pulau Rote dan SawuPanen Lontar. Perubahan Ekologi Dalam Kehidupan Masyarakat Pulau Rote dan Sawu....
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
1997 The Poetic Power of Place.The Poetic Power of Place.The Poetic Power of Place.The Poetic Power of Place. Comparative Perspectives on Austronesian Ideas of LocalityComparative Perspectives on Austronesian Ideas of LocalityComparative Perspectives on Austronesian Ideas of LocalityComparative Perspectives on Austronesian Ideas of Locality.
Canberra: Department of Anthropolgy, Research School of Pacific Studies, The
Australian National University. http://press.anu.edu.au/titles/comparative-austronesian-
series/the-poetic-power-of-place/
Geertz, Clifford
1969 Agricultural Involution: The Processes of Ecological Change in IndonesiaAgricultural Involution: The Processes of Ecological Change in IndonesiaAgricultural Involution: The Processes of Ecological Change in IndonesiaAgricultural Involution: The Processes of Ecological Change in Indonesia. California:
University of California Press
Kartodirdjo, Sartono
Daerah NTT, Museum Daerah NTT. Selain pada Perpustakaan Pribadi milik Marthen L. Ndoen, S.E.,M.A.,Ph.D di
Salatiga; dan Perpustakaan Pribadi milik Alm.Pdt. G. Tom Therik, M.Th.,Ph.D di Kupang.
50 Pengamatan lapangan yang dilakukan oleh penulis dapat digolongkan sebagai pengamatan/ observasi tertutup atau
observasi tidak langsung (Moleong, 2010) di mana keberadaan penulis tidak diketahui oleh subjek/informan kecuali
untuk kepentingan wawancara mendalam..
51 Lihat: Strauss dan Corbin, 2003; Aditrjondro, 2006; Taylor dan Bogdan, 2004; Moleong, 2010.
23
1982 PemberontakanPemberontakanPemberontakanPemberontakan Petani Banten 1888Petani Banten 1888Petani Banten 1888Petani Banten 1888. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya
Moleong, Lexy J.
2010 Metodologi Penelitian KualitatifMetodologi Penelitian KualitatifMetodologi Penelitian KualitatifMetodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Netti, A.G.H & Hans Itta
1997 Kupang Dari Masa Ke MasaKupang Dari Masa Ke MasaKupang Dari Masa Ke MasaKupang Dari Masa Ke Masa. Kupang: Pemerintah Daerah Kabupaten Kupang
Scott, James C.
2000 Senjata OrangSenjata OrangSenjata OrangSenjata Orang----orang Yang Kalahorang Yang Kalahorang Yang Kalahorang Yang Kalah. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Soh, Andre Z & Maria N.D.K. Indrayana
2008 Rote Ndao Mutiara Dari Selatan. Falsafah dan Pandangan Hidup Suku Rote TentangRote Ndao Mutiara Dari Selatan. Falsafah dan Pandangan Hidup Suku Rote TentangRote Ndao Mutiara Dari Selatan. Falsafah dan Pandangan Hidup Suku Rote TentangRote Ndao Mutiara Dari Selatan. Falsafah dan Pandangan Hidup Suku Rote Tentang
LLLLontarontarontarontar. Jakarta: Yayasan Kelopak
Strauss, A & Juliet Corbin
2003 DasarDasarDasarDasar----dasar Penelitian Kualitatifdasar Penelitian Kualitatifdasar Penelitian Kualitatifdasar Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Therik, Wilson M.A
2007 Orang Laut di Tanjung Pasir Minum Madu Bercampur Racun. Tesis M.SiTesis M.SiTesis M.SiTesis M.Si.... Salatiga:
Program Studi Magister Studi Pembangunan-Program Pascasarjana UKSW (Tidak
Dipublikasikan)
2014 Relasi Negara dan Masyarakat di RoteRelasi Negara dan Masyarakat di RoteRelasi Negara dan Masyarakat di RoteRelasi Negara dan Masyarakat di Rote. Salatiga: Satya Wacana University Press
World Vision International dan PSKTI UKSW
2008 Pemenuhan Gizi di Rote Ndao: Antara Harapan dan Kenyataan. LLLLaaaappppoooorrrraaaannnn PPPPeeeennnneeeelllliiiittttiiiiaaaannnn.
Rote Ndao: Kerjasama antara World Vision International (WVI) Indonesia dengan
Pusat Studi Kawasan Timur Indonesia (PSKTI) UKSW Salatiga. (Tidak Dipublikasikan).
Laporan Resmi PemerintahLaporan Resmi PemerintahLaporan Resmi PemerintahLaporan Resmi Pemerintah
1960 Naskah Dinas Dewan Pemerintah Daerah Sementara (DPDS) Swapraja Rote Ndao.
1960 Laporan Tertulis Raja Delha, Abner Ndoen
1960 Laporan Tertulis Petugas Pajak DPDS Swapraja Rote Ndao, Z.M. Mbolik
1960 Laporan Pembantu Bupati Kupang Wilayah Rote Ndao
Media CetakMedia CetakMedia CetakMedia Cetak
Kompas
2007 J.J. Fox danJ.J. Fox danJ.J. Fox danJ.J. Fox dan Pendidikan di NTTPendidikan di NTTPendidikan di NTTPendidikan di NTT, 4 Juli 2006
2008 Tu’u Belis di Nusa LontarTu’u Belis di Nusa LontarTu’u Belis di Nusa LontarTu’u Belis di Nusa Lontar, 18 November 2008
2011 Bangun Tradisi Termanu di Selatan RIBangun Tradisi Termanu di Selatan RIBangun Tradisi Termanu di Selatan RIBangun Tradisi Termanu di Selatan RI, 9 Desember 2011
24
2011 Turis Asing Kuasai Tanah di Rote NdaoTuris Asing Kuasai Tanah di Rote NdaoTuris Asing Kuasai Tanah di Rote NdaoTuris Asing Kuasai Tanah di Rote Ndao, 15 Desember 2011
Media Indonesia
2011 Penjaga Istana Yang TersisaPenjaga Istana Yang TersisaPenjaga Istana Yang TersisaPenjaga Istana Yang Tersisa, 14 Desember 2011
2011 Memberitakan PNS Menang Tender, Wartawan Diancam DibunuhMemberitakan PNS Menang Tender, Wartawan Diancam DibunuhMemberitakan PNS Menang Tender, Wartawan Diancam DibunuhMemberitakan PNS Menang Tender, Wartawan Diancam Dibunuh, 16 Desember 2011
Pos Kupang
1998 Rote Barat Daya Menyimpan Misteri PembunuhanRote Barat Daya Menyimpan Misteri PembunuhanRote Barat Daya Menyimpan Misteri PembunuhanRote Barat Daya Menyimpan Misteri Pembunuhan, 20 Agustus 1998
2002 Rasa Aman di Rote Ndao Sekadar Mimpi,Rasa Aman di Rote Ndao Sekadar Mimpi,Rasa Aman di Rote Ndao Sekadar Mimpi,Rasa Aman di Rote Ndao Sekadar Mimpi, 20 Agustus 2002
2002 ThieThieThieThie----DengkaDengkaDengkaDengka Masih MencekamMasih MencekamMasih MencekamMasih Mencekam. 27 November 2002
2008 DPRD Rote Ndao Tidak Paham AturanDPRD Rote Ndao Tidak Paham AturanDPRD Rote Ndao Tidak Paham AturanDPRD Rote Ndao Tidak Paham Aturan, 26 November 2008
2008 Pecat Bupati dan Wakil Bupati Rote NdaoPecat Bupati dan Wakil Bupati Rote NdaoPecat Bupati dan Wakil Bupati Rote NdaoPecat Bupati dan Wakil Bupati Rote Ndao. 27 November 2008
2011 Forkom Budaya Rote Dikukuhkan.Forkom Budaya Rote Dikukuhkan.Forkom Budaya Rote Dikukuhkan.Forkom Budaya Rote Dikukuhkan. 7 Juni 2011
Timor Express
2009 Kantor Camat Rote Barat Laut DiKantor Camat Rote Barat Laut DiKantor Camat Rote Barat Laut DiKantor Camat Rote Barat Laut Dibakar Massa,bakar Massa,bakar Massa,bakar Massa, 20 Oktober 2009
2010 Oknum Marinir Pukul Romo. Danlantamal Minta MaafOknum Marinir Pukul Romo. Danlantamal Minta MaafOknum Marinir Pukul Romo. Danlantamal Minta MaafOknum Marinir Pukul Romo. Danlantamal Minta Maaf. 14 Mei 2010
UndangUndangUndangUndang----UndangUndangUndangUndang
2002 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Rote Ndao di
Provinsi Nusa Tenggara Timur.
25
Lampiran 1.
Tabel Perkembangan Civil Society dan Dinamikanya di Rote Antara Tahun 1522-2011
NONONONO TAHUNTAHUNTAHUNTAHUN URAIANURAIANURAIANURAIAN ERAERAERAERA KETERANGANKETERANGANKETERANGANKETERANGAN
1 Februari 1522 Untuk pertama kalinya Pulau Rote ditulis
dengan nama Rote (Sisa awak kapal
Magelhan singgah di Pulau Rote). (Fox,
1996:25-27)
Portugis
2 1575 Portugis berperang melawan Nusak Ndao Portugis Perlawanan
3 1576 Portugis berperang melawan Nusak Bilba Portugis Perlawanan
4 1621 Misi dominikan pertama di Pulau Rote dan
Pulau Sabu
Belanda Gerakan Misionaris
5 1653 Nusak Landu, Oepao, Ringgou & Bilba
bersumpah setia kepada Ter Horst seorang
pejabat kompeni di Kupang
Belanda
6 1654 Ekspedisi Ter Horst ke Pulau Rote untuk
memperkuat sekutu Belanda (Nusak Landu,
Oepao, Ringgou & Bilba)
Belanda
7 1656 Belanda mulai mencatat tentang
keberadaan Nusak.
Belanda
8 1656-1658 Dengka, Loleh, Baa & Bau Dale diduduki
paksa oleh Belanda
Belanda
9 3.10.1658 Dengka, Loleh, Baa & Bau Dale menyerang
Nusak tetangga untuk membayar denda
kepada kompeni
Belanda Konflik
10 1660 Dengka Loleh, Baa, & Bau Dale kembali
diserang oleh Belanda
Belanda Konflik
11 19.10.1661 Loleh diserang oleh Belanda, 500 orang
Lole mati
Belanda Perlawanan
12 1662 Perjanjian Paravicini, Nusak Dengka,
Termanu, Korbaffo, & Bilba diakui
keberadaannya oleh Belanda
Belanda
13 1676 Belanda menyerang Nusak Dengka dan
Loleh
Belanda Perlawanan
14 1679 Belanda pertama kali mengirimkan orang
Rote untuk belajar bahasa Melayu
Belanda Gerakan pendidikan
15 1690-1691 Pergolakan wilayah-wilayah tertentu
untuk meminta pemerintahan sendiri
Belanda Perlawanan
16 1753 Belanda berperang melawan Nusak Landu,
Ringgou, Oepao, & Bilba.
Belanda Perlawanan
17 1755 Sekolah pertama di Rote berdiri sendiri Belanda Gerakan Pendidikan
18 1756 Pengakuan eksistensi Nusak Diu & Bokai.
Juga pertama kali dibuat sekolah dengan
sistem Rote.
Belanda Gerakan Pendidikan
19 1760 Nusak Landu, Ringgou, Oesapo, Baa, Lelain
(Ossipokah), Thie, Loleh dan Oenale diakui
oleh Belanda
Belanda
20 1772 Lelenuk memisahkan diri dari Bokai & Belanda Pemekaran Nusak
26
NONONONO TAHUNTAHUNTAHUNTAHUN URAIANURAIANURAIANURAIAN ERAERAERAERA KETERANGANKETERANGANKETERANGANKETERANGAN
Talae memisahkan diri dari Keka
21 1775 Sekolah pertama dalam bahasa Melayu
didirikan di Pulau Rote & pertama di NTT
Belanda Gerakan Pendidikan
22 Akhir Abad
18
Pengakuan terhadap Nusak Diu Belanda
23 1818-1819 Rakyat Hoi Ledo dibuang ke Babau
(Kupang) karena ingin memisahkan diri
dari Termanu
Belanda Konflik
24 1874 Manek Thie, FoE Mbura, dibunuh di
wilayah Nusak Termanu. Dikarenakan
persaingan Nusak Termanu untuk
memperoleh pengaruh terhadap Belanda.
Raja Termanu kemudian diberhentikan
dari jabatannya kemudian digantikan oleh
adiknya.
Belanda Konflik
25 1879 Pulau Rote dijadikan satu Onder Afdeling Belanda Otonomi Daerah
26 1908 Penetapan batas Thie dan Dengka di Danau
Tua
Belanda
27 1909 Penyatuan beberapa Nusak Belanda Otonomi Daerah
28 1911 Sengketa Thie & Dengka dengan persoalan
Danau Tua kembali mencuat. Beberapa
Manek di buang ke luar pulau Rote karena
menentang kebijakan Belanda pada 1909
Belanda Konflik
29 1925 Pencabutan batas Nusak antara Nusak Thie
dan Nusak Dengka oleh Manek Thie, ia
dibuang ke Alor.
Belanda Konflik
30 1928 Rote dibentuk menjadi sebuah zelfbestuur
(otonomi)
Belanda Otonomi Daerah
31 1932 Gejolak di Bo’a (Nusak Delha) menentang
penagihan pajak oleh Belanda
Belanda Perlawanan
32 1945 Sengketa antara Thie & Dengka dengan
persoalan batas Nusak
Orde Lama Konflik
33 1950 Pembentukan Dewan Pemerintah Daerah
Sementara Swapraja Rote Ndao
Orde Lama Otonomi Daerah
34 1956 Perang antara Busalangga (Dengka) &
Oebatu (Thie)
Orde Lama Konflik
35 1957 Perkara kompleks persawahan Fin Dale
atara Manek Bokai dengan Manek
Termanu
Orde Lama Konflik
36 1957 Pemecatan Manek Baa (I.D. Panie) Orde Lama
37 14.5.1960 Kerusuhan di Bo’a dengan motif
masyarakat Bo’a menolak membayar pajak
Orde Lama Perlawanan
38 1960 Sengketa Nusak Thie & Dengka dengan
persoalan batas Nusak
Orde Lama Konflik
39 1962 Pemerintahan Nusak dibubarkan oleh
Pemerintah Republik Indonesia, beberapa
Nusak digabung ke dalam sebuah
Orde Lama Otonomi Daerah
27
NONONONO TAHUNTAHUNTAHUNTAHUN URAIANURAIANURAIANURAIAN ERAERAERAERA KETERANGANKETERANGANKETERANGANKETERANGAN
kecamatan, bahkan ada yang hanya
menjadi satu desa, seperti Desa Holoama
aslinya adalah wilayah Nusak Lelain.
40 1974 Kasus pembutungan dua buah anggota klan
Amalo karena memperebutkan tanah
persawahan dengan klan SinlaEloe
Orde Baru Konflik
41 1981 Kerusuhan Thie & Dengka dengan pemicu
pencurian hewan
Orde Baru Konflik
42 1985 Kerusuhan Thie & Dengka dengan pemicu
pemukulan/ penganiayaan
Orde Baru Kekerasan
43 1993 Kerusuhan Thie & Dengka dengan pemicu
pencurian hewan
Orde Baru Konflik
44 1996 Kerusuhan Thie & Dengka dengan pemicu
pencurian hewan
Orde Baru Konflik
45 1.2.1998 Anthoneta Lalai (50), warga Dusun
Danggaoen, Desa Dolasik ditemukan tewas
di rumahnya akibat dibunuh dengan benda
tajam.
Reformasi Kekerasan
46 2.2.1998 Daniel Pandie (65), warga RT 02 RW 1
Dusun Boheama, Desa Meowain. Daniel
ditembak dengan senapan tumbuk saat
sedang berdiri dalam rumahnya. Tiga
peluru bersarang dan menembus tubuhnya
dan ia tewas di tempat.
Reformasi Kekerasan
47 15.2.1998 Jusuf Fora, guru agama SD Oebafok, Desa
Oebafok ditemukan telah menjadi mayat di
Danau Koli, Dusun Koli, Desa Busalangga.
Reformasi Kekerasan
48 20.2.1998 Naomi Henukh (63), warga Dusun
Meowain, Desa Meowain. Ia dibunuh saat
sedang menuju ke Sumalain untuk
membeli pupuk (sekitar 60 meter dari
rumahnya). Korban tewas dengan tubuh
terkoyak akibat dicincang pelaku. Leher
korban putus, usus perut terburai keluar
dan tangan serta jari putus ditebas dengan
benda tajam.
Reformasi Kekerasan
49 14.3.1998 Henderina Bai Boru (60), warga Dusun
Oehandi Selatan, Desa Oehandi ditembak
orang tak dikenal di dalam rumahnya
sekitar pukul 19.10 Wita. Korban ditembak
saat sedang menghitung uang.
Reformasi Kekerasan
50 4.5.1998 Origenes Foeh (45) Warga Dusun II Desa
Oebafo tewas dibunuh saat sedang duduk
makan di rumahnya. Korban dibantai
sampai lehernya putus. Otak dan usus perut
terburai akibat ditebas parang.
Reformasi Kekerasan
51 Agustus 1998 Julius Manafe, warga RT 10, Dusun Reformasi Kekerasan
28
NONONONO TAHUNTAHUNTAHUNTAHUN URAIANURAIANURAIANURAIAN ERAERAERAERA KETERANGANKETERANGANKETERANGANKETERANGAN
Nasedana, Desa Oebau. Ia dibunuh di
tempat penyadapan lontar di Tolandik
sekitar 3 km dari rumah korban. Kemudian
Welem Langgar (55) warga Dusun Denita
Selatan, Desa Dolasi tewas dibunuh.
Sakarias Tandu (70), warga Desa Meowain,
juga tewas dibunuh di padang di Nggeluk,
antara wilayah Rote Barat Daya dan Rote
Barat Laut karena perang tanding antara
warga Ti’i dan Dengka.
52 1999 Kerusuhan di Desa Kuli (Loleh) Vs Dusun
Sencama Desa Oelasin (Kecamatan Rote
Barat Daya)
Reformasi Konflik
53 1999 26 September 1999 Pecah kerusuhan antara
warga Desa Meoain (Thie) dan Desa
Modosinal (Dengka). Hingga tangal 29
September 1999 terjadi perang antar ribuan
warga Dengka Versus Thie
Reformasi Konflik
54 2000 Kerusuhan warga Desa Sanggoen, Desa
Mokdale, Desa Oelunggu dengan Desa
Tuanatuk melawan Desa Oebatu
Reformasi Konflik
55 2001 Kerusuhan antara Desa Oebatu dan Dusun
Sonusah, antara Desa Oebatu dan Dusun
Tekeme serta Desa Oebatu dengan Nusak
Dengka
Reformasi Konflik
56 19.7.2002 Kerusuhan di Desa Oeseli, Kecamatan Rote
Barat Daya yang melibatkan Kepala Desa,
Ketua BPD dan kelompok yang bertikai.
Ibrahim Mooy dan M. Mooy warga Desa
Oeseli meninggal dunia.
Reformasi Konflik
57 25.7. 2002 Perkelahian antara warga Desa Lidor dan
Ombook, dua desa di Kecamatan Rote
Barat Laut berjumlah 200-an orang dan 1
orang meninggal terkena tembakan peluru
aparat kepolisian yang datang
membubarkan perkelahian.
Reformasi Konflik
58 November
2002
Perang tanding antara warga Thie &
Dengka di Busalangga
Reformasi Konflik
59 2003 Perseteruan tingkat elit politik pada suksesi
Pilkada untuk pertama kalinya bagi
Kabupaten Rote Ndao secara terbentuk
Tahun 2002.
Reformasi Konflik elit politik
60 2003 Gerakan Revitalisasi Budaya Rote Ndao
mulai digalakan oleh John B. Ndolu dan
mendapat dukungan dari WVI ADP Rote
Ndao
Reformasi Gerakan revitalisasi
budaya
61 2007 Sebagian besar anak-anak di Pulau Rote Reformasi Bencana
29
NONONONO TAHUNTAHUNTAHUNTAHUN URAIANURAIANURAIANURAIAN ERAERAERAERA KETERANGANKETERANGANKETERANGANKETERANGAN
menderita Gizi Buruk dan Busung Lapar
62 Oktober 2008 Aksi demonstrasi pasca pelaksanaan
Pilkada Rote Ndao yang dipimpin oleh J.
Danny Zacharias, S.H.,M.A (Juru Bicara
Aliansi Masyarakat Rote Ndao).
Reformasi Perlawanan
63 18.10.2008 Pembakaran Kantor Camat Rote Barat Laut
oleh massa yang tidak puas dengan hasil
perhitungan suara Pilkada Rote Ndao di
Kecamatan Rote Barat Laut.
Reformasi Kekerasan
64 25.11.2008 Sejumlah anggota DPRD Rote Ndao
meminta Bupati dan Wakil Bupati Rote
Ndao (Christian Nehemia Dillak – Bernard
E. Pelle) di pecat karena dianggap gagal
memimpin Kabupaten Rote
Ndao.Kemudian Bupati dan Wakil Bupati
Rote Ndao mengatakan bahwa DPRD Rote
Ndao Tidak Paham Aturan.
Reformasi Konflik elit politik
65 11.5.2010 Pemukulan terhadap Romo Apolonarius
Ladjar, Pr oleh Pratu M.F. anggota TNI AL
dari Satuan Marinir di Nemberala.
Reformasi Kekerasan
66 7.6.2011 Forum Komunikasi (Forkom) Tokoh Adat
peduli budaya Rote Ndao dikukuhkan
Bupati Rote Ndao dengan Ketua Jhon B.
Ndolu (Maneleo dari Leo Kunak, Nusak
Baa)
Reformasi Gerakan peduli budaya
67 14.12.2011 Kekerasan terhadap Dance Henuk, Jurnalis
Rote Ndao News, rumahnya dibakar oleh
oknum tak dikenal dan sang putera yang
baru berusia satu bulan meninggal dunia
beberapa jam setelah kejadian.
Reformasi Kekerasan
68 15.12.2011 Intimidasi dan ancaman akan dibunuh
terhadap Endang Sidin Wartawati Erende
Pos oleh Oknum Anggota Satpol PP Rote
Ndao berinisial JT karena memberitakan
PNS menang tender proyek. (JT kemudian
membuat Hak Jawab bahwa yang
diberitakan oleh Endang Sidin adalah tidak
benar)
Reformasi Kekerasan
69 15.12.2011 Aksi Protes Masyarakat Nemberala atas
tanah di Nemberala yang dikuasai oleh
Turis Asing
Reformasi Perlawanan
Sumber: Data olahan dari beberapa hasil wawancara; hasil observasi; Laporan Kejadian Khusus Pembantu
Bupati Kupang Wilayah Rote Ndao bulan September 1999; (Fox, 1996); Messakh (2006); Laporan Penelitian
WVI dan PSKTI UKSW (2008); Soh (2008), Pos Kupang (1998, 2002, 2008), Timor Express (2010), Kompas
(2006, 2011), Media Indonesia (2011).

