SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  7
Télécharger pour lire hors ligne
Mudji Rahayu : Penyakit Embun Tepung Microsphaera Diffusa Pada Stadia Generatif Dua Varietas Kedela




                       PENYAKIT EMBUN TEPUNG Microsphaera diffusa
                     PADA STADIA GENERATIF DUA VARIETAS KEDELAI




                                                       Mudji Rahayu
                       Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Malang
                                                email : blitkabi@telkom.net


                                                           ABSTRAK

       Penelitian dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan dan pengaruh penyakit embun tepung
       Microsphaera diffusa pada produksi kedelai. Penyakit embun tepung adalah penyakit baru pada
       kedelai di Jawa Timur. Penelitian dilakukan pada musim kemarau 2009 di Kebun Percobaan (KP)
       Muneng – Probolinggo (milik Balitkabi Malang). Metode penelitian adalah survai, pada pertanaman
       kedelai produksi benih sumber (BS) yang terdiri dua varietas yaitu Mahameru dan Anjasmoro.
       Parameter pengamatan meliputi intensitas serangan penyakit, komponen hasil dan hasil biji kedelai.
       Hasil penelitian menunjukkan bahwa embun tepung mencapai luas serangan hampir 75% luas areal
       tanam kedelai Anjasmoro dan Mahameru. Intensitas penyakit pada Anjasmoro mencapai 60% dan 50%
       pada Mahameru. Tingginya intensitas penyakit tersebut menurunkan kualitas dan kuantitas hasil biji
       yaitu menyebabkan biji keriput mencapai 87% pada Anjasmoro dan 32% pada Mahameru, dan
       menurunkan bobot 100 biji. Penyakit embun tepung menyebabkan kehilangan hasil biji sebesar 12%
       pada Anjasmoro, dan 17% pada Mahameru (berbasis bobot 100 biji), serta menurunkan daya
       kecambah benih. Dari hasil penelitian ini terdapat indikasi bahwa Anjasmoro relatif lebih rentan
       daripada Mahameru.

       Kata kunci : Kedelai, stadia generatif, Microsphaera diffusa, kehilangan hasil



                                                          ABSTRACT

       The aim of the research was to study the development                  of powdery mildew disease caused by
       Microsphaera diffusa and soybean yield reduction causing the disease. Research was done on dry
       season 2010 at the experimental station Muneng-Probolinggo of the Indonesian Legumes and Tuber
       Crops Research Institute (ILETRI) Malang-East Java. Survey was conducted on diseased soybeans
       was taken from the breeder seed (BS) material including two varieties i.e. Anjasmoro and
       Mahameru. The disease intensity and soybean yield were recorded from five samples randomly.The
       result indicated that the disease infected up to 75% of soybeans population. Disease intensity of
       Anjasmoro was very high 60% on the other variety causing 50 % disease intensity. The high disease
       intensity causing the low both quality and quantity of yields i.e causing shrinking seeds (87% for
       Anjasmoro and 32% for Mahameru), and reducing 100 seeds weight. Powdery mildew was reduced
       soybean yield 12% for Anjasmoro and 17% for Mahameru (base on 100 seeds weight)., also reduced
       the seeds emergence. By the research we concluded that Anjasmoro suspected more susceptible
       than Mahameru.

       Key words : Soybean, generative stage, powdery mildew, Microsphaera diffusa.




                                                                1
Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.2.,2011



                                                           PENDAHULUAN
         Kedelai (Glycines max L. Merr.) di Indonesia adalah komoditas kacang-kacangan unggulan, yang
rentan terhadap organisme pengganggu tumbuhan (OPT) meliputi hama dan penyakit. Beberapa penyakit
merugikan pada kedelai terutama disebabkan jamur patogen antara lain adalah karat Phakopsora
pachyrhizi, antraknose Colletorichum dematium var truncatum, bercak daun dan bercak ungu pada biji
disebabkan Cercospora kikuchii, penyakit pustul disebabkan bakteri Xanthomonas axonopodis, penyakit
bacterial blight disebabkan Xanthomonas axonopodis pv. glycines,           downy mildew Peronospora
manshurica, powdery mildew Microsphaera diffusa, serta penyakit karena jamur-jamur tular tanah dan
tular benih yaitu Rhizoctonia solani, Sclerotium rolfsii, Pythium spp (Sweets dan Wrather 2000;
Semangun 2008).
         Diantara kompleks penyakit kedelai tersebut, salah satu penyakit yang baru pertama kali
ditemukan menyerang tanaman di KP (kebun percobaan) Muneng-Probolinggo adalah penyakit embun
tepung (powdery mildew), dan hanya menyerang dua varietas kedelai yaitu Anjasmoro dan Mahameru.
Sebelumnya penyakit embun tepung belum pernah diteliti di Indonesia, sehingga belum diketahui
pengaruhnya terhadap kerugian hasil kedelai.
         Penyakit embun tepung pada kedelai disebabkan Microsphaera diffusa Cooke and Peck, adalah
penyakit merugikan dan dapat ditemukan di negara-negara produsen kedelai (McLaughlin et al., 1976).
Infeksi M. diffusa menyebabkan penurunan produksi kedelai 10 – 30%, terutama pada varietas rentan
yang terinfeksi sejak awal pertumbuhan (Dunleavy 1978 dan Hartman et al. 1999). Jamur embun tepung
adalah parasit obligat dan mampu hidup pada beragam jenis tanaman. Patogen mampu bertahan dari satu
musim ke musim berikutnya dengan membentuk badan buah berbentuk bulat dan berwarna hitam yang
disebut kleistotesia, yang dapat dijumpai pada sisa-sisa jaringan tanaman terinfeksi di lapangan. Di
dalam kleistotesia diproduksi spora seksual yang disebut askuspora dan mudah tersebar oleh angin.
Spora seksual tersebut biasanya terbentuk selama musim semi. Askuspora berperan sebagai sumber
inokulum primer penyakit. Sumber inokulum sekunder dihasilkan dari stuktur pembiakan berbeda yaitu
spora aseksual yang disebut konidia dan terbentuk pada daun dan bagian lain tanaman. Dengan
perantaraan angin konidia dapat menyebar ke areal yang jauh. Pengendalian penyakit melalui penanaman
varietas resisten menguntungkan di areal produksi kedelai yang endemik embun tepung        (Dunleavy
1977).
         Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perkembangan dan pengaruh penyakit pada produksi
kedelai.

                                                    BAHAN DAN METODE
        Penelitian dilakukan KP Muneng – Probolinggo Jawa Timur, pada musim kemarau 2009 (Mei -
Juli). Metode penelitian adalah metode survei pada tanaman perbanyakan benih BS (benih sumber atau
benih penjenis), terdiri dua jenis varietas unggul yaitu Anjasmoro (ditanam 10 Maret 2009) dan
Mahameru (ditanam 19 Maret 2009). Pertanaman berada di lahan sawah irigasi teknis, masing-masing
varietas ditanam pada petak berukuran 25m x 25m.
        Patogen diidentifikasi secara mikroskopis untuk mengetahui morfologi konidianya (spora
vegetatif). Pengamatan penyakit di lapangan dilakukan tiga kali dengan interval seminggu, pada stadia
generatif yaitu pembentukan polong hingga pemasakan polong. Tanaman sampel ditentukan secara acak
pada diagonal petak, dengan jumlah sampel 5 tanaman/petak/varietas. Setiap daun tanaman sampel
diberi skor yang dibedakan dalam 5 kategori (skor 0 hingga skor 4). Skor 0 berarti daun sehat tanpa
bercak putih (koloni embun tepung); skor 1 = embun tepung meliputi 5-10% luasan daun; skor 2 = embun
tepung 11-25%; skor 3 = embun tepung 26-50%; skor 4 = embun tepung meliputi >50% disertai gejala
defoliasi. Selanjutnya nilai skor tersebut digunakan untuk menghitung persentase intensitas penyakit
(IP) berdasarkan rumus berikut ini :