Contenu connexe

En vedette

Master thesis pascal_mueller05
Master thesis pascal_mueller05Master thesis pascal_mueller05
Master thesis pascal_mueller05
guest39ce4e
 
Informática
InformáticaInformática
Informática
charquis
 
r_villalobos_portfolio-EN
r_villalobos_portfolio-ENr_villalobos_portfolio-EN
r_villalobos_portfolio-EN
robvj09
 
II workshop Extenda-UCA Alex Rialp
II workshop Extenda-UCA Alex RialpII workshop Extenda-UCA Alex Rialp
II workshop Extenda-UCA Alex Rialp
IntacUCA
 
Piedra pómez-piedras-rocas-minerales-colección-nº1
Piedra pómez-piedras-rocas-minerales-colección-nº1Piedra pómez-piedras-rocas-minerales-colección-nº1
Piedra pómez-piedras-rocas-minerales-colección-nº1
Francisco José López Frá
 
Low Sost Secure VPN SSTP - MUM ID 2012
Low Sost Secure VPN SSTP - MUM ID 2012Low Sost Secure VPN SSTP - MUM ID 2012
Low Sost Secure VPN SSTP - MUM ID 2012
Faisal Reza
 
Monitoring growth(1)
Monitoring growth(1)Monitoring growth(1)
Monitoring growth(1)
squashontario
 

En vedette (19)

Master thesis pascal_mueller05
Master thesis pascal_mueller05Master thesis pascal_mueller05
Master thesis pascal_mueller05
 
Sustainable Times Issue 7
Sustainable Times Issue 7Sustainable Times Issue 7
Sustainable Times Issue 7
 
Informática
InformáticaInformática
Informática
 
ISTAO Startup Lab
ISTAO Startup Lab ISTAO Startup Lab
ISTAO Startup Lab
 
r_villalobos_portfolio-EN
r_villalobos_portfolio-ENr_villalobos_portfolio-EN
r_villalobos_portfolio-EN
 
Best Practice in PROFIBUS Diagnostics
Best Practice in PROFIBUS DiagnosticsBest Practice in PROFIBUS Diagnostics
Best Practice in PROFIBUS Diagnostics
 
Goethe werther
Goethe   wertherGoethe   werther
Goethe werther
 
Integers
IntegersIntegers
Integers
 
Historia de la tecnología
Historia de la tecnologíaHistoria de la tecnología
Historia de la tecnología
 
George mead
George meadGeorge mead
George mead
 
II workshop Extenda-UCA Alex Rialp
II workshop Extenda-UCA Alex RialpII workshop Extenda-UCA Alex Rialp
II workshop Extenda-UCA Alex Rialp
 
Phehlane Semenya & Morgan Business Profile
Phehlane Semenya & Morgan Business ProfilePhehlane Semenya & Morgan Business Profile
Phehlane Semenya & Morgan Business Profile
 
EDICIÓN CON PIEDRA ROJA DE LA GOMERA
EDICIÓN CON PIEDRA ROJA DE LA GOMERAEDICIÓN CON PIEDRA ROJA DE LA GOMERA
EDICIÓN CON PIEDRA ROJA DE LA GOMERA
 
How to assess the risks in your SAP systems at the push of a button
How to assess the risks in your SAP systems at the push of a buttonHow to assess the risks in your SAP systems at the push of a button
How to assess the risks in your SAP systems at the push of a button
 
Creando Lideres
Creando LideresCreando Lideres
Creando Lideres
 
Piedra pómez-piedras-rocas-minerales-colección-nº1
Piedra pómez-piedras-rocas-minerales-colección-nº1Piedra pómez-piedras-rocas-minerales-colección-nº1
Piedra pómez-piedras-rocas-minerales-colección-nº1
 
Rockwheel catalog
Rockwheel catalogRockwheel catalog
Rockwheel catalog
 
Low Sost Secure VPN SSTP - MUM ID 2012
Low Sost Secure VPN SSTP - MUM ID 2012Low Sost Secure VPN SSTP - MUM ID 2012
Low Sost Secure VPN SSTP - MUM ID 2012
 
Monitoring growth(1)
Monitoring growth(1)Monitoring growth(1)
Monitoring growth(1)
 

Similaire à Delha Affairs 1960

Makalah batas wilayah laut indonesia
Makalah batas wilayah laut indonesiaMakalah batas wilayah laut indonesia
Makalah batas wilayah laut indonesia
ahmad akhyar
 
Program Tahunan sejarah indo kelas 11-12.docx
Program Tahunan sejarah indo kelas 11-12.docxProgram Tahunan sejarah indo kelas 11-12.docx
Program Tahunan sejarah indo kelas 11-12.docx
EricaAndenWibowo
 
negara sistem pemerintahan (2012)
 negara  sistem pemerintahan (2012) negara  sistem pemerintahan (2012)
negara sistem pemerintahan (2012)
suher lambang
 
B. A SEJ IND 11 IPA M KE-5 JULI 2021 (1).pptx
B. A SEJ IND 11 IPA M KE-5  JULI 2021 (1).pptxB. A SEJ IND 11 IPA M KE-5  JULI 2021 (1).pptx
B. A SEJ IND 11 IPA M KE-5 JULI 2021 (1).pptx
FujiSan3
 
SeJARAH_PERKEMBANGAN_BAHASA_INDONESIA-1.pptx
SeJARAH_PERKEMBANGAN_BAHASA_INDONESIA-1.pptxSeJARAH_PERKEMBANGAN_BAHASA_INDONESIA-1.pptx
SeJARAH_PERKEMBANGAN_BAHASA_INDONESIA-1.pptx
SalsabilaPutriRamada1
 
booklet lipi 05_01_2016
booklet lipi 05_01_2016booklet lipi 05_01_2016
booklet lipi 05_01_2016
Budi Anugerah
 

Similaire à Delha Affairs 1960 (20)

Data dosen sosiologi
Data dosen sosiologiData dosen sosiologi
Data dosen sosiologi
 
Makalah batas wilayah laut indonesia
Makalah batas wilayah laut indonesiaMakalah batas wilayah laut indonesia
Makalah batas wilayah laut indonesia
 
Program Tahunan sejarah indo kelas 11-12.docx
Program Tahunan sejarah indo kelas 11-12.docxProgram Tahunan sejarah indo kelas 11-12.docx
Program Tahunan sejarah indo kelas 11-12.docx
 
Analisis studi etnografi
Analisis studi etnografiAnalisis studi etnografi
Analisis studi etnografi
 
negara sistem pemerintahan (2012)
 negara  sistem pemerintahan (2012) negara  sistem pemerintahan (2012)
negara sistem pemerintahan (2012)
 
B. A SEJ IND 11 IPA M KE-5 JULI 2021 (1).pptx
B. A SEJ IND 11 IPA M KE-5  JULI 2021 (1).pptxB. A SEJ IND 11 IPA M KE-5  JULI 2021 (1).pptx
B. A SEJ IND 11 IPA M KE-5 JULI 2021 (1).pptx
 
Kabar JKPP Edisi 4
Kabar JKPP Edisi 4Kabar JKPP Edisi 4
Kabar JKPP Edisi 4
 
Kabar JKPP Edisi 8
Kabar JKPP Edisi 8Kabar JKPP Edisi 8
Kabar JKPP Edisi 8
 
Tarekat mason bebas 1
Tarekat mason bebas 1Tarekat mason bebas 1
Tarekat mason bebas 1
 
Kabar JKPP Edisi 1
Kabar JKPP Edisi 1Kabar JKPP Edisi 1
Kabar JKPP Edisi 1
 
Geopolitik Indonesia UI tatap muka 1
Geopolitik Indonesia UI tatap muka 1Geopolitik Indonesia UI tatap muka 1
Geopolitik Indonesia UI tatap muka 1
 
Sejarah, fungsi, dan kedudukan bahasa indonesia
Sejarah, fungsi, dan kedudukan bahasa indonesiaSejarah, fungsi, dan kedudukan bahasa indonesia
Sejarah, fungsi, dan kedudukan bahasa indonesia
 
SeJARAH_PERKEMBANGAN_BAHASA_INDONESIA-1.pptx
SeJARAH_PERKEMBANGAN_BAHASA_INDONESIA-1.pptxSeJARAH_PERKEMBANGAN_BAHASA_INDONESIA-1.pptx
SeJARAH_PERKEMBANGAN_BAHASA_INDONESIA-1.pptx
 
KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA BUDAYA PENANGKAPAN IKAN PAUS DAN SISTEM BARTER MAS...
KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA BUDAYA PENANGKAPAN IKAN PAUS DAN SISTEM BARTER MAS...KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA BUDAYA PENANGKAPAN IKAN PAUS DAN SISTEM BARTER MAS...
KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA BUDAYA PENANGKAPAN IKAN PAUS DAN SISTEM BARTER MAS...
 
komponen ekosistem tema 5 pembelajara 3 pptx
komponen ekosistem tema 5 pembelajara 3 pptxkomponen ekosistem tema 5 pembelajara 3 pptx
komponen ekosistem tema 5 pembelajara 3 pptx
 
Tugas artikel antropologi ruslina fitriani-Sosiologi-Dr. Taufik Ramdani, S.Th...
Tugas artikel antropologi ruslina fitriani-Sosiologi-Dr. Taufik Ramdani, S.Th...Tugas artikel antropologi ruslina fitriani-Sosiologi-Dr. Taufik Ramdani, S.Th...
Tugas artikel antropologi ruslina fitriani-Sosiologi-Dr. Taufik Ramdani, S.Th...
 
1. KISI-KISI PAS IPS SEMESTER 1 KELAS 7 TAHUN 2022.pdf
1. KISI-KISI PAS IPS SEMESTER 1 KELAS 7 TAHUN 2022.pdf1. KISI-KISI PAS IPS SEMESTER 1 KELAS 7 TAHUN 2022.pdf
1. KISI-KISI PAS IPS SEMESTER 1 KELAS 7 TAHUN 2022.pdf
 
SEJARAH PEMINATAN KD 3.1.ppt
SEJARAH PEMINATAN KD 3.1.pptSEJARAH PEMINATAN KD 3.1.ppt
SEJARAH PEMINATAN KD 3.1.ppt
 
Struktur pengelolaan kebudayaan di trenggalek
Struktur pengelolaan kebudayaan di trenggalekStruktur pengelolaan kebudayaan di trenggalek
Struktur pengelolaan kebudayaan di trenggalek
 
booklet lipi 05_01_2016
booklet lipi 05_01_2016booklet lipi 05_01_2016
booklet lipi 05_01_2016
 

Dernier

Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksiAnalisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
MemenAzmi1
 

Dernier (11)

Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024
 
Dana Setiawan (Paparan terkait Konstruksi Jalan )
Dana Setiawan   (Paparan terkait Konstruksi Jalan )Dana Setiawan   (Paparan terkait Konstruksi Jalan )
Dana Setiawan (Paparan terkait Konstruksi Jalan )
 
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdf
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdfe-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdf
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdf
 
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...
 