                                                                2
Mudji Rahayu : Penyakit Embun Tepung Microsphaera Diffusa Pada Stadia Generatif Dua Varietas Kedela




                           Jumlah (n x v)
            IP       =     ----------------              x 100 %
                                NV
           dimana :
            n   =        jumlah daun pada masing-masing kategori skor
            v   =        jumlah tanaman dalam setiap kategori serangan
            v   =        nilai skala tiap kategori serangan
            V   =        nilai skala dari kategori serangan tertinggi
            N   =        jumlah tanaman contoh yang diamati

        Pengamatan hasil panen meliputi : bobot biji kering dari 5 tanaman sampel, bobot 100 biji, rasio
biji normal/abnormal, viabilitas biji dari tanaman sakit dan tanaman sehat (tanpa gejala embun tepung)
diamati menggunakan metode uji perkecambahan di atas kertas dalam cawan. Kehilangan hasil diprediksi
berdasar penurunan bobot biji kedelai berbasis bobot 100 biji, dengan cara membandingkan bobot
potensial setiap varietas dengan bobot aktual yang dicapai oleh tanaman terserang M. diffusa di
lapangan.

                                              HASIL DAN PEMBAHASAN
        Gejala penyakit embun tepung pada kedelai mulai nampak pada pertengahan Mei 2009, dan
infeksi jamur terjadi secara alami. Penyakit hanya ditemukan pada varietas Anjasmoro dan Mahameru,
sedang pada galur-galur kedelai lainnya yang ada di sekeliling petak percobaan tidak terdeteksi adanya
penyakit tersebut. Tanda khas penyakit embun tepung adalah permukaan atas daun terdapat bercak-
bercak putih mirip terpapar kapur. Bercak putih tersebut adalah koloni patogen M. diffusa yang
membentuk lapisan tipis terdiri dari miselia dan konidia berwarna putih. Bentuk koloni bulat dengan
diameter 5 – 20 mm, dan pada tingkat serangan lanjut antar koloni saling bergabung sehingga
membentuk koloni yang lebih lebar dan dapat menutup seluruh permukaan daun kedelai (Gambar 1A dan
1B). Gejala awal serangan M. diffusa tidak merubah warna daun atau daun tetap berwarna hijau.
Patogen juga tumbuh di bawah permukaan daun namun lebih berlimpah di atas pemukaan daun. Hasil
pengamatan mikroskopis menunjukkan bahwa M. diffusa isolat Muneng memiliki karakter konidia
berbentuk bulat telur dan selnya transparan atau bening (Gambar 1D). Penyakit yang berkembang
semakin parah menyebabkan daun menjadi kekuningan (klorosis), kemudian mengering atau nekrosis dan
gugur lebih awal. Jamur tidak hanya menyerang daun tetapi juga menyerang tangkai, batang dan polong
sehingga tajuk tanaman kedelai nampak berdebu putih (Gambar 1C).




          A                                                                                           B




                                                                3
Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.2.,2011




                C                                                                      D




          Gambar 1. Gejala serangan penyakit embun tepung M. diffusa pada kedelai varietas
                    Anjosmoro dan Mahameru (Gambar A, B,C) dan morfologi konidia M. diffusa
                    isolat Muneng-Probolinggo (perbesaran 400x).

         Kondisi cuaca di lahan percobaan pada saat penelitian berlangsung relatif tidak stabil yaitu
kemarau relatif tidak normal karena masih hujan. Di KP Muneng rata-rata Jumlah hujan (data 10
tahun) di KP Muneng pada periode April - Juni adalah 108 – 47 mm, dengan jumlah hari hujan 3 – 9 hari.
Sementara itu pada saat terjadi serangan jamur embun tepung (periode Mei – Juni 2009) jumlah hujan
tertinggi 132 mm dan terendah 41 mm, dengan jumlah hari hujan terendah 3 hari dan tertinggi 9 hari.
KP Muneng yang berada di Kabupaten Probolinggo adalah daerah dekat pantai dengan tinggi tempat 10 m
dpl. Kondisi kemarau disertai hujan tersebut ternyata kondusif bagi perkembangan jamur embun
tepung, yang diduga inokulumnya telah tersedia di lapangan. Sementara itu kedelai Anjasmoro dan
Mahameru sensitive terhadap jamur embun tepung, sehingga patogen tersebut menjadi organisme
pengganggu yang tidak lazim (unusual). Grau (2006) menyatakan bahwa suhu dingin dengan kelembaban
udara relatif rendah, dapat memicu perkembangan penyakit embun tepung pada kedelai. Hal yang sama
dinyatakan Phillips (1984) bahwa kondisi cuaca mempengaruhi keparahan penyakit embun tepung, dimana
kelembaban tinggi, suhu udara rendah, dan curah hujan dengan intensitas sedang (moderat) ternyata
sangat sesuai untuk perkembangan penyakit.
         Sumber penularan embun tepung di KP Muneng diduga berasal dari beberapa jenis gulma dan
dari tanaman kacang hijau. Sweets dan Wrather ( 2000) menyatakan bahwa species M. diffusa dapat
menginfeksi beberapa jenis kacang-kacangan seperti buncis, ercis, kacang tunggak, dan kacang hijau.
Secara makroskopis dan mikroskopis, jamur embun tepung yang menyerang kedelai berbeda dengan
jamur embun tepung Erysiphe polygoni yang menyerang kacang hijau. Dari referensi yang ditulis
Johnston (1961) dan Semangun (2008) tidak dilaporkan keberadaan jamur embun tepung pada tanaman
kedelai di Indonesia.
         Intensitas penyakit pada awal pengamatan (P-1) berkisar 25 - 30% pada kedua varietas yang
diteliti (Gambar 2). Pada pengamatan terakhir (selang 3 minggu) intensitasnya meningkat hingga 50%
pada Mahameru, dan pada Anjasmoro intensitasnya lebih tinggi mencapai 60% (P-3). Diantara kedua
varietas tersebut nampak bahwa Anjasmoro terserang embun tepung lebih parah daripada Mahameru,
sehingga dapat dinyatakan bahwa kedua varietas tersebut rentan terhadap penyakit embun tepung.




                                                           4
Mudji Rahayu : Penyakit Embun Tepung Microsphaera Diffusa Pada Stadia Generatif Dua Varietas Kedela




                                                                70.0
                                                                60.0




                                             bun
                                                            )
                                                                50.0




                                                   tepung (%
                                Intensitas em
                                                                40.0
                                                                                                              P-1
                                                                30.0
                                                                                                              P-2
                                                                20.0
                                                                                                              P-3
                                                                10.0
                                                                 0.0
                                                                         Anjasmoro           Mahameru

                                                                             Varietas kedelai



                             Gambar                             2.     Intensitas        penyakit
                                                                                              embun tepung
                                                                       Microsphaera diffusa pada kedelai di KP
                                                                       Muneng-Probolinggo, MK 2009.

        Hasil biji kedelai dari tanaman terserang embun tepung ditampilkan dalam Tabel 1. Secara
kualitas dan kuantitas hasil biji kedua varietas tergolong rendah. Hasil biji kering dari pada varietas
Anjasmoro rata-rata lebih tinggi dari Mahameru (48 gram dan 41,2 gram per lima tanaman). Bobot 100
biji pada Anjasmoro relatif lebih tinggi mencapai 14,0 gram, sedangkan Mahameru 13,6 gram. Rata-rata
bobot 100 biji tersebut ternyata di bawah kisaran rata-rata potensi varietas dengan teknis budidaya
optimal (angka dicetak miring dalam Tabel 1). Dari tanaman sakit didapatkan sejumlah biji abnormal
yaitu tidak bernas atau keriput. Rasio biji normal dan biji keriput dari 100 butir biji pada Anjasmoro
adalah 13:87, sedang pada Mahameru 68:32.