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
 
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksiAnalisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
 
Uji hipotesis, prosedur hipotesis, dan analisis data
Uji hipotesis, prosedur hipotesis, dan analisis dataUji hipotesis, prosedur hipotesis, dan analisis data
Uji hipotesis, prosedur hipotesis, dan analisis data
 
PERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docx
PERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docxPERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docx
PERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docx
 
tranformasi energi atau perubahan energi
tranformasi energi atau perubahan energitranformasi energi atau perubahan energi
tranformasi energi atau perubahan energi
 
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI ppt
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI pptMATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI ppt
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI ppt
 
bagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampel
bagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampelbagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampel
bagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampel
 

Delha Affairs 1960

  • 1. 1 DELHA AFFAIRSDELHA AFFAIRSDELHA AFFAIRSDELHA AFFAIRS 1960196019601960 Perlawanan Masyarakat Nusak Delha Terhadap Negara di Rote1 Wilson M.A. Therik2 PendahuluanPendahuluanPendahuluanPendahuluan Metode sejarah lisan (oral history method)3 banyak diakui sebagai suatu cara untuk merekam dan mendokumentasikan perkembangan sejarah dan gejala sosial tertentu. Ia akan hilang tanpa disimpan dengan cara itu. Sejarah lisan juga dilihat sebagai usaha untuk menangkap warna dan perasaan dari pengalaman manusia yang dapat memperdalam pemahaman kita mengenai masa lampau. Dengan menangkap kenangan dari mereka yang pernah mengalami hal-hal itu, sejarah lisan menjalin hubungan antara masa kini dan masa lampau. Tema “gerakan perlawanan rakyat” dalam kajian penelitian ilmiah di Indonesia dengan pendekatan oral history pernah dilakukan oleh Almarhum Sartono Kartodirdjo (Guru Besar Ilmu Sejarah UGM) dengan penelitian disertasi Doktornya di Universitas Amsterdam, Belanda (1966) yang dibukukan dengan judul: Pemberontakan Petani Banten 1888 (dari judul aslinya The Peasants Revolt of Banten in 1888). Setelah itu, tidak ada lagi penelitian besar tentang “gerakan perlawanan rakyat” di Indonesia dengan pendekatan oral history.4 Dalam catatan penulis, penelitian besar tentang Pulau Rote, terakhir dilakukan oleh James J. Fox (Guru Besar Ilmu Antropologi dari ANU Australia) dan salah satu karyanya yang fenomenal adalah PANEN LONTAR (terjemahan dari judul aslinya HARVEST OF THE PALM) yang juga penulis jadikan referensi dalam paper ini. Setelah James J. Fox, menurut hemat penulis tidak ada lagi penelitian besar5 tentang Pulau Rote. 1 Paper ini disampaikan pada Diskusi Kamisan yang diselenggarakan oleh Program Pascasarjana Studi Pembangunan- Universitas Kristen Satya Wacana (PPs SP UKSW) pada tanggal 5 Februari 2015 bertempat di Ruang G 505 – Gedung Pascasarjana UKSW Salatiga. 2 Memperoleh Sarjana Ekonomi (S.E) dari Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Artha Wacana Kupang (2004); Magister Sains (M.Si) dalam bidang Studi Pembangunan dari PPs SP UKSW (2007); dan Doktor dalam bidang Studi Pembangunan dari PPs SP UKSW (2014). 3 Konning, Juliette. 2007. Qualitative Research Methodology. VU University Amsterdam. (Bahan Presentasi Kuliah Umum Metodologi Penelitian di PPs SP UKSW Salatiga, 22 Juni 2007). 4 Kebanyakan laporan penelitian ”gerakan perlawanan” di Indonesia menggunakan pendekatan studi dokumentasi/studi kepustakaan. Lih. Kartodirdjo (1984); Landsberger (1984); Strelan, et al (1989); Lubis (2003); Ardhana (2005); dan Silaen (2006). 5 Sesungguhnya banyak laporan penelitian tentang Pulau Rote pada aras Laporan Lapangan/Skripsi S1 maupun Tesis S2 tetapi sepi dari publikasi ilmiah. Lebih banyak tersimpan rapi di ruang baca atau perpustakaan.
  • 2. 2 Kenyataan ini-lah yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian terkait “Gerakan Perlawanan Masyarakat Terhadap Negara” di Rote, pulau terdepan bagian selatan Indonesia6 yang berbatasan langsung dengan Benua Australia (Lihat Peta). Gambar 1. Pulau Rote dalam Peta Indonesia (lihat tanda panah)7 Rote Ndao: Sekilas PandangRote Ndao: Sekilas PandangRote Ndao: Sekilas PandangRote Ndao: Sekilas Pandang Sejak pertengahan abad 17 sampai saat pembubarannya pada akhir abad 18 Perserikatan Dagang Hindia Belanda atau Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC) mempunyai kedudukan yang sangat berpengaruh terhadap pulau-pulau Rote dan Sawu (Sabu). Walaupun hubungan khusus dan tingkat keterlibatan Belanda dengan kedua pulau tersebut sangat berbeda, masa satu setengah abad itu telah menandai suatu masa sejarah yang penting. Bagi penduduk Rote khususnya, masa itu merupakan masa pembentukan kebudayaan yang sangat berarti. Pulau Rote memiliki banyak nama. Fox (1996:25-26) mengatakan, dalam dokumen Portugis pada abad ke-16 dan ke-17 tercantum berbagai nama seperti “Rotes”, “Enda”. Di dalam peta 6 Hal ini bisa dibenarkan jika dilihat dari konteks pulau yang berpenghuni, sesungguhnya pulau terdepan bagian di selatan Indonesia adalah Pulau Ndana, pulau kosong (tidak berpenghuni) dan kini di jaga oleh anggota Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI-AL). 7 Sumber Peta: https://superriska.files.wordpress.com/2012/08/indo-map2.jpg diunduh pada tanggal 30 Januari 2015
  • 3. 3 Belanda, mula-mula pulau ini disebut “Rotthe”, yang oleh ahli peta kemudian dikutip secara salah menjadi “Rotto”. Namun, dalam salah satu peta pada awal abad tujuh belas, pulau ini disebut dengan nama pribumi “Noessa Dahena” (Nusa Dahena) yang berasal dari dialek Rote di bagian timur yang secara harafiah berarti “Pulau Manusia”. Kecuali dalam peta tersebut, nama itu tidak dipakai lagi. Pada pertengahan abad ke-17, Persatuan Dagang Hindia Belanda dalam dokumen-dokumennya menggunakan nama “Rotti” dengan tiga ejaan yang berbeda yaitu “Rotti”, “Rotty” dan “Rotij”. Sebutan resmi ini terus dipergunakan sampai pada abad ke- 20 dan diubah menjadi “Roti”. Selanjutnya, Fox menguraikan, nama “Roti” adalah perubahan bahasa Melayu dari “Rote”, suatu perubahan yang menimbulkan suatu permainan kata yang tidak berarti dan sudah usang dari kata “roti” yang kebetulan dalam bahasa Indonesia berarti ‘makanan yang dibuat dari tepung terigu’. “Rote” lebih sering digunakan dalam bahasa sehari-hari akan tetapi hal ini menimbulkan persoalan pula karena r dan l digunakan berganti-ganti di dalam sembilan bahasa daerah yang terdapat di Pulau Rote. Oleh karena itu, ada juga yang menyebut pulau ini “Lote”. Dalam dokumen resmi pemerintah yang berasal dari pulau ini menggunakan nama “Rote”, sedangkan sebagian besar dokumen-dokumen pemerintah pusat memakai nama “Roti”. Nama ini-lah yang digunakan dalam peta Indonesia maupun peta-peta dunia saat ini. Secara yuridis formal Rote Ndao ditetapkan sebagai Kabupaten berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Rote Ndao di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Sebelumnya, daerah ini merupakan wilayah dari Kabupaten Kupang. Rote Ndao merupakan salah satu dari 370 Kabupaten8 yang berada dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan merupakan kabupaten paling terdepan9 di bagian selatan Indonesia. Kabupaten Rote Ndao memiliki luas wilayah 1.280,05 Km2 (2,70% dari total luas Provinsi NTT) dengan jumlah penduduk 127.911 jiwa yang terdiri dari laki-laki 65.191 dan perempuan 53.171 dengan laju tingkat pertumbuhan penduduk mencapai 2,40% per tahun. Kepadatan penduduk rata-rata 100 jiwa per Km2. (BPS Rote Ndao, 2014). Di bidang pendidikan tercatat jumlah penduduk berumur 10 Tahun ke atas yang tidak memiliki ijazah sebanyak 41,90%; tamat pendidikan dasar sampai pendidikan menengah atas 54,11% dan tamat pendidikan tinggi sebanyak 3,99%. Sedangkan jumlah fakir miskin di Kabupaten Rote Ndao sampai dengan Tahun 2013 mencapai (BPS Rote Ndao, 2013). Secara administratif Kabupaten Rote Ndao dibagi menjadi 10 Kecamatan yakni Lobalain, Rote Tengah, Rote Timur, Rote Barat Laut, Rote Barat Daya, Rote Barat, Rote Selatan, Ndao Nuse, dan Landu Leko. 82 Desa dan 7 Kelurahan (BPS Rote Ndao, 2014). Sebelah Utara Rote Ndao berbatasan dengan Laut Sawu, sebelah Selatan dengan Samudera Hindia, sebelah Timur 8 Lihat: http://www.kemendagri.go.id/pages/data-wilayah dilihat pada tanggal 30 Januari 2015. 9 Beberapa dokumen resmi pemerintah Indonesia dan laporan jurnalistik media cetak Indonesia menggunakan istilah “Pulau Terluar”.
  • 4. 4 dengan Laut Banda, dan sebelah Barat dengan Laut Sawu. Kabupaten Rote Ndao merupakan wilayah kepulauan yang terdiri atas 107 pulau (8 pulau dihuni dan 99 pulau lainnya adalah pulau-pulau kecil yang tidak dihuni). Kabupaten Rote Ndao beriklim kering yang dipengaruhi oleh angin Muson dengan musim hujan pendek, yang jatuhnya sekitar bulan Desember sampai April. Hampir sebagian besar Kabupaten Rote Ndao terdiri dari padang rumput, pohon lontar, pohon pinus dan gewang (BPS Rote Ndao, 2014). Pola Pembagian Wilayah di RotePola Pembagian Wilayah di RotePola Pembagian Wilayah di RotePola Pembagian Wilayah di Rote Pola pembagian wilayah di Pulau Rote mesti dipandang sebagai hasil dari suatu proses rasionalisasi bagi kepentingan politik dan karena itu merupakan wilayah pemerintahan politis negara. Pembagian wilayah sebagai proses rasionalisasi tidak secara otomatis dapat menghapus bentuk wilayah yang telah dilakukan sebelumnya pada jaman pendudukan pemerintahan Belanda (Abad 17-19). Pembagian wilayah di mana didasarkan pada karakteristik wilayah suku dan perbedaan dialek suku, serta sudah tentu dengan mempertimbangkan latar belakang suku-suku di Rote. Oleh pemerintahan politik Belanda setelah melalui proses yang rumit dan berbelit-belit, Rote Ndao dibagi dalam 19 wilayah semi otonom10 yaitu Nusak (Kerajaan)11 yang dipimpin oleh seorang Manek (Raja).12 Setidak-tidaknya ada 2 alasan pokok mengapa pembagian wilayah ini penting, yakni: Pertama, karena berkaitan dengan permasalahan politik lokal yaitu persaingan dan konflik di antara suku-suku. Kedua, kepentingan politik Belanda dalam menguasai wilayah selatan Timor sebagai yang akan menjadi benteng dalam kaitannya dengan perseteruan antara Belanda dan Portugis di Nusa Tenggara Timur pada sisi yang lain (FanggidaE, 2002:40-41). Dasar pembagian 19 Nusak (lihat Gambar 2) sebagai suatu pengelompokkan yang sifatnya politis secara garis besar merupakan pembagian wilayah berdasarkan dialek/bahasa Rote. 10 Mitos yang berkembang bahwa dahulunya di Pulau Rote ada 20 Nusak, namun Nusak Dhana dihancurkan oleh seorang pemuda bernama Nalle Sanggu yang memiliki dendam pada masyarakat di Nusak Delha, apa motifnya tidak diketahui. (lih. Paul Haning, Penakluk Kerajaan nDana, Penerbit CV. Kairos). Dalam Laporan ini penulis menggunakan 19 wilayah Nusak mengacu pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh James Fox di Pulau Rote (lih. Fox, 1996). 11 Nusak, sebenarnya bukan terminologi yang asing dalam konteks masyarakat suku-suku di Pulau Rote. Nusak dalam hal ini bukan institusi yang keberadaannya diintroduksikan dari luar wilayah suku, apalagi oleh pemerintahan Belanda, tetapi sebaliknya merupakan bagian dari realitas masyarakat Rote tradisional (Therik, 2007:31). 12 Jabatan Manek yang kemudian dihubungkan dengan Nusak lebih merupakan terminologi politik formal yang mengambil alih bentukan yang telah ada dalam kalangan masyarakat sebelumnya yang dikaitkan dengan suku (Leo) dan pemimpin suku (Maneleo). Dengan demikian Nusak dalam hal ini menjadi wilayah yang diperluas/gabungan antara wilayah milik suku-suku terdekat. Manek adalah bentuk yang diperluas dari Maneleo. “Institusi” Manek pada kenyataannya hampir tidak mempunyai otoritas apa-apa terhadap realitas suku-suku karena mereka mempunyai Maneleo sendiri. Manek dalam hal ini menjadi perpanjangan tangan dari pemerintahan Politik Belanda dalam hubungan dengan persoalan-persoalan yang timbul sebagai konsekuensi dari perjumpaan antar suku (Therik, 2007:31).
  • 5. 5 Pada tataran Nusak, wilayah ini dibagi dalam kesatuan wilayah yang lebih kecil yaitu nggolok dengan batas wilayah yang ditetapkan sebelumnya dan juga merupakan wilayah pemerintahan semi otonom yang kewibawaannya diperoleh berdasarkan amanat dari badan perurusan pusat. Nggolok dalam hal ini dipimpin secara kolektif oleh dewan masyarakat yang beranggotakan 9 (sembilan) orang yang disebut sebagai manesio dan lasing-lasing sebagai penasehat (FanggidaE, 2002:44). Uraian di atas memberikan gambaran yang jelas tentang adanya pembelahan yang sangat besar di kalangan suku-suku di Rote sampai pada tingkatan yang paling bawah, sehingga dapat dipastikan akan sangat berpengaruh pada perilaku sosial ekonomi, sosial budaya maupun sosial politik masyarakat Rote hingga saat ini. Gambar 2. Pembagian Wilayah Nusak di Rote (Fox, 1997) Gerakan Perlawanan Rakyat:Gerakan Perlawanan Rakyat:Gerakan Perlawanan Rakyat:Gerakan Perlawanan Rakyat: Meninjau HasilMeninjau HasilMeninjau HasilMeninjau Hasil Penelitian TerdahuluPenelitian TerdahuluPenelitian TerdahuluPenelitian Terdahulu Secara singkat pada bagian ini penulis mengutip hasil penelitian “gerakan perlawanan petani” yang dilakukan oleh James C. Scott di Malaysia, Sartono Kartodirdjo di Banten, dan diakhiri dengan hasil penelitian “Involusi Pertanian” yang dilakukan oleh Clifford Geertz di Jawa. Yang mana menurut hemat penulis kajian penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Scott, Kartodirdjo dan Geertz secara tidak langsung telah membawa penulis pada penelitian “gerakan perlawanan rakyat” di Rote terutama di Desa Bo’a (Nusak Delha) yang
  • 6. 6 masyarakatnya bukan masyarakat petani! Dan menariknya perlawanan yang terjadi tidak saja di Tahun 1960 (sebagaimana uraian pada paper ini) tetapi juga pernah terjadi di Tahun 1932 di era Belanda dengan motif yang sama yakni menolak membayar pajak.13 James C. Scott dalam penelitiannya di Kedah-Malaysia yang kemudian daerah itu dinamai Sedaka pada Tahun 1978-1980. Scott (2000) mengemukakan bahwa pola kehidupan masyarakat petani (desa) sebenarnya dihampir setiap daerah mempunyai pola yang sama. Seperti suka menggunjing, memfitnah dan memberi label atau citra yang buruk terhadap seseorang yang menurut mereka sebagai musuh bersama. Biasanya mereka tidak berani melakukan perlawanan secara langsung dan radikal, tetapi lebih bersifat perlawanan simbolik. Scott memfokuskan perhatiannya pada pertarungan ideologi di kampung itu. Pertarungan antara kelas kaya dan miskin di Sedaka bukanlah sekedar pertarungan mengenai soal pekerjaan, hak milik, padi dan uang. Ia juga merupakan pertarungan mengenai pemaknaan simbol-simbol tentang bagaimana masa lampau dan masa sekarang dipahami dan diberi nama, pertarungan untuk mengidentifikasi penyebab-penyebab dan menilai kesalahan-kesalahan, yang kesemuanya adalah upaya untuk memberi makna partisan kepada sejarah setempat. Detail-detail pertarungan ini melibatkan unsur fitnah, pergunjingan dan gossip yang bertujuan merusak nama baik orang lain, julukan-julukan kasar, gerakan tubuh atau sikap berdiam diri tetapi maksudnya merendahkan orang lain. Sebuah pertarungan jangka panjang yang prosaik, antara petani dan pihak yang mencoba menyerobot pekerjaan, makanan, sewa dan bunga dari mereka. Kebanyakan bentuk pertarungan ini hampir saja menimbulkan tantangan kolektif langsung. Senjata-senjata yang mereka miliki seperti, memperlambat pekerjaan, bersifat pura-pura, pelarian diri, pura-pura memenuhi permohonan, pencurian, pura-pura tidak tahu, menjatuhkan nama baik orang, pembakaran, penyabotan dan sebagainya. Mereka hampir tidak membutuhkan koordinasi atas perencanaan, menggunakan pemahaman implisit serta jaringan informal, sering mengambil bentuk mengurus diri sendiri, dan mereka secara khas menghindari konfrontasi simbolis secara langsung dengan kekuasaan. Menurut, Scott justru cara-cara seperti itulah yang paling efektif dalam jangka panjang (Scott, 2000). Bentuk-bentuk perlawanan kaum tani di Sedaka ini, lebih sebagai sekumpulan tindakan atau perilaku individual. Hubungan antara pemikiran dan aksi, untuk mengatakannya dengan halus, adalah suatu isu yang kompleks. Hal yang ingin ditegaskan oleh Scott adalah bahwa, Pertama, baik intensi maupun aksi bukanlah penggerak yang tidak digerakkan. Aksi yang dilahirkan dari intensi berputar kembali, untuk mempengaruhi kesadaran, dan dari sinilah timbul intensi dan aksi berikutnya. Jadi aksi perlawanan dan pemikiran tentang perlawanan adalah selalu berkomunikasi, selalu dalam dialog. Kedua, itikad atau kesadaran intensi tidak dikaitkan dalam bentuk yang seluruhnya sama dengan dunia materi sebagaimana perilaku. Adalah mungkin dan biasa bagi pelaku manusia untuk membayangkan suatu garis aksi, yang pada suatu saat, tidak praktis dan tidak mungkin. 13 Lih. Therik (2014) Relasi Negara dan Masyarakat di Rote, Salatiga: Satya Wacana University Press
  • 7. 7 Sedangkan Kartodirdjo (1982) mengemukakan bahwa pemberontakan terhadap pemerintahan kolonial terjadi di seluruh Hindia Belanda. Beberapa penyebabnya: kebijakan kolonial dalam hal cacah jiwa, pajak, dan kerja paksa membuat penduduk menanggung beban yang sebelumnya tidak mereka alami serta terjadinya perubahan sosial di tengah-tengah mereka. Sistem administrasi Belanda menembus masuk hingga ke pedesaan dan tidak selalu diterima oleh penduduk pribumi karena sistem modern yang didasarkan pada peraturan tertulis yang pasti terkadang tidak dapat disesuaikan dengan sistem mereka sendiri. Aksi kolektif melawan perubahan radikal yang terjadi di masyarakat mengakibatkan timbulnya gerakan protes. Sistem kolonial sendiri tidak menawarkan institusi yang dapat mencegah ketidakpuasan kalangan oposisi. Penelitian “Involusi Pertanian” Clifford Geertz Clifford Gertz di kenal dengan bapak fungsionalis yang dituangkannya ke dalam buku pertamanya The Religion of Java. Dalam perjalanannya salah satu pemikirannya yang mengandung relevansi dan merefleksikan kondisi masyarakat dan kebudayaan kita di masa sekarang yaitu tentang involusi pertanian. Involusi pertanian ini bisa dilihat dalam bukunya Agricultural Involution: The Process of Ecological Change in Indonesia (1969). Proses pemiskinan di pedesaan Jawa dijelaskan Geertz bahwa kemiskinan di Jawa adalah produk interaksi antara penduduk pribumi (petani di Jawa) dan struktur kolonial pada tingkat nasional dalam konteks politik-ekonomi. Adapun keterkaitan proses pemiskinan dan tesis involusi pertanian di Jawa, dijelaskan Geertz sebagai suatu pola kebudayaan yang memiliki suatu bentuk yang definitif, yang terus berkembang menjadi semakin rumit ke dalam. Pertanian dan petani Jawa secara khusus, dan kehidupan sosial orang Jawa secara umum, harus bertahan untuk menghadapi realita meningkatnya jumlah penduduk dan tekanan kolonial melalui proses kompleksifikasi internal. Dalam konsepsi-konsepsi yang diutarakan oleh Geertz ini mengarah pada konsepsi substantivis, istilah substantivis sendiri mendasarkan pengertiannya pada ekonomi sebagai upaya manusia guna memenuhi kebutuhan hidup di tengah lingkungan alam dan lingkungan sosialnya. Geertz menggunakan paradigma substantivisme. Aliran ini meyakini bahwa tindakan-tindakan ekonomi tidak sepenuhnya ditentukan oleh individu yang mendasarkan pada pertimbangan ekonomis yang rasional. Kondisi ekologis, organisasi sosial, demografis, serta budaya menyebabkan petani Jawa harus melakukan berbagai adaptasi agar mereka tetap mampu memenuhi kebutuhan subsistennya. Mekanisme adaptasi petani Jawa yang digambarkan oleh Geertz adalah dengan melakukan intensifikasi dengan melibatkan sebanyak mungkin tenaga dalam setiap kegiatan produksi tanaman dalam kerangka membagi-bagikan rejeki yang ada hingga makin lama makin sedikit yang diterima. Geertz menyebut mekanisme ini dengan Shared Proverty, kemiskinan yang dibagi rata, atau secara gampangnya berbagi kemiskinan dengan sesama.
  • 8. 8 James J. Fox yang cukup lama melakukan penelitian antropologi di Pulau Rote dan Sawu, nampaknya cukup jeli “memanfaatkan” ruang yang tidak dilihat oleh Geertz yakni mengkaji perubahan ekologi di Pulau Rote dan Sawu yang merupakan pulau terluar di Kawasan Timur Indonesia bagian Selatan (berbatasan langsung dengan Benua Australia). Fox rupanya tidak menyinggung perlawanan rakyat di Desa Bo’a (Nusak Delha) yang kemudian dikenal dengan Delha Affairs yang terjadi Tahun 1960, Fox lebih memusatkan penelitiannya di wilayah Nusak Termanu dan Nusak Ba’a. Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Scott, Kartodirdjo, Geertz dan Fox menjadi “Tools” atau “Pintu Masuk” bagi penulis untuk menukik lebih dalam tentang Delha Affairs yang terjadi pada Tahun 1960.14 Gerakan Perlawanan Rakyat di RoteGerakan Perlawanan Rakyat di RoteGerakan Perlawanan Rakyat di RoteGerakan Perlawanan Rakyat di Rote Kemunculan gerakan perlawanan harus dilihat hubungannya dengan perkembangan yang terjadi di Jawa. Di sana terdapat gerakan protes setelah kedatangan Belanda, yang semakin menguat setelah pendudukan Belanda di daerah tersebut. Pada tahun 1908, di Jawa berdiri organisasi modern pertama yang bernama Budi Utomo. Sementara itu, perlawanan di Nusa Tenggara (termasuk di Rote) masih bersifat tradisional. Bentuk perlawanan modern baru berkembang pada masa selanjutnya (Ardhana, 2005). Ketika Bangsa Belanda datang di Rote, Rote sudah terbagi atas beberapa Nusak. Tidak mudah bagi bangsa Belanda untuk menguasai daerah ini, mereka harus berperang melawan Nusak- Nusak yang sudah ada di Rote. Seperti pada perang Nusak Ndao tahun 1575 dan perang Nusak Bilba tahun 1576, kemudian perang Nusak Ba’a, Dengka, Lole dan Termanu pada Tahun 1660 dan perang Nusak Landu, Ringgou, Oeapo dan Bilba pada Tahun 1753. Kekalahan Nusak Dengka yang memimpin pertempuran pada Tahun 1660 didenda dengan membayar 133 orang budak kepada pemerintah Belanda. Kemudian, pada Tahun 1661, seorang Opperhofd Cuiljenburg memimpin suatu ekspedisi penyerangan ke Rote dengan kekuatan lebih dari 900 pasukan beserta sekutu-sekutunya dari Pulau Timor, Nusak Loleh dihancurkan dan sekitar 50 orang terbunuh dalam sehari. Setelah ekspedisi penyerangan yang dipimpin oleh Opperhofd Cuiljenburg berakhir dengan kemenangan di pihak Opperhofd Cuiljenburg, Pemerintah Belanda kemudian mengadakan perjanjian dengan Nusak-Nusak yang ada. Komisaris Johann Paravicini dikirim sebagai utusan perdagangan ke Timor dan Rote untuk membuat perjanjian dan hubungan perdagangan baru dengan penguasa lokal di Pulau Timor, Rote, Solor dan Sumba. Tujuannya adalah mem-pertahankan supermasi Belanda di wilayah itu. Perjanjian ini kemudian dikenal dengan Perjanjian 14 Uraian Delha Affairs 1960 sesungguhnya telah penulis uraikan secara detail pada Bab IV dalam Buku Relasi Negara dan Masyarakat yang diterbitkan oleh Satya Wacana University Press (2014).
  • 9. 9 Paravicini.15 Dalam perjanjian tersebut disepakati hal-hal sebagai berikut: penguasa lokal mengakui kedaulatan pemerintah Belanda dan bahwa semua Raja (termasuk di pesisir selatan) bersekutu dengan VOC dan bersama-sama melawan musuh. Inti dari perjanjian ini adalah dipeliharanya keamanan dan ketertiban (Ardhana, 2005). Nusak-Nusak yang ikut menandatangani Perjanjian Paravicini adalah: Termanu, Dengka, Landu, Oenale, Ba’a, Lelain, Oepao, Thie, Bilba, Ringgou, Korbafo, Diu, Ndao, Bokai dan Loleh (Soh, 2008) Meskipun sudah ada Perjanjian Paravicini, ternyata Nusak-Nusak yang ada tetap saja melakukan perlawanan terhadap Belanda, seperti Nusak Bilba, Ringgou, Oepau dan Diu tetap bermusuhan dengan Belanda16, Nusak-Nusak ini kemudian ditaklukan dan dihukum dengan cara para tahanan perang dijadikan sebagai budak dan bekerja pada Belanda sesuai dengan isi Perjanjian Paravicini. Para tawanan perang yang dijadikan budak ini sebagian di kirim ke Timor dan sebagian lagi dikirim ke Jawa. (Soh, 2008). Selain peristiwa Perjanjian Paravicini, kejadian penting lainnya adalah peristiwa tertembak matinya Foe MburaFoe MburaFoe MburaFoe Mbura,17 Raja dari Nusak Thie. Dalam suatu pertemuan di Nusak Thie pada tanggal 11 Oktober 1746, Residen Meulenbeck merasa kedatangannya tidak disambut dengan baik oleh para petinggi18 Nusak Thie, Muelenbeck kemudian mencaci-maki para petinggi Nusak Thie, hal ini tidak diterima oleh Foe Mbura, Foe Mbura pun melepaskan tembakannya ke arah Muelenbeck tetapi sayang tembakan itu meleset dan dengan gesit salah seorang pengawal Muelenbeck melepaskan tembakan ke arah Foe Mbura dan saat itu juga Foe Mbura langsung tewas di tempat. Tidak terima karena Rajanya ditembak mati, warga Nusak Thie dan sekitarnya melakukan aksi pembalasan pada tanggal 12 Oktober 1746, Residen Muelenbeck dan seluruh pengikutnya mati dibantai oleh massa, mayat-mayat Muelenbeck dan pengikutnya dibakar habis di tepian pantai. Yang lolos waktu itu hanya Tuan Const, seorang pemegang buku (Boekhouder). Const kemudian melarikan diri ke Kupang pada tanggal 24 Oktober 1746 dan melaporkan semua kejadian pembunuhan yang terjadi di Nusak Thie kepada Residen Van der Burgh di Kupang.19 Perlawanan rakyat di Rote sesungguhnya sudah muncul pada Tahun 1653. I.H. Doko dalam catatan pribadinya yang dibukukan (1974:29-30)20 menulis bahwa hubungan Belanda dengan Raja-raja di Rote yang pada waktu itu hanya ada 5 orang raja (Manek). Dan diperkuatkan 15 Perjanjian Paravicini ditandatangani pada tanggal 9 Juni 1756 dan membahas mengenai kesejahteraan rakyat, pemerintahan sah Belanda, kerja sama melawan para perompak, penghapusan perdagangan budak, perlindungan tanah pertanian, perlindungan perdagangan, perlindungan pelayaran, bantuan terhadap kapal karam, penyimpanan kaparan (barang terdampar), pelarangan hubungan dengan penguasa asing dan Eropa lainnya di pelabuhan atau kediaman tanpa izin penguasa wilayah. (Ardhana, 2005). 16 Sayangnya Soh tidak mengungkap mengapa Nusak Bilba, Ringgou, Oepau dan Diu tetap bermusuhan dengan Belanda meski sudah ada perjanjian Paravicini. 17 Setelah dibaptis menjadi pemeluk agama Kristen, namanya berubah menjadi Benjamin Messakh (Netti, 1997) 18 Koopmans (1921) tidak menyebutkan dengan rinci siapa-siapa saja petinggi Nusak Thie yang dimaksudkan. 19 Tindakan pembalasan tidak dilakukan karena pada saat itu Residen Van der Burgh sibuk menghadapi bangsa Portugis (golongan Portugis Hitam atau Topas) yang ingin menguasai Kupang (Koopmans, 1921). 20 Sayang sekali, I.H. Doko tidak menyebutkan dari mana sumbernya.
  • 10. 10 pula dengan perjanjian-perjanjian pada tahun 1691, 1700 dan 1756. Sedangkan jumlah raja- raja yang berkuasa-pun bertambah banyak, yaitu mula-mulanya 5 orang, pada tahun 1690 sudah menjadi 12 orang, pada tahun 1756 sebanyak 14 orang dan pada tahun 1800 sudah menjadi 18 orang raja. Belanda sangat pintar memainkan politik adu domba dan juga memanfaatkan sifat-sifat raja Rote yang satu ingin sangat bersaingan dengan yang lain. Akhirnya seluruh kerajaan di Pulau Rote terpaksa harus mengakui kekuasaan Belanda dengan perjanjian bahwa: a. Setiap tahun harus membayar upeti (pajak hasil bumi/panen) b. Raja di Rote harus men-supply tenaga untuk memperkuat pasukan Belanda c. Raja-raja tidak boleh berdagang dengan lain bangsa (Portugis, Cina, dan bangsa Indonesia lainnya) d. Dalam menyelesaikan persengketaan antara mereka dengan mereka harus mempergunakan Belanda sebagai pengantara. Selanjutnya, Doko mengemukakan bahwa pada tahun-tahun 1920-an beberapa Raja di Pulau Rote, antara lain Raja Thie (D. Messakh) dibuang ke Ruteng (Kabupaten Manggarai); Raja Diu (D. Manafe) dibuang ke Larantuka (Kabupaten Flores Timur); Raja Loleh (P.Z. Zacharias) dibuang ke Kota Manado-Sulawesi Utara dengan tuduhan “Raja yang menindas rakyatnya”. Tetapi sesungguhnya mereka itu adalah Raja-raja yang selalu melawan dan tidak begitu saja mau tunduk kepada perintah dan kemauan Belanda, mereka adalah Raja yang setia pada rakyatnya. Ini-lah titik awal perlawanan rakyat Rote terhadap kekuasaan pemerintahan Belanda.21 “Otak Rote”“Otak Rote”“Otak Rote”“Otak Rote” Di antara semua penduduk di Indonesia Timur, orang Rote telah terkenal sebagai penduduk yang paling dapat menghindarkan campur tangan dari luar. F.J. Omerling, bekas Direktur Institut Geografi Jakarta, yang mengadakan penelitian di Pulau Timor pada awal tahun lima puluhan, dengan cermat mencatat sifat orang Rote tersebut (1956 dalam Fox, 1996:5): Keengganan masyarakat Rote untuk mematuhi perintah-perintah resmi terutama tampak pada waktu perhitungan pajak tahunan. Banyak orang Rote yang tidak ditempat, pada musim kemarau, ketika petugas pajak berkeliling untuk memperkirakan panen agar dapat menentukan pendapatan tahunan dari penduduk. Di dalam daftar pajak, nama-nama kampung di Rote seringkali diikuti dengan catatan larilarilarilari. Orang-orang Rote yang dapat ditemui dan kepadanya diajukan pertanyaan- pertanyaan biasanya dengan cara yang sangat cerdik menyatakan dirinya melarat dan tak beruang. 21 Perkembangan Civil Society dan Dinamikanya di Rote antara Tahun 1575-2014 dapat dilihat pada bagian Lampiran dari Paper ini