           Tabel 1. Bobot biji kering, bobot 100 biji, dan rasio biji normal/keriput pada kedelai
                    terserang embun tepung M. diffusa. KP Muneng – Probolinggo, MK 2009

                    Parameter pengamatan                                                   Anjasmoro            Mahameru
            1. Bobot biji (g/5 tanaman)                                                      48,0                  41,2
            2. Bobot 100 biji (gram)                                                         14,01                13,60
            3. Rasio biji (normal : keriput)                                                13 : 87              68 : 32

        Pada uji daya kecambah biji kedelai hasil panen dari tanaman terinfeksi M. diffusa, didapatkan
indikasi turunnya viabilitas benih kedelai yang ditunjukkan dengan rendahnya persentase daya
kecambah (berkisar 48-51%), sedangkan biji dari tanaman sehat tanpa serangan embun tepung daya
kecambahnya lebih tinggi mencapai 84-86%. Kehilangan hasil biji kedelai yang dipanen dari tanaman
terserang embun tepung mencapai 12% pada Anjasmoro dan 17% pada Mahameru, berdasarkan
perhitungan berbasis bobot 100 biji secara potensial dan secara aktual dari tanaman terinfeksi (Tabel
2).

         Tabel 2. Kehilangan hasil dan daya kecambah biji kedelai akibat serangan M. diffusa

      Varietas               Bobot biji (g/100 biji)                                  Kehilangan         Daya kecambah biji (%)
                              Potensial     Aktual                                   hasil biji (%)     Tan. sakit Cek tan. sehat
      1. Anjasmoro            14,8 -15,3     14,01                                         12              50              84
      2. Mahameru             16,5 -17,0     13,60                                         17              51              86


                                                                                     5
Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.2.,2011



         Rendahnya hasil biji, bobot 100 biji, dan daya tumbuh biji adalah akibat dari infeksi jamur
embun tepung yang telah mengganggu proses fotosintesis. Proses fotosistesis abnormal menyebabkan
pembentukan biji tidak optimal sehingga berdampak menurunkan komponen produksi kedelai.           Hal
demikian dinyatakan oleh Mignucci dan Boyer (1979), bahwa infeksi M. diffusa pada kedelai dapat
menghambat proses fotosistesis dan transpirasi. Berikutnya dinyatakan Phillips (1984) bahwa penyakit
embun tepung secara substansial memang mampu menurunkan produksi kedelai. Anjasmoro dan
Mahameru adalah varietas kedelai yang secara genetis masih berkerabat. Di dalam deskripsi aneka
varietas kacang-kacangan dan umbi-umbian yang disusun oleh Suhartina (2005) disebutkan bahwa
Anjasmoro dan Mahameru sama-sama berasal dari seleksi massa dari populasi galur murni varietas
Mansuria, suatu varietas introduksi. Anjasmoro berasal dari nomor galur Mansuria 395-49-4,
sementara itu Mahameru dengan nomor galur Mansuria 204-19-1. Kekerabatan yang erat itulah yang
diduga menjadi penyebab kedua varietas tersebut terserang embun tepung dengan intensitas penyakit
sama-sama tinggi (50 – 60%).
         Dari hasil penelitian ini didapatkan informasi bahwa serangan jamur embun tepung pada stadia
generatif tanaman kedelai berpengaruh menurunkan hasil biji, menurunkan bobot 100 biji, menurunkan
kualitas fisik biji yaitu menyebabkan biji keriput, serta menurunkan daya tumbuh kedelai. Jumlah biji
keriput dan intensitas penyakit yang lebih tinggi pada Anjasmoro, mengindikasikan bahwa Anjasmoro
relatif lebih rentan daripada Mahameru.

                                                KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan yang didapatkan pada penelitian ini adalah :
1. Penyakit embun tepung M. diffusa pada varietas Anjasmoro dan Mahameru, yang masih sekerabat
    secara genetik, mencapai intensitas penyakit termasuk kategori tinggi (masing-masing 60% dan
    50%).
2. M. diffusa menurunkan kualitas dan kuantitas hasil biji kedelai yaitu menyebabkan biji keriput (87%
    pada Anjasmoro dan 32% pada Mahameru), menurunkan bobot 100 biji, dan menyebabkan
    kehilangan hasil biji sebesar 12% pada Anjasmoro dan 17% pada Mahameru (berbasis bobot 100
    biji), serta menurunkan daya kecambah benih.
3. Anjasmoro dengan intensitas serangan embun tepung 60% dan persentase biji keriput mencapai
    87% Anjasmoro dinyatakan relatif lebih rentan daripada Mahameru.
Saran :
         Perlu penelitian pengendalian penyakit untuk mendapatkan teknologi pengendalian yang efektif.

                                                  UCAPAN TERIMA KASIH
        Penulis mengucapkan terima kasih kepada staf teknisi KP Muneng-Probolinggo yaitu Bpk.
Daryanto, dan juga disampaikan terima kasih untuk Dr. Suharsono atas semua koreksi dan saran dalam
penulisan makalah ini.

                                                      DAFTAR PUSTAKA
Dunleavy, J.M. 1977. Comparison of the disease response of soybean cultivars to Microsphaera diffusa
       in the greenhouse and the field. Plant Dis. Rep. 61:32-34.
Dunleavy, J.M. 1978. Soybean seed yield losses caused by powdery mildew. Crop Science 18:337-339.
Hartman, G.L., J.B. Sinclair, and J.C. Rupe. 1999. Compendium of Soybean Diseases. Fourth Edition.
      American Phytopathological Press. 100 p.
Johnston, A. 1961. A Preliminary Plant Disease Survey in Netherlands New Guinea. Bull. Dept. Econ.
       Affairs, Agric. Series 4, 55 p.
                                                            6
Mudji Rahayu : Penyakit Embun Tepung Microsphaera Diffusa Pada Stadia Generatif Dua Varietas Kedela




Mignucci, J.S. and J.S Boyer. 1979. Inhibition of photosynthesis and transpiration in soybean infected
       by Microsphaera diffusa. Phytopathology 69:227-230.
Phillips. D.V. 1984. Stability of Microsphaera diffusa and the effect of powdery mildew               on yield of
         soybean. Plant Disease 68:953-956.
Semangun, H. 2008. Penyakit-penyakit Tanaman Pangan di Indonesia (Edisi kedua). Gadjah Mada
      University Press. 475 h.
Suhartina. 2005. Deskripsi varietas kedelai unggul kacang kacangan dan umbi-umbian. Balai Penelitian
       Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. (Balitkabi) Malang. 154 hlm.
Sweets. L.E. and A. Wrather. 2000. Soybean diseases. Integrated pest management manuals. Plant
       protection programs of the University of Missouri. Columbia. 26pp.