  • 11. 11 Bagi orang Rote, bicara adalah suatu daya tarik dalam kehidupan. Dan perdebatan merupakan sesuatu yang sangat menyenangkan. Fokus kebudayaan ini bukan merupakan suatu hal yang baru terjadi akhir-akhir ini. Dari abad 17 telah tercatat dalam daftar komentar Belanda, bahwa suka bicara dan suka bertengkar adalah ciri-ciri dari orang Rote, dan bahkan mengesankan bagi orang yang kebetulan mengunjungi pulau itu (Fox, 1986:27). Pada tahun 1891, misalnya seorang naturalis Hermanten Kate, dalam perjalanannya ke pulau-pulau sebelah timur Indonesia, mengadakan kunjungan singkat ke Pulau Rote dan mengatakan: “Hampir di setiap tempat yang kami kunjungi di Pulau Rote, terjadi pertengkaran. Orang pribumi, yaitu orang Rote, bicara melantur mengenai soal yang tidak berarti seperti seorang nenek Belanda tua. Hal itu disebabkan karena sifat orang Rote yang suka bicara, setiap pertengkaran tentunya memberikan bahan untuk bicara. Kate (1894:221 dalam Fox, 1996:116-117). Suka bicara dan suka bertengkar ini-lah melahirkan julukan bagi orang Rote, yaitu: Orang Rote Sama Dengan Ular22. Artinya, jika Anda bertemu orang Rote dan ular, jangan ular yang dibunuh terlebih dahulu, tetapi bunuh dulu orang Rote, baru kemudian membunuh ular. kenapa? Ular tidak bisa menjadi orang Rote, tetapi orang Rote bisa menjadi ular! Delha AffairsDelha AffairsDelha AffairsDelha Affairs 1960: Temuan Lapangan1960: Temuan Lapangan1960: Temuan Lapangan1960: Temuan Lapangan Sesuai dengan laporan Manek Delha Abner NdoenAbner NdoenAbner NdoenAbner Ndoen dan laporan petugas pajak Z.M. MbolikZ.M. MbolikZ.M. MbolikZ.M. Mbolik23 secara garis besar dapat penulis ringkas ke dalam lima tahapan, yaitu: - Tahap I: Sebelum perang Dunia ke-II (Tahun 1935) pernah muncul persoalan pajak di Nusak Delha, masyarakat Nusak Delha hanya mau membayar pajak sebesar Rp2.50. Pada waktu itu Pemerintah Hindia Belanda menghukum para pemimpinnya sehingga rakyat Delha mulai membayar pajak secara normal. - Tahap II: Sesudah kemerdekaan, tahun 1950 persoalan ini muncul kembali dengan aktor intelektual seorang pensiunan KNIL tahun 1950 atas nama Matheos PetrusMatheos PetrusMatheos PetrusMatheos Petrus24 . Ia berhasil menarik simpati rakyat Delha dengan menyebarkan berita bahwa ia tengah memperjuangkan pembayaran pajak hanya sejumlah Rp 3.75,- lebih rendah dari yang ditetapkan oleh Pemerintah Swapraja. Perjuangan ini dilakukan dengan cara mengirim permohonan kepada Presiden RI Soekarno melalui rekes-nya tahun 1952/1953. Dan nampaknya upaya untuk menarik simpati masyarakat berhasil karena rakyat sejak tahun 1950 (1949 akhir) sudah tidak mau lagi membayar pajak kepada Pemerintah Indonesia 22 Ular dimaknai sebagai orang yang perilakunya sangat lihai, licik dan pandai berkelit/bersilat lidah. 23 Lih. Naskah Dinas Dewan Pemerintahan Daerah Sementara (DPDS) Swapraja Rote Ndao Tahun 1960 24 Imanuel Ndoen (75 Tahun) menuturkan kepada penulis dalam wawancara tanggal 20 Maret 2008, provokatornya bernama Matheus FeoMatheus FeoMatheus FeoMatheus Feo, seorang bekas Tentara KNIL dan Anggota PKI di Desa Bo’a. Sementara itu, Naskah Dinas DPDS Swapraja Rote Ndao Tahun 1990 melaporkan nama Matheos PetrusMatheos PetrusMatheos PetrusMatheos Petrus dengan status yang sama pensiunan Tentara KNIL dan Anggota PKI di Desa Bo’a. Dalam Laporan ini penulis menggunakan nama Matheos Petrus.
  • 12. 12 (Pemerintah Swapraja Rote Ndao). Aktor lain yang terlibat dalam upaya ini adalah AfonsusAfonsusAfonsusAfonsus NdoNdoNdoNdokokokoko dan Gabriel BaluGabriel BaluGabriel BaluGabriel Balu. - Tahap III: Keinginan rakyat Delha untuk membayar pajak hanya sebesar Rp3.75,- kemudian ditunggangi oleh Pengurus Partai Nasionalis Indonesia (PNI) di Ba’a (Rote), sehingga terjadi demontrasi di Ba’a pada tahun 1954, demonstrasi ini terjadi ketika kunjungan Gubernur Nusa Tenggara, Bapak SariminSariminSariminSarimin ke Ba’a. - Tahap IV: Karena telah tertunggak hampir 10 Tahun, Pemerintah Swapraja Rote Ndao kemudian mulai melakukan operasi Pembayaran Pajak pada tanggal 19 sampai 21 Oktober 1959. ternyata Rakyat Delha sebagian besar mulai membayar pajak. Matheos Petrus kemudian dibawa ke Ba’a untuk diperiksa polisi karena ia mengaku menghasut orang untuk membayar pajak sebesar Rp. 3.75. Polisi kemudian mulai memanggil para saksi dalam pemeriksaan Matheos Petrus, namun mereka tidak datang ke kantor Polisi melainkan ke kantor Jaksa untuk diperiksa di sana. Sesudah itu mereka pulang kembali ke Delha dan tidak lagi menghadap polisi. - Tahap V: Karena kehilangan posisi tawar, Matheos Petrus akhirnya berusaha mencari bantuan pihak ketiga. Ia kemudian berupaya bekerjasama dengan Partai Komunis Indonesia (PKI), pada sebuah kesempatan ia ”menubruk” masuk kantor Sekretariat PKI di Ba’a (Sekretarisnya waktu itu adalah J. PutirulanJ. PutirulanJ. PutirulanJ. Putirulan). Sehingga PKI mendapat jalan untuk membuka cabangnya di Nusak Delha, sebagai tandanya mereka mendirikan papan nama partai pada tanggal 1 Januari 1960. Pendirian ini juga ditandai dengan pesta yang dihadiri oleh rakyat Delha. Ternyata bahwa pendirian cabang itu tanpa seijin Pemerintah Swapraja dan Polisi setempat walaupun pada saat itu ada larangan melakukan aktifitas partai oleh penguasa perang sementara. Penagihan Pajak: Pemicu PerlawananPenagihan Pajak: Pemicu PerlawananPenagihan Pajak: Pemicu PerlawananPenagihan Pajak: Pemicu Perlawanan Mulai tahun 1949 sampai dengan tahun 1960 sebagian besar wajib pajak di Delha tidak mau membayar pajak sesuai ketentuan pemerintah25. Dan hanya mau membayar pajak sebesar Rp3.75 per orang per tahun. Angka ini memang lebih rendah dari pajak resmi yang ditetapkan oleh pemerintah. Angka Rp3.75 ini merupakan hasil rekayasa oleh Matheos Petrus berdasarkan suratnya yang disebarluaskan kepada warga yang dibantu oleh Alfonsus Ndoko26 dan Gabriel Balu.27 25 Hal ini dikarenakan pada waktu dulu ada istilah kamente (tidak boleh membayar upeti). Wawancara dengan Imanuel Ndoen (75 Tahun) tanggal 20 Maret 2008. 26 Karena perbuatannya ini, Matheos Petrus dan Alfonsus Doko pernah di hukum di Pengadilan Negeri Baa pada Tahun 1953. Wawancara dengan Imanuel Ndoen (75 Tahun) tanggal 20 Maret 2008. 27 Gabriel Balu berkeinginan menjadi Manek di Nusak Delha. Ia mencari popularitas dengan menyatakan menyanggupi memperjuangkan pembayaran pajak sebesar Rp3.75 per orang per tahun. Sebagian besar masyarakat Nusak Delha menyambut keinginannya sekaligus mendukung dirinya menjadi Manek Delha. Gabriel Balu akhirnya
  • 13. 13 Tidak berakhir di sini, Matheos Petrus muncul kembali di Nusak Delha dengan membawa semacam surat gugatan (rekes) yang dikirim kepada Presiden Soekarno, intinya agar rakyat Nusak Delha cukup membayar pajak Rp.3.75 per orang per tahun. Provokasi Matheos Petrus rupanya berhasil menarik banyak simpati dari masyarakat Nusak Delha, 305 wajib pajak di Nusak Delha ikut menandatangani surat gugatan dimaksud dan juga menyerahkan uang Rp.2-Rp.5 kepada Matheos Petrus untuk kepentingan pengiriman surat ke Jakarta.28 Selain itu ada isu yang berkembang bahwa Matheos Petrus juga mengumpulkan dan menahan kolekte kebaktian jemaat di Delha, sementara Matheos Petrus bukan pelayan resmi di sana. Ia bahkan juga memutuskan perkara dan menerima uang terang kampong29 padahal ia bukan seorang hakim. Karena perbuatannya itu banyak rakyat Nusak Delha tidak mau membayar pajak kepadanya dengan alasan masih menunggu jawaban pasti dari Presiden Soekarno atas klaim besarnya pajak yang harus dibayar. Keadaan ini sangat menghambat jalannya roda pemerintahan karena kelancaran keuangan swapraja terganggu. Pemerintah selalu berusaha menyadarkan rakyat agar mau membayar pajak.30 Pada tanggal 22 Oktober 1959, Utusan Kepala Daerah Tingkat II Kupang (Sdr. M.E. NgefakM.E. NgefakM.E. NgefakM.E. Ngefak) dengan didampingi oleh anggota DPDS Swapraja Rote Ndao memberikan nasehat lisan kepada rakyat Delha di Rumah Manek Delha agar tetap membayar pajak. Kronologis pertemuan tanggal 22 Oktober 195931 penulis kutip kembali secara ringkas sebagai berikut: Pada awal inti pembicaraan adalah terganggunya keuangan Swapraja Rote Ndao karena sebagian besar rakyat Delha tidak mau membayar pajak. Kemudian pertemuan dilanjutkan dengan Tanya Jawab. Lalu muncul Matheos Petrus, pensiunan KNIL yang berdiam di Teteana dan berbicara sebagai berikut: Saya Matheos Petrus menerangkan bahwa pemerintah mengatakan saya pengacau/penghasut sehingga orang-orang Delha tidak mampu membayar pajak. Tetapi sebenarnya orang-orang Delha sebanyak 305 orang datang untuk meminta saya menjadi pemimpin mereka untuk membuat surat keberatan kepada Presiden RI Soekarno. Saya mengaku bahwa saya telah membuat surat itu kepada Presiden RI minta suapaya besar pajak setahun hanya Rp.3.75 (tiga 75/100 rupiah) untuk seorang wajib pajak setahun. Tetapi hingga kini belum ada balasan kabar apa-apa dari Presiden, olehnya semua ini hanya bayar pajak sebesar Rp.3.75, lebih tidak. Lalu Sdr. M.E. Ngefak (utusan Kepala Daerah Tingkat II Kupang Wilayah Rote/Sabu di Baa) menjelaskan lagi kepada hadirin bahwa pemerintah tidak mengatakan bahwa dijatuhi hukuman di pengadilan negeri di Baa pada Tahun 1955 dan kemudian di buang ke Penjara Nusakembangan, Cilacap-Jawa Tengah. Wawancara dengan Imanuel Ndoen (75 Tahun) tanggal 20 Maret 2008. 28 Ternyata uang ini digunakan untuk kepentingan pribadi Matheos Petrus. Wawancara dengan Imanuel Ndoen (75 Tahun) tanggal 20 Maret 2008. 29 Pernikahan yang dilakukan karena calon istri telah hamil sebelum menikah secara resmi. 30 Sesuai dengan relas Pengamat Pajak Tingkat I Rote/Sabu L. Salow pada tanggal 16 Desember 1957, relas anggota DPDS Swarapaja Rote Ndao W.St. Mbate Mooy pada tanggal 18 Desember 1957. 31 Sesuai dengan relas Pengamat Pajak Tingkat I Rote/Sabu L. Salow pada tanggal 16 Desember 1957, relas anggota DPDS Swarapaja Rote Ndao W.St. Mbate Mooy pada tanggal 18 Desember 1957.
  • 14. 14 oknum Matheos Petrus-lah yang menjadi pengacau di sini. Tetapi Pemerintah mengatakan bahwa ada beberapa orang yang sementara dalam penyeldidikan dan tidak menyebutkan orangnya. Tetapi karena Saudara Matheos Petrus menyebutkan bahwa dialah pemimpin 305 wajib pajak Nusak Delha yang onar membayar pajak selama ini, maka pekerjaan Pemerintah untuk mencari pengacau itu menjadi lebih ringan. Dalam laporan perjalanan dinas anggota DPDS Swapraja Rote Ndao W.St. Mbate MooyW.St. Mbate MooyW.St. Mbate MooyW.St. Mbate Mooy dengan Surat Perintah Jalan Nomor 85/1957 tanggal 10 Desember 1957 sampai dengan 16 Desember 1957 pada intinya menyatakan bahwa Manek Oenale dan juru tulisnya Petrus GiriPetrus GiriPetrus GiriPetrus Giri bersekongkol untuk menyembunyikan sesuatu, kemungkinan mereka berusaha menghindari dari kunjungan tersebut untuk memperbaiki keuangan Nusak Delha yang kacau balau. Penghadangan dan Pertempuran: Rakyat VersusPenghadangan dan Pertempuran: Rakyat VersusPenghadangan dan Pertempuran: Rakyat VersusPenghadangan dan Pertempuran: Rakyat Versus (Alat)(Alat)(Alat)(Alat) NegaraNegaraNegaraNegara Pada tanggal 25 Januari 1960, Manek Delha bersurat kepada utusan Kepala Daerah Tingkat II Kupang M.E. Ngefak di Baa untuk menangani tindakan PKI di Nusak Delha. Rupanya Matheos Petrus berupaya meminta bantuan pada PKI untuk memuluskan perjuangannya mempengaruhi masyarakat Desa Bo’a. Pada tanggal 1 Januari 1960, PKI resmi memasang papan nama partainya di Desa Nemberala32 berkat bantuan Matheos Petrus yang juga saat itu resmi menjadi anggota PKI. Pada tanggal 4 Mei 1960 Kepala Daerah Tingkat II Kupang W.C. OematanW.C. OematanW.C. OematanW.C. Oematan dan Komandan Sektor CCCC.... OverateOverateOverateOverate juga memberi nasehat kepada rakyat Delha (pada waktu itu hadir sekitar 200 orang, nasehat-nasehat ini diterjemahkan ke dalam bahasa Delha oleh anggota DPDS Swapraja Rote Ndao, W.St. Mbate Mooy). Nasehat ini dilakukan di rumah Manek Delha di Desa Nemberala. Pada tanggal 6 Mei 1960, Kepala Pemerintahan Setempat Rote/Sabu N.G.N.G.N.G.N.G. nDoennDoennDoennDoen melalui suratnya dengan nomor: 6/5/58/Rhsts meminta bantuan kepada Komandan Vak. I, Kapten KanaKapten KanaKapten KanaKapten Kana untuk menangani masalah Delha. Kemudian disusul lagi dengan Surat DPDS Swapraja Rote Ndao nomor: 107/Rhs/1958 yang ditandatangani oleh Kepala DPDS Swapraja Rote Ndao Ch.P. Manubulu.Ch.P. Manubulu.Ch.P. Manubulu.Ch.P. Manubulu. Untuk memulihkan keuangan swapraja Rote Ndao, maka Kepala Daerah Tingkat II Kupang W.C. Oematan memerintahkan Kepala DPDS Swapraja Rote Ndao Ch.P. Manubulu untuk segera membentuk tim penagih pajak yang terdiri dari unsur Nusak Delha, unsur DPDS Swapraja Rote Ndao dan unsur Polisi Negara. Tim ini terdiri dari 13 orang yang bertugas menagih pajak sejak Tahun 1949-1959 kepada 305 wajib pajak yang berdiam di Desa Bo’a Nusak Delha. Tim ini mulai tertugas pada tanggal 10 Mei 1960 jam 14.00 Wita mereka 32 Pendirian ini juga ditandai dengan pesta yang dihadiri oleh sebagian rakyat Nusak Delha. Ternyata bahwa pendirian cabang itu PKI tanpa seijin Pemerintah Swapraja dan Polisi setempat walaupun pada saat itu ada larangan melakukan aktifitas partai oleh penguasa perang sementara.