                                                                7

Contenu connexe

Tendances

Penyakit Utama Tanaman Jagung
Penyakit Utama Tanaman JagungPenyakit Utama Tanaman Jagung
Penyakit Utama Tanaman JagungMuliadin Forester
 
Penyakit pasca panen pisang
Penyakit pasca panen pisangPenyakit pasca panen pisang
Penyakit pasca panen pisangsepha20
 
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMANLAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMANdyahpuspita73
 
112-181-2-PB.Pdf
112-181-2-PB.Pdf112-181-2-PB.Pdf
112-181-2-PB.Pdffebjoki
 
Makalah_69 laporan kel 5 hama dan penyakit tanaman wortel
Makalah_69 laporan kel  5 hama dan penyakit tanaman wortelMakalah_69 laporan kel  5 hama dan penyakit tanaman wortel
Makalah_69 laporan kel 5 hama dan penyakit tanaman wortelBondan the Planter of Palm Oil
 
Hama nilam dan strategi pengendaliannya(1)
Hama nilam dan strategi pengendaliannya(1)Hama nilam dan strategi pengendaliannya(1)
Hama nilam dan strategi pengendaliannya(1)Andrew Hutabarat
 
8 yusmani - efikasi cendawan entomopatogens
8 yusmani - efikasi cendawan entomopatogens8 yusmani - efikasi cendawan entomopatogens
8 yusmani - efikasi cendawan entomopatogensxie_yeuw_jack
 
29. isolasi-dan-identifikasi-mikroba-t.-kuswinanti
29. isolasi-dan-identifikasi-mikroba-t.-kuswinanti29. isolasi-dan-identifikasi-mikroba-t.-kuswinanti
29. isolasi-dan-identifikasi-mikroba-t.-kuswinantiSri Nopitasari
 
Interaksi hama dan tanaman
Interaksi hama dan tanamanInteraksi hama dan tanaman
Interaksi hama dan tanamanTidar University
 
5 ramlan-pengendalian karat kedelai
5 ramlan-pengendalian karat kedelai5 ramlan-pengendalian karat kedelai
5 ramlan-pengendalian karat kedelaixie_yeuw_jack
 
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelaiMarta Adinata
 
Jurnal untuk presentase mikrobiologi
Jurnal untuk presentase mikrobiologiJurnal untuk presentase mikrobiologi
Jurnal untuk presentase mikrobiologiStkip Labuhanbatu
 
Laporan pengenalan penyakit
Laporan pengenalan penyakitLaporan pengenalan penyakit
Laporan pengenalan penyakitTidar University
 
Laporan praktikum bakteriologi pertanian
Laporan praktikum bakteriologi pertanianLaporan praktikum bakteriologi pertanian
Laporan praktikum bakteriologi pertanianfahmiganteng
 

Tendances (19)

Penyakit Utama Tanaman Jagung
Penyakit Utama Tanaman JagungPenyakit Utama Tanaman Jagung
Penyakit Utama Tanaman Jagung
 
Penyakit pasca panen pisang
Penyakit pasca panen pisangPenyakit pasca panen pisang
Penyakit pasca panen pisang
 
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMANLAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
 
Makalah_68 praktikum 10 opt tanaman perkebunan
Makalah_68 praktikum 10 opt tanaman perkebunanMakalah_68 praktikum 10 opt tanaman perkebunan
Makalah_68 praktikum 10 opt tanaman perkebunan
 
112-181-2-PB.Pdf
112-181-2-PB.Pdf112-181-2-PB.Pdf
112-181-2-PB.Pdf
 
Makalah_69 laporan kel 5 hama dan penyakit tanaman wortel
Makalah_69 laporan kel  5 hama dan penyakit tanaman wortelMakalah_69 laporan kel  5 hama dan penyakit tanaman wortel
Makalah_69 laporan kel 5 hama dan penyakit tanaman wortel
 
Hama nilam dan strategi pengendaliannya(1)
Hama nilam dan strategi pengendaliannya(1)Hama nilam dan strategi pengendaliannya(1)
Hama nilam dan strategi pengendaliannya(1)
 
8 yusmani - efikasi cendawan entomopatogens
8 yusmani - efikasi cendawan entomopatogens8 yusmani - efikasi cendawan entomopatogens
8 yusmani - efikasi cendawan entomopatogens
 
Jenis dan Ciri-Ciri Jamur
Jenis dan Ciri-Ciri JamurJenis dan Ciri-Ciri Jamur
Jenis dan Ciri-Ciri Jamur
 
29. isolasi-dan-identifikasi-mikroba-t.-kuswinanti
29. isolasi-dan-identifikasi-mikroba-t.-kuswinanti29. isolasi-dan-identifikasi-mikroba-t.-kuswinanti
29. isolasi-dan-identifikasi-mikroba-t.-kuswinanti
 
Interaksi hama dan tanaman
Interaksi hama dan tanamanInteraksi hama dan tanaman
Interaksi hama dan tanaman
 
5 ramlan-pengendalian karat kedelai
5 ramlan-pengendalian karat kedelai5 ramlan-pengendalian karat kedelai
5 ramlan-pengendalian karat kedelai
 
Biologi Hama Nezara viridula
Biologi Hama Nezara viridulaBiologi Hama Nezara viridula
Biologi Hama Nezara viridula
 
bakteri filosfer
bakteri filosferbakteri filosfer
bakteri filosfer
 
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
 
Buku jarak 16okt (1)
Buku jarak 16okt (1)Buku jarak 16okt (1)
Buku jarak 16okt (1)
 
Jurnal untuk presentase mikrobiologi
Jurnal untuk presentase mikrobiologiJurnal untuk presentase mikrobiologi
Jurnal untuk presentase mikrobiologi
 
Laporan pengenalan penyakit
Laporan pengenalan penyakitLaporan pengenalan penyakit
Laporan pengenalan penyakit
 
Laporan praktikum bakteriologi pertanian
Laporan praktikum bakteriologi pertanianLaporan praktikum bakteriologi pertanian
Laporan praktikum bakteriologi pertanian
 

Similaire à SUARA PERTAHANAN TANAMAN

3. agrovigor-sept-2010-vol-3-no-2-efisiensi-penularan-virus-mozaik-tri-asmira-
3. agrovigor-sept-2010-vol-3-no-2-efisiensi-penularan-virus-mozaik-tri-asmira-3. agrovigor-sept-2010-vol-3-no-2-efisiensi-penularan-virus-mozaik-tri-asmira-
3. agrovigor-sept-2010-vol-3-no-2-efisiensi-penularan-virus-mozaik-tri-asmira-Roy Ibrahim
 
Pengendalian Hama Penyakit Padi Secara Organik.pptx
Pengendalian Hama Penyakit Padi Secara Organik.pptxPengendalian Hama Penyakit Padi Secara Organik.pptx
Pengendalian Hama Penyakit Padi Secara Organik.pptxkaekae27
 
PENGENALAN GEJALA KERUSAKAN TANAMAN dede
PENGENALAN GEJALA KERUSAKAN TANAMAN dedePENGENALAN GEJALA KERUSAKAN TANAMAN dede
PENGENALAN GEJALA KERUSAKAN TANAMAN dedediana novitasari
 
Jurnal DDPT Hemiptera
Jurnal DDPT HemipteraJurnal DDPT Hemiptera
Jurnal DDPT HemipteraSurya Agus
 
Ilmu hama tumbuhan
Ilmu hama tumbuhanIlmu hama tumbuhan
Ilmu hama tumbuhanAbdul Wahid
 
6 andi m amir - tungau kuning teh
6 andi m amir - tungau kuning teh6 andi m amir - tungau kuning teh
6 andi m amir - tungau kuning tehxie_yeuw_jack
 
Pepper yellow leaf curl virus (pylcv)
Pepper yellow leaf curl virus (pylcv)Pepper yellow leaf curl virus (pylcv)
Pepper yellow leaf curl virus (pylcv)muhammad geraldine
 
SELEKSI IN VITRO KLON-KLON KENTANG BASIL PERSILANGAN CV. ATLANTIK DAN GRANOLA...
SELEKSI IN VITRO KLON-KLON KENTANG BASIL PERSILANGAN CV. ATLANTIK DAN GRANOLA...SELEKSI IN VITRO KLON-KLON KENTANG BASIL PERSILANGAN CV. ATLANTIK DAN GRANOLA...
SELEKSI IN VITRO KLON-KLON KENTANG BASIL PERSILANGAN CV. ATLANTIK DAN GRANOLA...Repository Ipb
 
identifikasi gejala serangan hama dan patogen pada tanaman padi dan cabai
identifikasi gejala serangan hama dan patogen pada tanaman padi dan cabaiidentifikasi gejala serangan hama dan patogen pada tanaman padi dan cabai
identifikasi gejala serangan hama dan patogen pada tanaman padi dan cabaiDian Lestari
 
5 hardiningsih-embun tepung
5 hardiningsih-embun tepung5 hardiningsih-embun tepung
5 hardiningsih-embun tepungxie_yeuw_jack
 