  • 15. 15 berotlak menuju Nusak Delha dari Baa menggunakan kuda. Ke-13 anggota tim penagih pajak yang dibentuk dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini: Tabel 1. Anggota Tim Penagih Pajak NoNoNoNo Nama Anggota TimNama Anggota TimNama Anggota TimNama Anggota Tim UnsurUnsurUnsurUnsur 1 Abner Ndoen Manek Delha 2 Obed Kili Temukung Sedeoeo 3 Thoma Fua Temukung Mbui 4 Diogomis Loa Temukung Ombak 5 Agus Mengge Temukung Teai 6 Hanok Balu Temukung Leoanak 7 D. Ndoen Juru Tulis Pajak Nusak Delha 8 B.M. Bailaen Juru Tulis Swapraja Rote 9 J. Bessie Pesuruh Swapraja Rote 10 J. Foeh Pegawai Pajak Swapraja Rote 11 H. Bessie Anggota Polisi Negara/Komandan Patroli 12 I Made Kukuh Anggota Polisi Negara 13 Petrus Ngongobili Anggota Polisi Negara Sumber: Laporan Tertulis Manek Delha Abner Ndoen dan Laporan Tertulis Petugas Pajak Z.M. Mbolik Tahun 1960 dalam Naskah Dinas DPDS Swapraja Rote Ndao Tahun 1960. Pada tanggal 12 Mei 1960, tim melakukan penagihan di kampung LoEdi, SedeoEn, Hehenat, dan OefoE/LenaoEn. Tanggal 13 Mei 1960 tim melakukan penagihan di kampung BonioEn, Tuaneo dan Mbore. Semuanya aktifitas penagihan selama 2 hari berturut-turut berjalan dengan baik. Pada tanggal 14 Mei 1960 jam 07.30 Tim penagih pajak berangkat dari Desa Nemberala menuju kampung TunggaoEn dengan jarak tempuh + 3 Km2 menggunakan kuda untuk menagih pajak di TunggaoEn. Pada pukul 08.30 tim tiba di TunggaoEn dan rumah pertama yang mereka tagih kebetulan hanya ada seorang perempuan di dalam rumah yang bernama SuSuSuSui Sueki Sueki Sueki Suek. Sui Suek tidak mau membayar pajak dengan alasan pajak sebesar Rp.3.75 per orang per tahun sudah dibayarkan33 dan karena itu kami tidak mau membayar lagi. Salah seorang anggota tim penagih pajak Petrus NgongobiliPetrus NgongobiliPetrus NgongobiliPetrus Ngongobili yang juga anggota polisi negara berusaha menjelaskan dan meminta Sui Suek segera mengambil uang dan membayar pajak sesuai jumlah tagihan. Tetapi sebaliknya, Sui Suek malah berusaha merampas pistol yang ada di pinggang Petrus Ngongobili namun upayanya gagal. Hanya tali senjata yang bisa diraih oleh Sui Suek. Sui Suek akhirnya berteriak minta tolong, beberapa pemuda TunggaoEN yang berbadan kekar keluar dan menbantu Sui Suek. Melihat kondisi yang semakin tidak terkendali, Petrus Ngongobili mengeluarkan tembakan peringatan ke udara sambil berteriak “sabar saudara-saudara” karena ketakutan akhirnya mereka lari tunggang langgang. 33 Dibayarkan pada Matheos Petrus.
  • 16. Sementara itu Sui Suek tidak mampu berbuat banyak karena wajahnya ditampar oleh polisi hingga hidungnya berdarah. Informasi lisan lainnya dikemukakan oleh peristiwa tersebut dipicu oleh “KEBOHONGAN” yang koarkan oleh seorang Ibu dari Desa Bo’a. Si Ibu mengatakan, bahwa Dia di “PUKUL” oleh beberapa Penagih Pajak (Aparat Negara) saat bertemu di jalan. Mendengar, bahwa ada wanita dari B Negara, maka masyarakat Bo’a, tanpa tersebut, langsung melakukan penghadangan dan penganiayaan, hingga terjadi korban jiwa. Entah kejadian itu dipicu oleh suatu “kebohongan” ata persoalan politik/ideologi. Karena sudah tidak ada lagi perlawanan, maka penagihan di kampung TunggaoEn dilakukan sampai selesai. Kemudian tim memutuskan untuk beristirahat sambil makan siang bersama di rumah D. NdoenD. NdoenD. NdoenD. Ndoen, juru tulis pajak perjalanan ke Desa Bo’a Tim penagih pajak tiba di Desa Bo’a pada pukul 15.00 Wita, rumah pertama yang didatangi tim penagih pajak adalah rumah milik wajib pajak tidak ada di rumah, hanya istrinya suaminya, tim menunggu hingga lebih dari 5 menit, Matheos Rassi juga belum datang, akhirnya tim memutuskan melanjutkan perjalanan ke rumah wajib pajak yang kampung Bo’a sambil memberikan tambahan waktu bagi Asnat Nggadas untuk memanggil suaminya. Asnat Nggadas malah mengeluarkan sungutan/makian berbunyi “ “Kilat Sambar”. Namun makian ini tidak dipedulikan oleh tim. 34 Wawancara tanggal 24 Juli 2008 Sementara itu Sui Suek tidak mampu berbuat banyak karena wajahnya ditampar oleh polisi Informasi lisan lainnya dikemukakan oleh Arnolus BernaduzArnolus BernaduzArnolus BernaduzArnolus Bernaduz NdoenNdoenNdoenNdoen (38 Tahun) peristiwa tersebut dipicu oleh “KEBOHONGAN” yang koarkan oleh seorang Ibu dari Desa Bo’a. Si Ibu mengatakan, bahwa Dia di “PUKUL” oleh beberapa Penagih Pajak (Aparat Negara) saat bertemu di jalan. Mendengar, bahwa ada wanita dari Bo’a “dipukul” oleh Aparat Negara, maka masyarakat Bo’a, tanpa cross check lebih jauh tentang peristiwa “pemukulan” tersebut, langsung melakukan penghadangan dan penganiayaan, hingga terjadi korban jiwa. Entah kejadian itu dipicu oleh suatu “kebohongan” atau tidak tersebut lalu bergeser ke Karena sudah tidak ada lagi perlawanan, maka penagihan di kampung TunggaoEn dilakukan sampai selesai. Kemudian tim memutuskan untuk beristirahat sambil makan siang bersama di , juru tulis pajak Nusak Delha. Setelah makan siang, tim melanjutkan Tim penagih pajak tiba di Desa Bo’a pada pukul 15.00 Wita, rumah pertama yang didatangi tim penagih pajak adalah rumah milik wajib pajak Matheos RassiMatheos RassiMatheos RassiMatheos Rassi, namun yang tidak ada di rumah, hanya istrinya Asnat NggadasAsnat NggadasAsnat NggadasAsnat Nggadas. Sehingga ia diminta untuk memanggil suaminya, tim menunggu hingga lebih dari 5 menit, Matheos Rassi juga belum datang, akhirnya tim memutuskan melanjutkan perjalanan ke rumah wajib pajak yang kampung Bo’a sambil memberikan tambahan waktu bagi Asnat Nggadas untuk memanggil suaminya. Asnat Nggadas malah mengeluarkan sungutan/makian berbunyi “ “Kilat Sambar”. Namun makian ini tidak dipedulikan oleh tim. Keterangan Foto: Rumah Pertama di Bo’a milik Asnat Nggadas yang dibakar oleh Polisi pada tanggal 16 Mei 1960 di Desa Bo’a. Puing rumah ini adalah “tanda peringatan” akan peristiwa kelam yang dikenal dengan Affairs. Foto: Wilson Therik, 2007 16 Sementara itu Sui Suek tidak mampu berbuat banyak karena wajahnya ditampar oleh polisi (38 Tahun)34 , bahwa peristiwa tersebut dipicu oleh “KEBOHONGAN” yang koarkan oleh seorang Ibu dari Desa Bo’a. Si Ibu mengatakan, bahwa Dia di “PUKUL” oleh beberapa Penagih Pajak (Aparat o’a “dipukul” oleh Aparat lebih jauh tentang peristiwa “pemukulan” tersebut, langsung melakukan penghadangan dan penganiayaan, hingga terjadi korban jiwa. u tidak tersebut lalu bergeser ke Karena sudah tidak ada lagi perlawanan, maka penagihan di kampung TunggaoEn dilakukan sampai selesai. Kemudian tim memutuskan untuk beristirahat sambil makan siang bersama di Delha. Setelah makan siang, tim melanjutkan Tim penagih pajak tiba di Desa Bo’a pada pukul 15.00 Wita, rumah pertama yang didatangi , namun yang bersangkutan . Sehingga ia diminta untuk memanggil suaminya, tim menunggu hingga lebih dari 5 menit, Matheos Rassi juga belum datang, akhirnya tim memutuskan melanjutkan perjalanan ke rumah wajib pajak yang lain di kampung Bo’a sambil memberikan tambahan waktu bagi Asnat Nggadas untuk memanggil suaminya. Asnat Nggadas malah mengeluarkan sungutan/makian berbunyi “Ndera Tek” atau Keterangan Foto: Pertama di Bo’a Asnat Nggadas yang dibakar oleh Polisi pada tanggal 16 Mei 1960 di Desa Bo’a. Puing rumah ini adalah “tanda peringatan” akan peristiwa kelam yang dikenal dengan Delha Foto: Wilson Therik,
  • 17. 17 Rupanya warga Desa Bo’a sudah mengetahui akan kedatangan “tamu tak diundang”. Saat tiba di sebuah tanah lapang di pinggir pantai, tim dikejutkan oleh serangan warga Desa Bo’a yang menggunakan senjata kayu pemukul. Melihat kondisi ini, H. BessieH. BessieH. BessieH. Bessie, anggota polisi negara yang juga komandan patroli meminta warga agar menyimpang kayu pemukul mereka tetapi himbauan ini tidak dihiraukan hingga H. Bessie dan 2 anggota polisi lainnya I Made KukuhMade KukuhMade KukuhMade Kukuh dan Petrus Ngongobili mengeluarkan tembakan peringatan ke udara hingga 4 kali. Warga yang berjumlah + 100 orang malah semakin beringas dan tidak takut lagi dengan tembakan polisi, perkelahian polisi dan warga tak dapat dihindari, 2 orang polisi yakni H. Bessie dan I Made Kukuh jatuh ke tanah dan tidak bergerak lagi, mereka tewas di tempat. Dari warga sipil, ada 2 orang yang juga tewas di tempat, mereka tewas terkena tembakan polisi, yakni Benyamin NggadasBenyamin NggadasBenyamin NggadasBenyamin Nggadas dan Lukas BoroLukas BoroLukas BoroLukas Boro, beberapa warga lainnya juga terkena luka tembak tetapi tidak sampai meninggal. Melihat 2 temannya sudah terkapar dan tidak bergerak lagi, Petrus Ngongobili lalu melarikan diri ke hutan dengan hanya menggunakan “kelewang” Rote untuk menjaga diri, senjata milik Petrus Ngongobili sudah dirampas warga dan kepalanya dalam keadaan luka serta mengeluarkan banyak darah akibat hantaman kayu pemukul. Petrus Ngongobili dikejar oleh 3 orang warga namun rupanya mereka gagal, Petrus Ngongobili berhasil menyelamatkan diri dengan cara pura-pura mati. Sementara tim penagih pajak yang lain melarikan diri dengan kuda ke Desa Nemberala, saat itu mereka sempat mengenali Linus AduLinus AduLinus AduLinus Adu35353535 dan NgeniNgeniNgeniNgeni sementara mengejar mereka dari belakang, tetapi Linus dan Ngeni tak mampu melawan tenaga kuda. Tim penagih pajak yang melarikan diri tiba di Desa Nemberala keesokan harinya (tanggal 15 Mei 1960) pada jam 16.00 Wita. 1 jam kemudian tiba-tiba muncul Petrus Ngongobili dalam keadaan luka parah di kepala. Ia membawa berita bahwa 2 temannya telah meninggal dunia. Kondisi Petrus Ngongobili36 sangat lemah karena dikejar oleh kira-kira 10 orang warga Desa Bo’a ditambah lagi harus berlari sejuah + 10 Km2 (jarak Desa Bo’a dan Desa Nemberala). Pada tanggal 16 Mei 1960 Manek Delha Abner Ndoen mengirim laporan tertulis yang ditujukan kepada Kepala DPDS Swapraja Rote Ndao, Kepala Polisi Negara Wilayah Rote Ndao, Utusan Kepala Daerah Tingkat II Kupang di Baa dengan tembusan kepada Kepala Daerah Tingkat II Kupang di Kupang tentang kronologis peristiwa Bo’a tanggal 14 Mei 1960. sementara itu di Desa Bo’a seluruh warga mulai mengungsi ke desa tetangga dan praktis tidak ada satu orang pun yang mendiam Desa Bo’a, mereka sangat ketakutan jika ada serangan balasan yang dilakukan oleh Polisi, karena mereka telah mengetahui bahwa 2 orang anggota polisi tewas di tempat dan mayatnya masih berada di anah lapang di pinggir pantai. Ketakutan ini tidak hanya dialami oleh warga Desa Bo’a tetapi juga oleh warga desa tetangga 35 Linus Adu adalah warga sipil yang menyerang anggota polisi I Made Kukuh hingga tewas. Wawancara dengan Imanuel Ndoen (75 Tahun) tanggal 20 Maret 2008. 36 Petrus Ngongobilli dikabarkan masih hidup dan kini menetap dikampung halamannya di Pulau Sumba dengan keadaan sakit jiwa (tidak waras) mungkin karena pengaruh hantaman kayu pemukul di bagian kepala saat peristwa Bo’a Mei 1960. Wawancara dengan Imanuel Ndoen (75 Tahun) tanggal 20 Maret 2008.
  • 18. 18 lainnya (termasuk di Desa Nemberala), mereka melakukan patroli siang dan malam tanpa henti sampai menunggu bantuan tentara dan polisi tiba di tempat mereka. Tanggal 17 Mei 1960, seluruh rumah warga di Desa Bo’a telah terbakar, hanya tersisa 19 rumah, 59 rumah lainnya rata dengan tanah, pada tanggal 18 Mei 1960 disusul lagi 3 rumah yang dibakar, total rumah yang terbakar sebanyak 62 rumah. Tidak diketahui dengan pasti siapa pelaku pembakaran rumah warga di Desa Bo’a28. Sementara itu pada tanggal 17 Mei 1960 bantuan tentara (TNIAD) dan Polisi (Birgade Mobil) tiba di Baa dari Kupang. Pasukan TNI-AD dipimpin oleh Kapten El TariEl TariEl TariEl Tari37373737, sementara pasukan Brimob dipimpin oleh Kapten GasperzGasperzGasperzGasperz38, rombongan ini membawa bantuan sosial berupa bahan makanan, pakaian, obat- obatan untuk warga Desa Bo’a yang mengungsi. Pada tanggal 18 Mei 1960, dibawah pimpinan Lts. J. FanggidaeJ. FanggidaeJ. FanggidaeJ. Fanggidae, pasukan TNI-AD dan Brimob berangkat menuju Nusak Delha untuk melakukan pengamanan di Nusak Delha serta memberikan bantuan sosial kepada warga Desa Bo’a yang mengungsi di desa-desa tetangga di Nusak Oenale, Nusak Thie dan Nusak Dengka. Pada tanggal 19 Mei 1960, dilakukan langkah-langkah penanganan lanjutan secara objektif, diantaranya segala tindakan pidana diserahkan kepada polisi, jaksa dan hakim; distribusi makanan, pakaian dan obat-obatan dibawah pengawasan Jawatan Sosial; membangun rumah penampungan sementara bagi warga Desa Bo’a yang tidak memiliki rumah karena di bakar dan membentuk Panitia Khusus untuk menilai kerugian rumah-rumah yang terbakar di Desa Bo’a. Total nilai kerugian rumah yang terbakar mencapai Rp64.500 sebagaimana tertulis dalam Berita Acara Panitia Khusus tanggal 10 Juni 1960. Panitia Khusus dimaksud dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini: Tabel 2. Panitia Khusus Perkiraan Kerugian Rumah Warga Desa Bo’a NONONONO NAMANAMANAMANAMA UNSURUNSURUNSURUNSUR JABATANJABATANJABATANJABATAN 1 Abner Ndoen Manek Delha Ketua 2 Z.M. Mbolik Swaparaja Rote Ndao Anggota 3 H. Doko Kejaksaan Pengadilan Negeri Anggota 4 M.D. Pany Utusan Kepala Daerah Tingkat II Kupang Anggota 5 A.J. Toelle Jawatan Sosial Anggota 6 J.K. Serang Kepolisian Anggota 7 J. Foeh Instansi Pajak Anggota Sumber: Berita Acara Panitia Khusus tanggal 10 Juni 1960 Hasil kerja Panitia Khusus dibangun berdasarkan asumsi rumah besar berharga @Rp.1500,- rumah sedang berharga @Rp.750,- dan rumah kecil berharga @Rp500,- Karena rumah besar 37 Kapten El Tari dalam kariernya terakhir menjabat sebagai Gubernur NTT yang kedua dengan pangkat Brigadir Jenderal.TNI menggantikan Gubernur NTT yang pertama W.J. Lalamentik. 38 Kapten Gasperz adalah Komandan Brimob Daerah NTT yang pertama dan salah satu pendiri Markas Brimob Daerah NTT.