Budidaya tanaman gandum
Budidaya tanaman gandumBudidaya tanaman gandum
Budidaya tanaman gandumFitriHastuti2
 
137870072 identifikasi-opt
137870072 identifikasi-opt137870072 identifikasi-opt
137870072 identifikasi-optKabayan Baduy
 
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelaiAndrew Hutabarat
 
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelaiAndrew Hutabarat
 
Hama dan penyakit jagung(1)
Hama dan penyakit jagung(1)Hama dan penyakit jagung(1)
Hama dan penyakit jagung(1)Andrew Hutabarat
 

Similaire à SUARA PERTAHANAN TANAMAN (20)

3. agrovigor-sept-2010-vol-3-no-2-efisiensi-penularan-virus-mozaik-tri-asmira-
3. agrovigor-sept-2010-vol-3-no-2-efisiensi-penularan-virus-mozaik-tri-asmira-3. agrovigor-sept-2010-vol-3-no-2-efisiensi-penularan-virus-mozaik-tri-asmira-
3. agrovigor-sept-2010-vol-3-no-2-efisiensi-penularan-virus-mozaik-tri-asmira-
 
Kuliah Perlintan.pdf
Kuliah Perlintan.pdfKuliah Perlintan.pdf
Kuliah Perlintan.pdf
 
Pengendalian Hama Penyakit Padi Secara Organik.pptx
Pengendalian Hama Penyakit Padi Secara Organik.pptxPengendalian Hama Penyakit Padi Secara Organik.pptx
Pengendalian Hama Penyakit Padi Secara Organik.pptx
 
PENGENALAN GEJALA KERUSAKAN TANAMAN dede
PENGENALAN GEJALA KERUSAKAN TANAMAN dedePENGENALAN GEJALA KERUSAKAN TANAMAN dede
PENGENALAN GEJALA KERUSAKAN TANAMAN dede
 
Jurnal DDPT Hemiptera
Jurnal DDPT HemipteraJurnal DDPT Hemiptera
Jurnal DDPT Hemiptera
 
Ilmu hama tumbuhan
Ilmu hama tumbuhanIlmu hama tumbuhan
Ilmu hama tumbuhan
 
6 andi m amir - tungau kuning teh
6 andi m amir - tungau kuning teh6 andi m amir - tungau kuning teh
6 andi m amir - tungau kuning teh
 
Makalah_14 Makalah spermosfir kel 8
Makalah_14 Makalah spermosfir kel 8Makalah_14 Makalah spermosfir kel 8
Makalah_14 Makalah spermosfir kel 8
 
Pepper yellow leaf curl virus (pylcv)
Pepper yellow leaf curl virus (pylcv)Pepper yellow leaf curl virus (pylcv)
Pepper yellow leaf curl virus (pylcv)
 
SELEKSI IN VITRO KLON-KLON KENTANG BASIL PERSILANGAN CV. ATLANTIK DAN GRANOLA...
SELEKSI IN VITRO KLON-KLON KENTANG BASIL PERSILANGAN CV. ATLANTIK DAN GRANOLA...SELEKSI IN VITRO KLON-KLON KENTANG BASIL PERSILANGAN CV. ATLANTIK DAN GRANOLA...
SELEKSI IN VITRO KLON-KLON KENTANG BASIL PERSILANGAN CV. ATLANTIK DAN GRANOLA...
 
identifikasi gejala serangan hama dan patogen pada tanaman padi dan cabai
identifikasi gejala serangan hama dan patogen pada tanaman padi dan cabaiidentifikasi gejala serangan hama dan patogen pada tanaman padi dan cabai
identifikasi gejala serangan hama dan patogen pada tanaman padi dan cabai
 
5 hardiningsih-embun tepung
5 hardiningsih-embun tepung5 hardiningsih-embun tepung
5 hardiningsih-embun tepung
 
Budidaya tanaman gandum
Budidaya tanaman gandumBudidaya tanaman gandum
Budidaya tanaman gandum
 
137870072 identifikasi-opt
137870072 identifikasi-opt137870072 identifikasi-opt
137870072 identifikasi-opt
 
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
 
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
 
Hama dan penyakit jagung(1)
Hama dan penyakit jagung(1)Hama dan penyakit jagung(1)
Hama dan penyakit jagung(1)
 
Dele 13.marwoto 1
Dele 13.marwoto 1Dele 13.marwoto 1
Dele 13.marwoto 1
 
Dele 13.marwoto 1
Dele 13.marwoto 1Dele 13.marwoto 1
Dele 13.marwoto 1
 
Laporan praktikum isolasi
Laporan praktikum isolasiLaporan praktikum isolasi
Laporan praktikum isolasi
 

Plus de xie_yeuw_jack

Dukungan litbang menuju bioindustri ed nw
Dukungan litbang menuju bioindustri ed nwDukungan litbang menuju bioindustri ed nw
Dukungan litbang menuju bioindustri ed nwxie_yeuw_jack
 
4 andi m amir - skrining f1 jarak pagar
4 andi m amir - skrining f1 jarak pagar4 andi m amir - skrining f1 jarak pagar
4 andi m amir - skrining f1 jarak pagarxie_yeuw_jack
 
11 pedoman penulisan
11 pedoman penulisan11 pedoman penulisan
11 pedoman penulisanxie_yeuw_jack
 
10 indiati - pengendalian tungau puru
10 indiati - pengendalian tungau puru10 indiati - pengendalian tungau puru
10 indiati - pengendalian tungau puruxie_yeuw_jack
 
9 yusmani - karakter p.leccani
9 yusmani - karakter p.leccani9 yusmani - karakter p.leccani
9 yusmani - karakter p.leccanixie_yeuw_jack
 
8 m assad - kajian pestisida nabati
8 m assad - kajian pestisida nabati8 m assad - kajian pestisida nabati
8 m assad - kajian pestisida nabatixie_yeuw_jack
 
7 nurasiah dj - reaksi bibit pisang barangan
7 nurasiah dj - reaksi bibit pisang barangan7 nurasiah dj - reaksi bibit pisang barangan
7 nurasiah dj - reaksi bibit pisang baranganxie_yeuw_jack
 
5 bedjo-helicoverpa 2011
5 bedjo-helicoverpa 20115 bedjo-helicoverpa 2011
5 bedjo-helicoverpa 2011xie_yeuw_jack
 
10 pedoman penulisan
10 pedoman penulisan10 pedoman penulisan
10 pedoman penulisanxie_yeuw_jack
 
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan---ok
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan---ok7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan---ok
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan---okxie_yeuw_jack
 
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacanganxie_yeuw_jack
 
6 yusmni - lecanicillium lecanii bemisia tabaci
6 yusmni - lecanicillium lecanii bemisia tabaci6 yusmni - lecanicillium lecanii bemisia tabaci
6 yusmni - lecanicillium lecanii bemisia tabacixie_yeuw_jack
 
5 hardaningsih - evaluasi ketahanan beberapa k.tanah
5 hardaningsih - evaluasi ketahanan beberapa k.tanah5 hardaningsih - evaluasi ketahanan beberapa k.tanah
5 hardaningsih - evaluasi ketahanan beberapa k.tanahxie_yeuw_jack
 
4 bedjo- evaluasi isolat h. armigera
4 bedjo- evaluasi isolat h. armigera4 bedjo- evaluasi isolat h. armigera
4 bedjo- evaluasi isolat h. armigeraxie_yeuw_jack
 

Plus de xie_yeuw_jack (20)

Dukungan litbang menuju bioindustri ed nw
Dukungan litbang menuju bioindustri ed nwDukungan litbang menuju bioindustri ed nw
Dukungan litbang menuju bioindustri ed nw
 
4 andi m amir - skrining f1 jarak pagar
4 andi m amir - skrining f1 jarak pagar4 andi m amir - skrining f1 jarak pagar
4 andi m amir - skrining f1 jarak pagar
 
11 pedoman penulisan
11 pedoman penulisan11 pedoman penulisan
11 pedoman penulisan
 
10 indiati - pengendalian tungau puru
10 indiati - pengendalian tungau puru10 indiati - pengendalian tungau puru
10 indiati - pengendalian tungau puru
 
9 yusmani - karakter p.leccani
9 yusmani - karakter p.leccani9 yusmani - karakter p.leccani
9 yusmani - karakter p.leccani
 
8 m assad - kajian pestisida nabati
8 m assad - kajian pestisida nabati8 m assad - kajian pestisida nabati
8 m assad - kajian pestisida nabati
 
7 nurasiah dj - reaksi bibit pisang barangan
7 nurasiah dj - reaksi bibit pisang barangan7 nurasiah dj - reaksi bibit pisang barangan
7 nurasiah dj - reaksi bibit pisang barangan
 
3 daftar isi-4
3 daftar isi-43 daftar isi-4
3 daftar isi-4
 
2 dewan penyunting
2 dewan penyunting2 dewan penyunting
2 dewan penyunting
 
1 sampul depan
1 sampul depan1 sampul depan
1 sampul depan
 
12 sampul belakang
12 sampul belakang12 sampul belakang
12 sampul belakang
 
5 bedjo-helicoverpa 2011
5 bedjo-helicoverpa 20115 bedjo-helicoverpa 2011
5 bedjo-helicoverpa 2011
 
10 pedoman penulisan
10 pedoman penulisan10 pedoman penulisan
10 pedoman penulisan
 
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan---ok
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan---ok7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan---ok
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan---ok
 
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan
 
6 yusmni - lecanicillium lecanii bemisia tabaci
6 yusmni - lecanicillium lecanii bemisia tabaci6 yusmni - lecanicillium lecanii bemisia tabaci
6 yusmni - lecanicillium lecanii bemisia tabaci
 
5 hardaningsih - evaluasi ketahanan beberapa k.tanah
5 hardaningsih - evaluasi ketahanan beberapa k.tanah5 hardaningsih - evaluasi ketahanan beberapa k.tanah
5 hardaningsih - evaluasi ketahanan beberapa k.tanah
 
4 bedjo- evaluasi isolat h. armigera
4 bedjo- evaluasi isolat h. armigera4 bedjo- evaluasi isolat h. armigera
4 bedjo- evaluasi isolat h. armigera
 