  • 19. 19 yang terbakar berjumlah 28 buah, rumah sedang 22 buah dan rumah kecil 12 buah, maka jumlah kerugian mencapai Rp64.500,- Ukuran yang digunakan dalam mengklasifikasi besar kecilnya harga sebuah rumah adalah: 1) rumah-rumah tersebut dibuat pada waktu bahan- bahan bangunan masih dalam keadaan murah; 2) rumah-rumah ini didirikan secara gotong royong sehingga tidak berbiaya besar; 3) bahan-bahan bangunan yang digunakan berkualitas rendah; dan 4) rumah-rumah tersebut hanya sebagian kecil yang memenuhi syarat sebagai rumah layak huni, bahkan bisa dikatakan hanya sekedar untuk menaungi penghuni.39 Dalam relas pegawai DPDS Swapraja Rote Ndao M.M. NdoenM.M. NdoenM.M. NdoenM.M. Ndoen tertanggal 12 Juli 1960 tertulis bahwa bantuyan sukarela dari Nusak-Nusak di Pulau Rote terkumpul sebanyak 31 karung beras atau 1.111 Kg beras. Bantuan ini dikumpulkan di Baa, kemudian diangkut ke Delha dengan menggunakan kapal motor Sukaria dengan juragan bernama La TjinaLa TjinaLa TjinaLa Tjina. Penanganan lain yang dilakukan diantaranya adalah: memberikan penerangan umum berupa pemutaran film kepada masyarakat Desa Bo’a yang mengungsi dan masyarakat di Nusak Delha pada umumnya; diupayakan pembukaan kebun kolektif atas dasar gotong-royong untuk masing-masing laki- laki kuat seluas 5 are, sebagai upaya cadangan pangan dengan penanaman ubi kayu dan lain-lain; diusahakan diadakan pekabaran injil untuk memperbaiki rohani penduduk; diupayakan pembukaan Sekolah Rakyat di Nemberala untuk mendidik anak-anak yang butah huruf serta diupayakan perkungjungan kaum wanita (wanita masehi/ bhayangkara/dorkas) ke Nusak Delha untuk membantu kaum perempuan dan anak-anak.40 Isu Partai KomunisIsu Partai KomunisIsu Partai KomunisIsu Partai Komunis IndonesiaIndonesiaIndonesiaIndonesia Setelah peristiwa Bo’a 1960 berlalu, banyak orang beranggapan bahwa peristiwa tersebut didalangi oleh PKI. PKI dituduh mepengaruhi warga agar tidak membayar pajak pada pemerintah. Dari berbagai hasil wawancara dan penelusuran literatur sebagaimana yang telah penulis kemukakan sebelumnya dapat diambil kesimpulan sementara (hipotesis) bahwa peristiwa di Desa Bo’a pada bulan Mei 1960 tidak ada kaitannya sama sekali dengan aktifitas PKI di Pulau Rote khususnya di Nusak Delha. Menurut penuturan Bernadus Ndoen41, peristiwa di Desa Bo’a tidak ada kaitannya dengan PKI, buktinya adalah almarhum ayah saya, beliau bersama 12 orang temannya terpaksa mengaku sebagai anggota PKI supaya rakyat di Nusak Delha bebas dari tuduhan sebagai anggota PKI. Almarhum ayah saya Hanok NdoenHanok NdoenHanok NdoenHanok Ndoen bersama 12 orang temannya sempat ditahan di dalam penjara di Kupang tanpa suatu proses pengadilan, begitu pula mereka dibebaskan begitu saja tanpa suatu proses pengadilan. Akhirnya almarhum ayah saya dan teman-temannya memilih menetap di Kupang hingga akhir hayatnya. 39 Lih. Berita Acara Panitia Khusus Perkiraan Rumah tanggal 10 Juni 1960. 40 Lih. Naskah Dinas DPDS Swapraja Rote Ndao Tahun 1960 41 Wawancara tanggal 19 Juli 2008
  • 20. 20 Informasi lisan lainnya yang dituturkan oleh Manek Ndoen42 (putera kandung dari Manek Delha, Abner Ndoen) bahwa: Matheos Petrus bersama + 100 orang warga Nusak Delha telah ditahan di Markas Komando Rayon Militer (Koramil) di Baa dengan tuduhan terlibat dalam organisasi PKI. Abner Ndoen kemudian ke Baa dan bertemu dengan Komandan Koramil saai itu, kalau tidak salah namanya Mayor KaryonoKaryonoKaryonoKaryono43434343. Sebelum bertemu, Abner Ndoen telah diingatkan oleh Hakim Joos J.J. Ngefak, S.HJoos J.J. Ngefak, S.HJoos J.J. Ngefak, S.HJoos J.J. Ngefak, S.H dan Jaksa Lalamentik agar berhati-hati jika berada di dalam area militer. Hakim dan Jaksa tidak memiliki kekuasaan lagi kalau militer sudah berbicara, kalau mereka tembak mati yah langsung tembak saja. Abner Ndoen tidak gentar dan langsung menemui Danramil, saat itu Danramil didampingi oleh Sersan KurbiKurbiKurbiKurbi44444444. Hasilnya adalah Danramil mengijinkan membawa pulang warga Nusak Delha yang ditahan dengan catatan hanya yang diketahui telibat sebagai anggota PKI saja yang tetap ditahan. Ada sekitar 12 orang warga Nusak Delha yang ditahan karena mereka merupakan anggota PKI, salah satu diantaranya adalah Matheos Petrus. Keesokan harinya, ke-12 orang warga Nusak Delha yang ditahan termasuk Matheos Petrus, di tembak mati di depan markas Koramil di Baa. Penembakan mati anggota PKI ini membuat warga Nusak Delha sangat berhati-hati memilih partai politik. Peristiwa perlawanan masyarakat Desa Bo’a Nusak Delha di Rote adalah suatu gerakan perlawanan rakyat terhadap kebijakan/kekuasaan negara. Berbeda dengan gerakan sosial yang terjadi di Pulau Jawa yang lebih banyak dilakukan terhadap pemerintahan Hindia Belanda. Misalnya, gerakan petani melawan pemerasan di Jawa, gerakan ratu adil, gerakan samin dan gerakan sekte keagamaan di Jawa maupun di tanah Batak. Communal PropertyCommunal PropertyCommunal PropertyCommunal Property kekekeke Private Property: Delha Affairs 1932 dan 1960Private Property: Delha Affairs 1932 dan 1960Private Property: Delha Affairs 1932 dan 1960Private Property: Delha Affairs 1932 dan 1960 Pertanyaan selanjutnya yang penting untuk dijawab adalah mengapa Delha Affairs pada Tahun 1932 terulang kembali di Tahun 1960 dengan motif yang sama yakni menolak membayar pajak? Jawabannya adalah beralihnya communal property (kepemilikan bersama) menjadi private property (hak milik pribadi)45 memberi ruang yang cukup luas kepada negara dalam mengambil peran dalam menentukan hak milik atas lahan yang tidak dikelola/tidak ditempati oleh masyarakat dengan sendirinya menjadi hak milik negara. Sementara lahan yang ditempati/dikelola oleh masyarakat dikenakan pajak, hal ini memicu terjadinya 42 Wawancara tanggal 19 Maret 2008 (saat peristiwa Bo’a, Manek Ndoen berada di Kupang, uraian ini menurut penuturan Ayahnya ketika masih hidup). Sayangnya, Manek Ndoen tidak ingat lagi kapan kejadian ini berlangsung. 43 Manek Ndoen juga menyebutkan nama lain yang mirip antara Kurdiono, Kardiono atau Kartono. 44 Sersa Kurbi, terkenal di Pulau Rote sebagai anggota tentara yang paling jahat. 45 Pada jaman pemerintahan Nusak semua padang pengembalaan untuk hewan dan mata air di Rote adalah Hak/Kepemilikan Bersama (Communal Property) dan tidak diberlakukan pajak/retribusi. Communal Property ini lah yang kemudian beralih (dialihkan oleh Negara) menjadi Private Property (Hak Milik Negara, Hak Milik Individu, Hak Milik Keluarga, Ada Pajak dan Retribusi)
  • 21. 21 perlawanan masyarakat di Desa Bo'a Nusak Delha pada Tahun 1960 dan sebelumnya pada masa negara kolonial di Tahun 1932. Catatan Penutup: Metode PenelitianCatatan Penutup: Metode PenelitianCatatan Penutup: Metode PenelitianCatatan Penutup: Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan oral history method (metode sejarah lisan)46 . Pendekatan ini menjadi penting dalam penelitian ini, karena bertujuan untuk: 1) Menyelamatkan sumber sejarah dikarenakan terbatasnya sumber lisan yang masih hidup; 2) Mengungkap berbagai masalah kesejarahan yang belum terungkap melalui sumber tertulis; dan 3) Mengungkapkan berbagai peristiwa mengenai kehidupan masyarakat Nusak Delha saat peristiwa perlawanan Tahun 1960. Untuk mengakses data yang valid (sahih) dan reliable (andal), maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Makna pendekatan kualitatif di sini terkait dengan teknik dan instrumen pengumpulan data, serta teknik analisis dan interpretasi data yang tidak menggunakan statistik (Strauss dan Corbin, 2003). Dalam kaitan ini, terdapat sejumlah alasan yang sahih untuk melakukan penelitian kualitatif; salah satu diantaranya adalah sifat dari masalah yang diteliti Alat bantu yang digunakan dalam penelitian ini adalah camera digital untuk merekam gambar, tape recorder untuk merekam suara informan kunci pada saat wawancara dilakukan dan log book berfungsi sebagai buku catatan harian peneliti berdasarkan observasi selama penelitian di lapangan berlangsung. Hal lain yang perlu dikemukakan adalah Sopi47 sebagai pendekatan budaya terutama untuk keperluan wawancara mendalam. Bagi orang Rote, Sopi adalah “air kata-kata”, tanpa Sopi maka tidak akan ada data! Sopi menjadi pengantar sebelum wawancara mendalam dimulai, bahkan penulis tidak perlu repot menyusun pertanyaan, para informan kunci dengan sendirinya akan “berkisah”. Selain oral history method sebagai metode utama, metode pengumpulan data lainnya yang juga digunakan dalam penelitian ini adalah metode in-depth interview (wawancara mendalam)48, metode studi kepustakaan, studi dokumentasi dan studi kearsipan49, surfing di 46 Konning, Juliette. 2007. Qualitative Research Methodology. VU University Amsterdam. (Bahan Presentasi Kuliah Umum Metodologi Penelitian di Program Pascasarjana UKSW Salatiga, 22 Juni 2007). 47 Minuman beralkohol yang disarikan dari Pohon Lontar (Palm) di Rote. 48 Wawancara mendalam dengan para Informan Kunci yakni Imanuel Ndoen, Manek Ndoen, Benyamin Kai, Sadrak Feoh, J. Soleman Hangge, Benyamin Messakh, B.A., dan Filiphus Tasi. Penentuan informan kunci menggunakan metode efek bola salju (snawball) sebagaimana dikemukakan oleh Moleong (2010). 49 Studi kepustakaan, dokumentasi dan kearsipan dilakukan pada sejumlah Perpustakaan dan Lembaga Pemerintah dalam ruang dan waktu yang berbeda pada era (2007-2014), yakni: Di Salatiga: Perpustakaan UKSW, Perpustakaan Yayasan Percik, Perpustakaan Yayasan Bina Darma. Di Yogyakarta: Perpustakaan UGM, Perpustakaan St. Ignasius. Di Jakarta: Perpustakaan LIPI, Perpustakaan Nasional RI, Badan Arsip Nasional RI. Di Makassar: Perpustakaan Yayasan BaKTI, Di Kupang: Perpustakaan Daerah NTT, Perpustakaan Resource Center-Bappeda NTT, Kantor Badan Arsip
  • 22. 22 internet dan observasi50 di Rote. Untuk analisis data digunakan metode analisis induktif dan triangulasi data.51 Daftar PustakaDaftar PustakaDaftar PustakaDaftar Pustaka Ardhana, I Ketut 2005 Penataan Nusa Tenggara Pasa Masa Kolonial 1915Penataan Nusa Tenggara Pasa Masa Kolonial 1915Penataan Nusa Tenggara Pasa Masa Kolonial 1915Penataan Nusa Tenggara Pasa Masa Kolonial 1915----1950195019501950. Jakarta: RajaGradindo Persada. Badan Pusat Statistik Kabupaten Rote Ndao 2013 Statistik Pendidikan Rote Ndao 2013Statistik Pendidikan Rote Ndao 2013Statistik Pendidikan Rote Ndao 2013Statistik Pendidikan Rote Ndao 2013. Rote Ndao: BPS Kabupaten Rote Ndao 2014 Penduduk Kabupaten Rote Ndao 2013 Hasil RegistrasiPenduduk Kabupaten Rote Ndao 2013 Hasil RegistrasiPenduduk Kabupaten Rote Ndao 2013 Hasil RegistrasiPenduduk Kabupaten Rote Ndao 2013 Hasil Registrasi. Rote Ndao: BPS Kabupaten Rote Ndao 2014 Rote Ndao Dalam Angka 2014Rote Ndao Dalam Angka 2014Rote Ndao Dalam Angka 2014Rote Ndao Dalam Angka 2014. Rote Ndao: BPS Kabupaten Rote Ndao Doko, I.H. 1974 Nusa Tenggara Timur Dalam Kancah Perjuangan Kemerdekaan IndonesiaNusa Tenggara Timur Dalam Kancah Perjuangan Kemerdekaan IndonesiaNusa Tenggara Timur Dalam Kancah Perjuangan Kemerdekaan IndonesiaNusa Tenggara Timur Dalam Kancah Perjuangan Kemerdekaan Indonesia. Bandung: Masa Baru FanggidaE, Heinrich Ridwan 2002 Oemau Leo Lilo. Tesis M.SiTesis M.SiTesis M.SiTesis M.Si. Salatiga: Program Studi Magister Sosiologi Agama-Program Pascasarjana UKSW (tidak dipublikasikan) Fox, James J. 1986 Bahasa, Sastra dan Sejarah. Kumpulan Karangan Mengenai Masyarakat Pulau RotiBahasa, Sastra dan Sejarah. Kumpulan Karangan Mengenai Masyarakat Pulau RotiBahasa, Sastra dan Sejarah. Kumpulan Karangan Mengenai Masyarakat Pulau RotiBahasa, Sastra dan Sejarah. Kumpulan Karangan Mengenai Masyarakat Pulau Roti.... Jakarta: Djambatan. 1996 Panen Lontar. Perubahan Ekologi Dalam Kehidupan Masyarakat Pulau Rote dan SawuPanen Lontar. Perubahan Ekologi Dalam Kehidupan Masyarakat Pulau Rote dan SawuPanen Lontar. Perubahan Ekologi Dalam Kehidupan Masyarakat Pulau Rote dan SawuPanen Lontar. Perubahan Ekologi Dalam Kehidupan Masyarakat Pulau Rote dan Sawu.... Jakarta: Pustaka Sinar Harapan 1997 The Poetic Power of Place.The Poetic Power of Place.The Poetic Power of Place.The Poetic Power of Place. Comparative Perspectives on Austronesian Ideas of LocalityComparative Perspectives on Austronesian Ideas of LocalityComparative Perspectives on Austronesian Ideas of LocalityComparative Perspectives on Austronesian Ideas of Locality. Canberra: Department of Anthropolgy, Research School of Pacific Studies, The Australian National University. http://press.anu.edu.au/titles/comparative-austronesian- series/the-poetic-power-of-place/ Geertz, Clifford 1969 Agricultural Involution: The Processes of Ecological Change in IndonesiaAgricultural Involution: The Processes of Ecological Change in IndonesiaAgricultural Involution: The Processes of Ecological Change in IndonesiaAgricultural Involution: The Processes of Ecological Change in Indonesia. California: University of California Press Kartodirdjo, Sartono Daerah NTT, Museum Daerah NTT. Selain pada Perpustakaan Pribadi milik Marthen L. Ndoen, S.E.,M.A.,Ph.D di Salatiga; dan Perpustakaan Pribadi milik Alm.Pdt. G. Tom Therik, M.Th.,Ph.D di Kupang. 50 Pengamatan lapangan yang dilakukan oleh penulis dapat digolongkan sebagai pengamatan/ observasi tertutup atau observasi tidak langsung (Moleong, 2010) di mana keberadaan penulis tidak diketahui oleh subjek/informan kecuali untuk kepentingan wawancara mendalam.. 51 Lihat: Strauss dan Corbin, 2003; Aditrjondro, 2006; Taylor dan Bogdan, 2004; Moleong, 2010.