3 daftar isi-4
3 daftar isi-43 daftar isi-4
3 daftar isi-4
 
2 dewan penyunting
2 dewan penyunting2 dewan penyunting
2 dewan penyunting
 

SUARA PERTAHANAN TANAMAN

  • 1. Mudji Rahayu : Penyakit Embun Tepung Microsphaera Diffusa Pada Stadia Generatif Dua Varietas Kedela PENYAKIT EMBUN TEPUNG Microsphaera diffusa PADA STADIA GENERATIF DUA VARIETAS KEDELAI Mudji Rahayu Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Malang email : blitkabi@telkom.net ABSTRAK Penelitian dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan dan pengaruh penyakit embun tepung Microsphaera diffusa pada produksi kedelai. Penyakit embun tepung adalah penyakit baru pada kedelai di Jawa Timur. Penelitian dilakukan pada musim kemarau 2009 di Kebun Percobaan (KP) Muneng – Probolinggo (milik Balitkabi Malang). Metode penelitian adalah survai, pada pertanaman kedelai produksi benih sumber (BS) yang terdiri dua varietas yaitu Mahameru dan Anjasmoro. Parameter pengamatan meliputi intensitas serangan penyakit, komponen hasil dan hasil biji kedelai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa embun tepung mencapai luas serangan hampir 75% luas areal tanam kedelai Anjasmoro dan Mahameru. Intensitas penyakit pada Anjasmoro mencapai 60% dan 50% pada Mahameru. Tingginya intensitas penyakit tersebut menurunkan kualitas dan kuantitas hasil biji yaitu menyebabkan biji keriput mencapai 87% pada Anjasmoro dan 32% pada Mahameru, dan menurunkan bobot 100 biji. Penyakit embun tepung menyebabkan kehilangan hasil biji sebesar 12% pada Anjasmoro, dan 17% pada Mahameru (berbasis bobot 100 biji), serta menurunkan daya kecambah benih. Dari hasil penelitian ini terdapat indikasi bahwa Anjasmoro relatif lebih rentan daripada Mahameru. Kata kunci : Kedelai, stadia generatif, Microsphaera diffusa, kehilangan hasil ABSTRACT The aim of the research was to study the development of powdery mildew disease caused by Microsphaera diffusa and soybean yield reduction causing the disease. Research was done on dry season 2010 at the experimental station Muneng-Probolinggo of the Indonesian Legumes and Tuber Crops Research Institute (ILETRI) Malang-East Java. Survey was conducted on diseased soybeans was taken from the breeder seed (BS) material including two varieties i.e. Anjasmoro and Mahameru. The disease intensity and soybean yield were recorded from five samples randomly.The result indicated that the disease infected up to 75% of soybeans population. Disease intensity of Anjasmoro was very high 60% on the other variety causing 50 % disease intensity. The high disease intensity causing the low both quality and quantity of yields i.e causing shrinking seeds (87% for Anjasmoro and 32% for Mahameru), and reducing 100 seeds weight. Powdery mildew was reduced soybean yield 12% for Anjasmoro and 17% for Mahameru (base on 100 seeds weight)., also reduced the seeds emergence. By the research we concluded that Anjasmoro suspected more susceptible than Mahameru. Key words : Soybean, generative stage, powdery mildew, Microsphaera diffusa. 1
  • 2. Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.2.,2011 PENDAHULUAN Kedelai (Glycines max L. Merr.) di Indonesia adalah komoditas kacang-kacangan unggulan, yang rentan terhadap organisme pengganggu tumbuhan (OPT) meliputi hama dan penyakit. Beberapa penyakit merugikan pada kedelai terutama disebabkan jamur patogen antara lain adalah karat Phakopsora pachyrhizi, antraknose Colletorichum dematium var truncatum, bercak daun dan bercak ungu pada biji disebabkan Cercospora kikuchii, penyakit pustul disebabkan bakteri Xanthomonas axonopodis, penyakit bacterial blight disebabkan Xanthomonas axonopodis pv. glycines, downy mildew Peronospora manshurica, powdery mildew Microsphaera diffusa, serta penyakit karena jamur-jamur tular tanah dan tular benih yaitu Rhizoctonia solani, Sclerotium rolfsii, Pythium spp (Sweets dan Wrather 2000; Semangun 2008). Diantara kompleks penyakit kedelai tersebut, salah satu penyakit yang baru pertama kali ditemukan menyerang tanaman di KP (kebun percobaan) Muneng-Probolinggo adalah penyakit embun tepung (powdery mildew), dan hanya menyerang dua varietas kedelai yaitu Anjasmoro dan Mahameru. Sebelumnya penyakit embun tepung belum pernah diteliti di Indonesia, sehingga belum diketahui pengaruhnya terhadap kerugian hasil kedelai. Penyakit embun tepung pada kedelai disebabkan Microsphaera diffusa Cooke and Peck, adalah penyakit merugikan dan dapat ditemukan di negara-negara produsen kedelai (McLaughlin et al., 1976). Infeksi M. diffusa menyebabkan penurunan produksi kedelai 10 – 30%, terutama pada varietas rentan yang terinfeksi sejak awal pertumbuhan (Dunleavy 1978 dan Hartman et al. 1999). Jamur embun tepung adalah parasit obligat dan mampu hidup pada beragam jenis tanaman. Patogen mampu bertahan dari satu musim ke musim berikutnya dengan membentuk badan buah berbentuk bulat dan berwarna hitam yang disebut kleistotesia, yang dapat dijumpai pada sisa-sisa jaringan tanaman terinfeksi di lapangan. Di dalam kleistotesia diproduksi spora seksual yang disebut askuspora dan mudah tersebar oleh angin. Spora seksual tersebut biasanya terbentuk selama musim semi. Askuspora berperan sebagai sumber inokulum primer penyakit. Sumber inokulum sekunder dihasilkan dari stuktur pembiakan berbeda yaitu spora aseksual yang disebut konidia dan terbentuk pada daun dan bagian lain tanaman. Dengan perantaraan angin konidia dapat menyebar ke areal yang jauh. Pengendalian penyakit melalui penanaman varietas resisten menguntungkan di areal produksi kedelai yang endemik embun tepung (Dunleavy 1977). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perkembangan dan pengaruh penyakit pada produksi kedelai. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan KP Muneng – Probolinggo Jawa Timur, pada musim kemarau 2009 (Mei - Juli). Metode penelitian adalah metode survei pada tanaman perbanyakan benih BS (benih sumber atau benih penjenis), terdiri dua jenis varietas unggul yaitu Anjasmoro (ditanam 10 Maret 2009) dan Mahameru (ditanam 19 Maret 2009). Pertanaman berada di lahan sawah irigasi teknis, masing-masing varietas ditanam pada petak berukuran 25m x 25m. Patogen diidentifikasi secara mikroskopis untuk mengetahui morfologi konidianya (spora vegetatif). Pengamatan penyakit di lapangan dilakukan tiga kali dengan interval seminggu, pada stadia generatif yaitu pembentukan polong hingga pemasakan polong. Tanaman sampel ditentukan secara acak pada diagonal petak, dengan jumlah sampel 5 tanaman/petak/varietas. Setiap daun tanaman sampel diberi skor yang dibedakan dalam 5 kategori (skor 0 hingga skor 4). Skor 0 berarti daun sehat tanpa bercak putih (koloni embun tepung); skor 1 = embun tepung meliputi 5-10% luasan daun; skor 2 = embun tepung 11-25%; skor 3 = embun tepung 26-50%; skor 4 = embun tepung meliputi >50% disertai gejala defoliasi. Selanjutnya nilai skor tersebut digunakan untuk menghitung persentase intensitas penyakit (IP) berdasarkan rumus berikut ini : 2
  • 3. Mudji Rahayu : Penyakit Embun Tepung Microsphaera Diffusa Pada Stadia Generatif Dua Varietas Kedela Jumlah (n x v) IP = ---------------- x 100 % NV dimana : n = jumlah daun pada masing-masing kategori skor v = jumlah tanaman dalam setiap kategori serangan v = nilai skala tiap kategori serangan V = nilai skala dari kategori serangan tertinggi N = jumlah tanaman contoh yang diamati Pengamatan hasil panen meliputi : bobot biji kering dari 5 tanaman sampel, bobot 100 biji, rasio biji normal/abnormal, viabilitas biji dari tanaman sakit dan tanaman sehat (tanpa gejala embun tepung) diamati menggunakan metode uji perkecambahan di atas kertas dalam cawan. Kehilangan hasil diprediksi berdasar penurunan bobot biji kedelai berbasis bobot 100 biji, dengan cara membandingkan bobot potensial setiap varietas dengan bobot aktual yang dicapai oleh tanaman terserang M. diffusa di lapangan. HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala penyakit embun tepung pada kedelai mulai nampak pada pertengahan Mei 2009, dan infeksi jamur terjadi secara alami. Penyakit hanya ditemukan pada varietas Anjasmoro dan Mahameru, sedang pada galur-galur kedelai lainnya yang ada di sekeliling petak percobaan tidak terdeteksi adanya penyakit tersebut. Tanda khas penyakit embun tepung adalah permukaan atas daun terdapat bercak- bercak putih mirip terpapar kapur. Bercak putih tersebut adalah koloni patogen M. diffusa yang membentuk lapisan tipis terdiri dari miselia dan konidia berwarna putih. Bentuk koloni bulat dengan diameter 5 – 20 mm, dan pada tingkat serangan lanjut antar koloni saling bergabung sehingga membentuk koloni yang lebih lebar dan dapat menutup seluruh permukaan daun kedelai (Gambar 1A dan 1B). Gejala awal serangan M. diffusa tidak merubah warna daun atau daun tetap berwarna hijau. Patogen juga tumbuh di bawah permukaan daun namun lebih berlimpah di atas pemukaan daun. Hasil pengamatan mikroskopis menunjukkan bahwa M. diffusa isolat Muneng memiliki karakter konidia berbentuk bulat telur dan selnya transparan atau bening (Gambar 1D). Penyakit yang berkembang semakin parah menyebabkan daun menjadi kekuningan (klorosis), kemudian mengering atau nekrosis dan gugur lebih awal. Jamur tidak hanya menyerang daun tetapi juga menyerang tangkai, batang dan polong sehingga tajuk tanaman kedelai nampak berdebu putih (Gambar 1C). A B 3