  • 23. 23 1982 PemberontakanPemberontakanPemberontakanPemberontakan Petani Banten 1888Petani Banten 1888Petani Banten 1888Petani Banten 1888. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya Moleong, Lexy J. 2010 Metodologi Penelitian KualitatifMetodologi Penelitian KualitatifMetodologi Penelitian KualitatifMetodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Netti, A.G.H & Hans Itta 1997 Kupang Dari Masa Ke MasaKupang Dari Masa Ke MasaKupang Dari Masa Ke MasaKupang Dari Masa Ke Masa. Kupang: Pemerintah Daerah Kabupaten Kupang Scott, James C. 2000 Senjata OrangSenjata OrangSenjata OrangSenjata Orang----orang Yang Kalahorang Yang Kalahorang Yang Kalahorang Yang Kalah. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Soh, Andre Z & Maria N.D.K. Indrayana 2008 Rote Ndao Mutiara Dari Selatan. Falsafah dan Pandangan Hidup Suku Rote TentangRote Ndao Mutiara Dari Selatan. Falsafah dan Pandangan Hidup Suku Rote TentangRote Ndao Mutiara Dari Selatan. Falsafah dan Pandangan Hidup Suku Rote TentangRote Ndao Mutiara Dari Selatan. Falsafah dan Pandangan Hidup Suku Rote Tentang LLLLontarontarontarontar. Jakarta: Yayasan Kelopak Strauss, A & Juliet Corbin 2003 DasarDasarDasarDasar----dasar Penelitian Kualitatifdasar Penelitian Kualitatifdasar Penelitian Kualitatifdasar Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Therik, Wilson M.A 2007 Orang Laut di Tanjung Pasir Minum Madu Bercampur Racun. Tesis M.SiTesis M.SiTesis M.SiTesis M.Si.... Salatiga: Program Studi Magister Studi Pembangunan-Program Pascasarjana UKSW (Tidak Dipublikasikan) 2014 Relasi Negara dan Masyarakat di RoteRelasi Negara dan Masyarakat di RoteRelasi Negara dan Masyarakat di RoteRelasi Negara dan Masyarakat di Rote. Salatiga: Satya Wacana University Press World Vision International dan PSKTI UKSW 2008 Pemenuhan Gizi di Rote Ndao: Antara Harapan dan Kenyataan. LLLLaaaappppoooorrrraaaannnn PPPPeeeennnneeeelllliiiittttiiiiaaaannnn. Rote Ndao: Kerjasama antara World Vision International (WVI) Indonesia dengan Pusat Studi Kawasan Timur Indonesia (PSKTI) UKSW Salatiga. (Tidak Dipublikasikan). Laporan Resmi PemerintahLaporan Resmi PemerintahLaporan Resmi PemerintahLaporan Resmi Pemerintah 1960 Naskah Dinas Dewan Pemerintah Daerah Sementara (DPDS) Swapraja Rote Ndao. 1960 Laporan Tertulis Raja Delha, Abner Ndoen 1960 Laporan Tertulis Petugas Pajak DPDS Swapraja Rote Ndao, Z.M. Mbolik 1960 Laporan Pembantu Bupati Kupang Wilayah Rote Ndao Media CetakMedia CetakMedia CetakMedia Cetak Kompas 2007 J.J. Fox danJ.J. Fox danJ.J. Fox danJ.J. Fox dan Pendidikan di NTTPendidikan di NTTPendidikan di NTTPendidikan di NTT, 4 Juli 2006 2008 Tu’u Belis di Nusa LontarTu’u Belis di Nusa LontarTu’u Belis di Nusa LontarTu’u Belis di Nusa Lontar, 18 November 2008 2011 Bangun Tradisi Termanu di Selatan RIBangun Tradisi Termanu di Selatan RIBangun Tradisi Termanu di Selatan RIBangun Tradisi Termanu di Selatan RI, 9 Desember 2011
  • 24. 24 2011 Turis Asing Kuasai Tanah di Rote NdaoTuris Asing Kuasai Tanah di Rote NdaoTuris Asing Kuasai Tanah di Rote NdaoTuris Asing Kuasai Tanah di Rote Ndao, 15 Desember 2011 Media Indonesia 2011 Penjaga Istana Yang TersisaPenjaga Istana Yang TersisaPenjaga Istana Yang TersisaPenjaga Istana Yang Tersisa, 14 Desember 2011 2011 Memberitakan PNS Menang Tender, Wartawan Diancam DibunuhMemberitakan PNS Menang Tender, Wartawan Diancam DibunuhMemberitakan PNS Menang Tender, Wartawan Diancam DibunuhMemberitakan PNS Menang Tender, Wartawan Diancam Dibunuh, 16 Desember 2011 Pos Kupang 1998 Rote Barat Daya Menyimpan Misteri PembunuhanRote Barat Daya Menyimpan Misteri PembunuhanRote Barat Daya Menyimpan Misteri PembunuhanRote Barat Daya Menyimpan Misteri Pembunuhan, 20 Agustus 1998 2002 Rasa Aman di Rote Ndao Sekadar Mimpi,Rasa Aman di Rote Ndao Sekadar Mimpi,Rasa Aman di Rote Ndao Sekadar Mimpi,Rasa Aman di Rote Ndao Sekadar Mimpi, 20 Agustus 2002 2002 ThieThieThieThie----DengkaDengkaDengkaDengka Masih MencekamMasih MencekamMasih MencekamMasih Mencekam. 27 November 2002 2008 DPRD Rote Ndao Tidak Paham AturanDPRD Rote Ndao Tidak Paham AturanDPRD Rote Ndao Tidak Paham AturanDPRD Rote Ndao Tidak Paham Aturan, 26 November 2008 2008 Pecat Bupati dan Wakil Bupati Rote NdaoPecat Bupati dan Wakil Bupati Rote NdaoPecat Bupati dan Wakil Bupati Rote NdaoPecat Bupati dan Wakil Bupati Rote Ndao. 27 November 2008 2011 Forkom Budaya Rote Dikukuhkan.Forkom Budaya Rote Dikukuhkan.Forkom Budaya Rote Dikukuhkan.Forkom Budaya Rote Dikukuhkan. 7 Juni 2011 Timor Express 2009 Kantor Camat Rote Barat Laut DiKantor Camat Rote Barat Laut DiKantor Camat Rote Barat Laut DiKantor Camat Rote Barat Laut Dibakar Massa,bakar Massa,bakar Massa,bakar Massa, 20 Oktober 2009 2010 Oknum Marinir Pukul Romo. Danlantamal Minta MaafOknum Marinir Pukul Romo. Danlantamal Minta MaafOknum Marinir Pukul Romo. Danlantamal Minta MaafOknum Marinir Pukul Romo. Danlantamal Minta Maaf. 14 Mei 2010 UndangUndangUndangUndang----UndangUndangUndangUndang 2002 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Rote Ndao di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
  • 25. 25 Lampiran 1. Tabel Perkembangan Civil Society dan Dinamikanya di Rote Antara Tahun 1522-2011 NONONONO TAHUNTAHUNTAHUNTAHUN URAIANURAIANURAIANURAIAN ERAERAERAERA KETERANGANKETERANGANKETERANGANKETERANGAN 1 Februari 1522 Untuk pertama kalinya Pulau Rote ditulis dengan nama Rote (Sisa awak kapal Magelhan singgah di Pulau Rote). (Fox, 1996:25-27) Portugis 2 1575 Portugis berperang melawan Nusak Ndao Portugis Perlawanan 3 1576 Portugis berperang melawan Nusak Bilba Portugis Perlawanan 4 1621 Misi dominikan pertama di Pulau Rote dan Pulau Sabu Belanda Gerakan Misionaris 5 1653 Nusak Landu, Oepao, Ringgou & Bilba bersumpah setia kepada Ter Horst seorang pejabat kompeni di Kupang Belanda 6 1654 Ekspedisi Ter Horst ke Pulau Rote untuk memperkuat sekutu Belanda (Nusak Landu, Oepao, Ringgou & Bilba) Belanda 7 1656 Belanda mulai mencatat tentang keberadaan Nusak. Belanda 8 1656-1658 Dengka, Loleh, Baa & Bau Dale diduduki paksa oleh Belanda Belanda 9 3.10.1658 Dengka, Loleh, Baa & Bau Dale menyerang Nusak tetangga untuk membayar denda kepada kompeni Belanda Konflik 10 1660 Dengka Loleh, Baa, & Bau Dale kembali diserang oleh Belanda Belanda Konflik 11 19.10.1661 Loleh diserang oleh Belanda, 500 orang Lole mati Belanda Perlawanan 12 1662 Perjanjian Paravicini, Nusak Dengka, Termanu, Korbaffo, & Bilba diakui keberadaannya oleh Belanda Belanda 13 1676 Belanda menyerang Nusak Dengka dan Loleh Belanda Perlawanan 14 1679 Belanda pertama kali mengirimkan orang Rote untuk belajar bahasa Melayu Belanda Gerakan pendidikan 15 1690-1691 Pergolakan wilayah-wilayah tertentu untuk meminta pemerintahan sendiri Belanda Perlawanan 16 1753 Belanda berperang melawan Nusak Landu, Ringgou, Oepao, & Bilba. Belanda Perlawanan 17 1755 Sekolah pertama di Rote berdiri sendiri Belanda Gerakan Pendidikan 18 1756 Pengakuan eksistensi Nusak Diu & Bokai. Juga pertama kali dibuat sekolah dengan sistem Rote. Belanda Gerakan Pendidikan 19 1760 Nusak Landu, Ringgou, Oesapo, Baa, Lelain (Ossipokah), Thie, Loleh dan Oenale diakui oleh Belanda Belanda 20 1772 Lelenuk memisahkan diri dari Bokai & Belanda Pemekaran Nusak
  • 26. 26 NONONONO TAHUNTAHUNTAHUNTAHUN URAIANURAIANURAIANURAIAN ERAERAERAERA KETERANGANKETERANGANKETERANGANKETERANGAN Talae memisahkan diri dari Keka 21 1775 Sekolah pertama dalam bahasa Melayu didirikan di Pulau Rote & pertama di NTT Belanda Gerakan Pendidikan 22 Akhir Abad 18 Pengakuan terhadap Nusak Diu Belanda 23 1818-1819 Rakyat Hoi Ledo dibuang ke Babau (Kupang) karena ingin memisahkan diri dari Termanu Belanda Konflik 24 1874 Manek Thie, FoE Mbura, dibunuh di wilayah Nusak Termanu. Dikarenakan persaingan Nusak Termanu untuk memperoleh pengaruh terhadap Belanda. Raja Termanu kemudian diberhentikan dari jabatannya kemudian digantikan oleh adiknya. Belanda Konflik 25 1879 Pulau Rote dijadikan satu Onder Afdeling Belanda Otonomi Daerah 26 1908 Penetapan batas Thie dan Dengka di Danau Tua Belanda 27 1909 Penyatuan beberapa Nusak Belanda Otonomi Daerah 28 1911 Sengketa Thie & Dengka dengan persoalan Danau Tua kembali mencuat. Beberapa Manek di buang ke luar pulau Rote karena menentang kebijakan Belanda pada 1909 Belanda Konflik 29 1925 Pencabutan batas Nusak antara Nusak Thie dan Nusak Dengka oleh Manek Thie, ia dibuang ke Alor. Belanda Konflik 30 1928 Rote dibentuk menjadi sebuah zelfbestuur (otonomi) Belanda Otonomi Daerah 31 1932 Gejolak di Bo’a (Nusak Delha) menentang penagihan pajak oleh Belanda Belanda Perlawanan 32 1945 Sengketa antara Thie & Dengka dengan persoalan batas Nusak Orde Lama Konflik 33 1950 Pembentukan Dewan Pemerintah Daerah Sementara Swapraja Rote Ndao Orde Lama Otonomi Daerah 34 1956 Perang antara Busalangga (Dengka) & Oebatu (Thie) Orde Lama Konflik 35 1957 Perkara kompleks persawahan Fin Dale atara Manek Bokai dengan Manek Termanu Orde Lama Konflik 36 1957 Pemecatan Manek Baa (I.D. Panie) Orde Lama 37 14.5.1960 Kerusuhan di Bo’a dengan motif masyarakat Bo’a menolak membayar pajak Orde Lama Perlawanan 38 1960 Sengketa Nusak Thie & Dengka dengan persoalan batas Nusak Orde Lama Konflik 39 1962 Pemerintahan Nusak dibubarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia, beberapa Nusak digabung ke dalam sebuah Orde Lama Otonomi Daerah
  • 27. 27 NONONONO TAHUNTAHUNTAHUNTAHUN URAIANURAIANURAIANURAIAN ERAERAERAERA KETERANGANKETERANGANKETERANGANKETERANGAN kecamatan, bahkan ada yang hanya menjadi satu desa, seperti Desa Holoama aslinya adalah wilayah Nusak Lelain. 40 1974 Kasus pembutungan dua buah anggota klan Amalo karena memperebutkan tanah persawahan dengan klan SinlaEloe Orde Baru Konflik 41 1981 Kerusuhan Thie & Dengka dengan pemicu pencurian hewan Orde Baru Konflik 42 1985 Kerusuhan Thie & Dengka dengan pemicu pemukulan/ penganiayaan Orde Baru Kekerasan 43 1993 Kerusuhan Thie & Dengka dengan pemicu pencurian hewan Orde Baru Konflik 44 1996 Kerusuhan Thie & Dengka dengan pemicu pencurian hewan Orde Baru Konflik 45 1.2.1998 Anthoneta Lalai (50), warga Dusun Danggaoen, Desa Dolasik ditemukan tewas di rumahnya akibat dibunuh dengan benda tajam. Reformasi Kekerasan 46 2.2.1998 Daniel Pandie (65), warga RT 02 RW 1 Dusun Boheama, Desa Meowain. Daniel ditembak dengan senapan tumbuk saat sedang berdiri dalam rumahnya. Tiga peluru bersarang dan menembus tubuhnya dan ia tewas di tempat. Reformasi Kekerasan 47 15.2.1998 Jusuf Fora, guru agama SD Oebafok, Desa Oebafok ditemukan telah menjadi mayat di Danau Koli, Dusun Koli, Desa Busalangga. Reformasi Kekerasan 48 20.2.1998 Naomi Henukh (63), warga Dusun Meowain, Desa Meowain. Ia dibunuh saat sedang menuju ke Sumalain untuk membeli pupuk (sekitar 60 meter dari rumahnya). Korban tewas dengan tubuh terkoyak akibat dicincang pelaku. Leher korban putus, usus perut terburai keluar dan tangan serta jari putus ditebas dengan benda tajam. Reformasi Kekerasan 49 14.3.1998 Henderina Bai Boru (60), warga Dusun Oehandi Selatan, Desa Oehandi ditembak orang tak dikenal di dalam rumahnya sekitar pukul 19.10 Wita. Korban ditembak saat sedang menghitung uang. Reformasi Kekerasan 50 4.5.1998 Origenes Foeh (45) Warga Dusun II Desa Oebafo tewas dibunuh saat sedang duduk makan di rumahnya. Korban dibantai sampai lehernya putus. Otak dan usus perut terburai akibat ditebas parang. Reformasi Kekerasan 51 Agustus 1998 Julius Manafe, warga RT 10, Dusun Reformasi Kekerasan
  • 28. 28 NONONONO TAHUNTAHUNTAHUNTAHUN URAIANURAIANURAIANURAIAN ERAERAERAERA KETERANGANKETERANGANKETERANGANKETERANGAN Nasedana, Desa Oebau. Ia dibunuh di tempat penyadapan lontar di Tolandik sekitar 3 km dari rumah korban. Kemudian Welem Langgar (55) warga Dusun Denita Selatan, Desa Dolasi tewas dibunuh. Sakarias Tandu (70), warga Desa Meowain, juga tewas dibunuh di padang di Nggeluk, antara wilayah Rote Barat Daya dan Rote Barat Laut karena perang tanding antara warga Ti’i dan Dengka. 52 1999 Kerusuhan di Desa Kuli (Loleh) Vs Dusun Sencama Desa Oelasin (Kecamatan Rote Barat Daya) Reformasi Konflik 53 1999 26 September 1999 Pecah kerusuhan antara warga Desa Meoain (Thie) dan Desa Modosinal (Dengka). Hingga tangal 29 September 1999 terjadi perang antar ribuan warga Dengka Versus Thie Reformasi Konflik 54 2000 Kerusuhan warga Desa Sanggoen, Desa Mokdale, Desa Oelunggu dengan Desa Tuanatuk melawan Desa Oebatu Reformasi Konflik 55 2001 Kerusuhan antara Desa Oebatu dan Dusun Sonusah, antara Desa Oebatu dan Dusun Tekeme serta Desa Oebatu dengan Nusak Dengka Reformasi Konflik 56 19.7.2002 Kerusuhan di Desa Oeseli, Kecamatan Rote Barat Daya yang melibatkan Kepala Desa, Ketua BPD dan kelompok yang bertikai. Ibrahim Mooy dan M. Mooy warga Desa Oeseli meninggal dunia. Reformasi Konflik 57 25.7. 2002 Perkelahian antara warga Desa Lidor dan Ombook, dua desa di Kecamatan Rote Barat Laut berjumlah 200-an orang dan 1 orang meninggal terkena tembakan peluru aparat kepolisian yang datang membubarkan perkelahian. Reformasi Konflik 58 November 2002 Perang tanding antara warga Thie & Dengka di Busalangga Reformasi Konflik 59 2003 Perseteruan tingkat elit politik pada suksesi Pilkada untuk pertama kalinya bagi Kabupaten Rote Ndao secara terbentuk Tahun 2002. Reformasi Konflik elit politik 60 2003 Gerakan Revitalisasi Budaya Rote Ndao mulai digalakan oleh John B. Ndolu dan mendapat dukungan dari WVI ADP Rote Ndao Reformasi Gerakan revitalisasi budaya 61 2007 Sebagian besar anak-anak di Pulau Rote Reformasi Bencana
  • 29. 29 NONONONO TAHUNTAHUNTAHUNTAHUN URAIANURAIANURAIANURAIAN ERAERAERAERA KETERANGANKETERANGANKETERANGANKETERANGAN menderita Gizi Buruk dan Busung Lapar 62 Oktober 2008 Aksi demonstrasi pasca pelaksanaan Pilkada Rote Ndao yang dipimpin oleh J. Danny Zacharias, S.H.,M.A (Juru Bicara Aliansi Masyarakat Rote Ndao). Reformasi Perlawanan 63 18.10.2008 Pembakaran Kantor Camat Rote Barat Laut oleh massa yang tidak puas dengan hasil perhitungan suara Pilkada Rote Ndao di Kecamatan Rote Barat Laut. Reformasi Kekerasan 64 25.11.2008 Sejumlah anggota DPRD Rote Ndao meminta Bupati dan Wakil Bupati Rote Ndao (Christian Nehemia Dillak – Bernard E. Pelle) di pecat karena dianggap gagal memimpin Kabupaten Rote Ndao.Kemudian Bupati dan Wakil Bupati Rote Ndao mengatakan bahwa DPRD Rote Ndao Tidak Paham Aturan. Reformasi Konflik elit politik 65 11.5.2010 Pemukulan terhadap Romo Apolonarius Ladjar, Pr oleh Pratu M.F. anggota TNI AL dari Satuan Marinir di Nemberala. Reformasi Kekerasan 66 7.6.2011 Forum Komunikasi (Forkom) Tokoh Adat peduli budaya Rote Ndao dikukuhkan Bupati Rote Ndao dengan Ketua Jhon B. Ndolu (Maneleo dari Leo Kunak, Nusak Baa) Reformasi Gerakan peduli budaya 67 14.12.2011 Kekerasan terhadap Dance Henuk, Jurnalis Rote Ndao News, rumahnya dibakar oleh oknum tak dikenal dan sang putera yang baru berusia satu bulan meninggal dunia beberapa jam setelah kejadian. Reformasi Kekerasan 68 15.12.2011 Intimidasi dan ancaman akan dibunuh terhadap Endang Sidin Wartawati Erende Pos oleh Oknum Anggota Satpol PP Rote Ndao berinisial JT karena memberitakan PNS menang tender proyek. (JT kemudian membuat Hak Jawab bahwa yang diberitakan oleh Endang Sidin adalah tidak benar) Reformasi Kekerasan 69 15.12.2011 Aksi Protes Masyarakat Nemberala atas tanah di Nemberala yang dikuasai oleh Turis Asing Reformasi Perlawanan Sumber: Data olahan dari beberapa hasil wawancara; hasil observasi; Laporan Kejadian Khusus Pembantu Bupati Kupang Wilayah Rote Ndao bulan September 1999; (Fox, 1996); Messakh (2006); Laporan Penelitian WVI dan PSKTI UKSW (2008); Soh (2008), Pos Kupang (1998, 2002, 2008), Timor Express (2010), Kompas (2006, 2011), Media Indonesia (2011).