  • 4. Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.2.,2011 C D Gambar 1. Gejala serangan penyakit embun tepung M. diffusa pada kedelai varietas Anjosmoro dan Mahameru (Gambar A, B,C) dan morfologi konidia M. diffusa isolat Muneng-Probolinggo (perbesaran 400x). Kondisi cuaca di lahan percobaan pada saat penelitian berlangsung relatif tidak stabil yaitu kemarau relatif tidak normal karena masih hujan. Di KP Muneng rata-rata Jumlah hujan (data 10 tahun) di KP Muneng pada periode April - Juni adalah 108 – 47 mm, dengan jumlah hari hujan 3 – 9 hari. Sementara itu pada saat terjadi serangan jamur embun tepung (periode Mei – Juni 2009) jumlah hujan tertinggi 132 mm dan terendah 41 mm, dengan jumlah hari hujan terendah 3 hari dan tertinggi 9 hari. KP Muneng yang berada di Kabupaten Probolinggo adalah daerah dekat pantai dengan tinggi tempat 10 m dpl. Kondisi kemarau disertai hujan tersebut ternyata kondusif bagi perkembangan jamur embun tepung, yang diduga inokulumnya telah tersedia di lapangan. Sementara itu kedelai Anjasmoro dan Mahameru sensitive terhadap jamur embun tepung, sehingga patogen tersebut menjadi organisme pengganggu yang tidak lazim (unusual). Grau (2006) menyatakan bahwa suhu dingin dengan kelembaban udara relatif rendah, dapat memicu perkembangan penyakit embun tepung pada kedelai. Hal yang sama dinyatakan Phillips (1984) bahwa kondisi cuaca mempengaruhi keparahan penyakit embun tepung, dimana kelembaban tinggi, suhu udara rendah, dan curah hujan dengan intensitas sedang (moderat) ternyata sangat sesuai untuk perkembangan penyakit. Sumber penularan embun tepung di KP Muneng diduga berasal dari beberapa jenis gulma dan dari tanaman kacang hijau. Sweets dan Wrather ( 2000) menyatakan bahwa species M. diffusa dapat menginfeksi beberapa jenis kacang-kacangan seperti buncis, ercis, kacang tunggak, dan kacang hijau. Secara makroskopis dan mikroskopis, jamur embun tepung yang menyerang kedelai berbeda dengan jamur embun tepung Erysiphe polygoni yang menyerang kacang hijau. Dari referensi yang ditulis Johnston (1961) dan Semangun (2008) tidak dilaporkan keberadaan jamur embun tepung pada tanaman kedelai di Indonesia. Intensitas penyakit pada awal pengamatan (P-1) berkisar 25 - 30% pada kedua varietas yang diteliti (Gambar 2). Pada pengamatan terakhir (selang 3 minggu) intensitasnya meningkat hingga 50% pada Mahameru, dan pada Anjasmoro intensitasnya lebih tinggi mencapai 60% (P-3). Diantara kedua varietas tersebut nampak bahwa Anjasmoro terserang embun tepung lebih parah daripada Mahameru, sehingga dapat dinyatakan bahwa kedua varietas tersebut rentan terhadap penyakit embun tepung. 4
  • 5. Mudji Rahayu : Penyakit Embun Tepung Microsphaera Diffusa Pada Stadia Generatif Dua Varietas Kedela 70.0 60.0 bun ) 50.0 tepung (% Intensitas em 40.0 P-1 30.0 P-2 20.0 P-3 10.0 0.0 Anjasmoro Mahameru Varietas kedelai Gambar 2. Intensitas penyakit embun tepung Microsphaera diffusa pada kedelai di KP Muneng-Probolinggo, MK 2009. Hasil biji kedelai dari tanaman terserang embun tepung ditampilkan dalam Tabel 1. Secara kualitas dan kuantitas hasil biji kedua varietas tergolong rendah. Hasil biji kering dari pada varietas Anjasmoro rata-rata lebih tinggi dari Mahameru (48 gram dan 41,2 gram per lima tanaman). Bobot 100 biji pada Anjasmoro relatif lebih tinggi mencapai 14,0 gram, sedangkan Mahameru 13,6 gram. Rata-rata bobot 100 biji tersebut ternyata di bawah kisaran rata-rata potensi varietas dengan teknis budidaya optimal (angka dicetak miring dalam Tabel 1). Dari tanaman sakit didapatkan sejumlah biji abnormal yaitu tidak bernas atau keriput. Rasio biji normal dan biji keriput dari 100 butir biji pada Anjasmoro adalah 13:87, sedang pada Mahameru 68:32. Tabel 1. Bobot biji kering, bobot 100 biji, dan rasio biji normal/keriput pada kedelai terserang embun tepung M. diffusa. KP Muneng – Probolinggo, MK 2009 Parameter pengamatan Anjasmoro Mahameru 1. Bobot biji (g/5 tanaman) 48,0 41,2 2. Bobot 100 biji (gram) 14,01 13,60 3. Rasio biji (normal : keriput) 13 : 87 68 : 32 Pada uji daya kecambah biji kedelai hasil panen dari tanaman terinfeksi M. diffusa, didapatkan indikasi turunnya viabilitas benih kedelai yang ditunjukkan dengan rendahnya persentase daya kecambah (berkisar 48-51%), sedangkan biji dari tanaman sehat tanpa serangan embun tepung daya kecambahnya lebih tinggi mencapai 84-86%. Kehilangan hasil biji kedelai yang dipanen dari tanaman terserang embun tepung mencapai 12% pada Anjasmoro dan 17% pada Mahameru, berdasarkan perhitungan berbasis bobot 100 biji secara potensial dan secara aktual dari tanaman terinfeksi (Tabel 2). Tabel 2. Kehilangan hasil dan daya kecambah biji kedelai akibat serangan M. diffusa Varietas Bobot biji (g/100 biji) Kehilangan Daya kecambah biji (%) Potensial Aktual hasil biji (%) Tan. sakit Cek tan. sehat 1. Anjasmoro 14,8 -15,3 14,01 12 50 84 2. Mahameru 16,5 -17,0 13,60 17 51 86 5
  • 6. Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.2.,2011 Rendahnya hasil biji, bobot 100 biji, dan daya tumbuh biji adalah akibat dari infeksi jamur embun tepung yang telah mengganggu proses fotosintesis. Proses fotosistesis abnormal menyebabkan pembentukan biji tidak optimal sehingga berdampak menurunkan komponen produksi kedelai. Hal demikian dinyatakan oleh Mignucci dan Boyer (1979), bahwa infeksi M. diffusa pada kedelai dapat menghambat proses fotosistesis dan transpirasi. Berikutnya dinyatakan Phillips (1984) bahwa penyakit embun tepung secara substansial memang mampu menurunkan produksi kedelai. Anjasmoro dan Mahameru adalah varietas kedelai yang secara genetis masih berkerabat. Di dalam deskripsi aneka varietas kacang-kacangan dan umbi-umbian yang disusun oleh Suhartina (2005) disebutkan bahwa Anjasmoro dan Mahameru sama-sama berasal dari seleksi massa dari populasi galur murni varietas Mansuria, suatu varietas introduksi. Anjasmoro berasal dari nomor galur Mansuria 395-49-4, sementara itu Mahameru dengan nomor galur Mansuria 204-19-1. Kekerabatan yang erat itulah yang diduga menjadi penyebab kedua varietas tersebut terserang embun tepung dengan intensitas penyakit sama-sama tinggi (50 – 60%). Dari hasil penelitian ini didapatkan informasi bahwa serangan jamur embun tepung pada stadia generatif tanaman kedelai berpengaruh menurunkan hasil biji, menurunkan bobot 100 biji, menurunkan kualitas fisik biji yaitu menyebabkan biji keriput, serta menurunkan daya tumbuh kedelai. Jumlah biji keriput dan intensitas penyakit yang lebih tinggi pada Anjasmoro, mengindikasikan bahwa Anjasmoro relatif lebih rentan daripada Mahameru. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan yang didapatkan pada penelitian ini adalah : 1. Penyakit embun tepung M. diffusa pada varietas Anjasmoro dan Mahameru, yang masih sekerabat secara genetik, mencapai intensitas penyakit termasuk kategori tinggi (masing-masing 60% dan 50%). 2. M. diffusa menurunkan kualitas dan kuantitas hasil biji kedelai yaitu menyebabkan biji keriput (87% pada Anjasmoro dan 32% pada Mahameru), menurunkan bobot 100 biji, dan menyebabkan kehilangan hasil biji sebesar 12% pada Anjasmoro dan 17% pada Mahameru (berbasis bobot 100 biji), serta menurunkan daya kecambah benih. 3. Anjasmoro dengan intensitas serangan embun tepung 60% dan persentase biji keriput mencapai 87% Anjasmoro dinyatakan relatif lebih rentan daripada Mahameru. Saran : Perlu penelitian pengendalian penyakit untuk mendapatkan teknologi pengendalian yang efektif. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada staf teknisi KP Muneng-Probolinggo yaitu Bpk. Daryanto, dan juga disampaikan terima kasih untuk Dr. Suharsono atas semua koreksi dan saran dalam penulisan makalah ini. DAFTAR PUSTAKA Dunleavy, J.M. 1977. Comparison of the disease response of soybean cultivars to Microsphaera diffusa in the greenhouse and the field. Plant Dis. Rep. 61:32-34. Dunleavy, J.M. 1978. Soybean seed yield losses caused by powdery mildew. Crop Science 18:337-339. Hartman, G.L., J.B. Sinclair, and J.C. Rupe. 1999. Compendium of Soybean Diseases. Fourth Edition. American Phytopathological Press. 100 p. Johnston, A. 1961. A Preliminary Plant Disease Survey in Netherlands New Guinea. Bull. Dept. Econ. Affairs, Agric. Series 4, 55 p. 6
  • 7. Mudji Rahayu : Penyakit Embun Tepung Microsphaera Diffusa Pada Stadia Generatif Dua Varietas Kedela Mignucci, J.S. and J.S Boyer. 1979. Inhibition of photosynthesis and transpiration in soybean infected by Microsphaera diffusa. Phytopathology 69:227-230. Phillips. D.V. 1984. Stability of Microsphaera diffusa and the effect of powdery mildew on yield of soybean. Plant Disease 68:953-956. Semangun, H. 2008. Penyakit-penyakit Tanaman Pangan di Indonesia (Edisi kedua). Gadjah Mada University Press. 475 h. Suhartina. 2005. Deskripsi varietas kedelai unggul kacang kacangan dan umbi-umbian. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. (Balitkabi) Malang. 154 hlm. Sweets. L.E. and A. Wrather. 2000. Soybean diseases. Integrated pest management manuals. Plant protection programs of the University of Missouri. Columbia. 26pp. 7