1. TEORI-TEORI BELAJAR
Dalam psikologi, teori belajar selalu dihubungkan dengan stimulus-respons dan
teori-teori tingkah laku yang menjelaskan respons makhluk hidup dihubungkan dengan
stimulus yang didapat dalam lingkungannya. Proses yang menunjukkan hubungan yang
terus-menerus antara respons yang muncul serta rangsangan yang diberikan dinamakan
suatu prosess belajar (Tan, 1981:91)
Untuk lebih memperjelas pengertian mengenai proses belajar yang merupakan
hasil penyelidikan para ahli psikologi. Berikut ini, akan saya utarakan beberapa teori
belajar.
1. Teori Conditioning
Bentuk paling sederhana dalam belajar ialah conditioning. Karena conditioning
sangat sederhana bentuknya dan sangat luas sifatnya, para ahli sering mengambilnya
sebagai contoh untuk menjelaskan dasar-dasar dari semua proses belajar. Meskipun
demikian, kegunaan conditioning sebagai contoh bagi belajar, masih menjadi bahan
perdebatan (Walker, 1967).
a. Conditioning Klasik (Classical Conditioning)
Conditioning adalah suatu bentuk belajar yang kesanggupan untuk berespon terhadap
stimulus tertentu dapat dipindahkan pada stimulus lain.
Salah satu tokoh yang paling terkenal dalam teori ini yaitu IVAN PETROVICH
POVLOV, Lahir tanggal 14 September 1849 di Ryazan Rusia yaitu desa tempat ayahnya
Peter Dimitrievich Povlov menjadi seorang pendeta. Ia dididik di sekolah gereja dan
melanjutkan ke seminari. Ia lulus sebagai sarjana kedokteran dengan bidang dasar
fisisologi. Pada tahun 1884 ia menjadi direktur departemen fisiologi pada institute of
Experimental Medicine dan memulai penelitian mengenai fisiologi pencernaan. Ia
mendapatkan Nobel dalam bidang Physiology or Medicine pada tahun 1904. karyannya
mengenai pengkondisian sangat mempegaruhi psikologi behaviodistik di Amerika. Karya
tulisnya adalah Work of Digestive Glands (1902) dan Conditioned Reflexes.
Prinsip dasar dari model conditioning klasik adalah sebuiah unconditioned stimulus
2. (US), unconditioned response (UR), dan conditioned stimulus (CS). US merupakan objek
dalam lingkungan organisme yang secara otomatis diperoleh tanpa harus mempelajarinya
terlebih dahulu atau bisa dikatakan sebagai proses yang nyata (UR). Sebagai contoh ynag
diberikan Pavlov yaitu anjing, anjing meneteskan air liurnya (UR) melihat sebuah tulang
(US); seorang anak menangis (UR) ketika melihat sekor gorilla (US); seorang anak
tertawa (UR) ketika ia melihat badut (US). UR terbentuk secara otomatis ketika respons
tersebut berhadapan dengan US. Reaksi atau respon ini dinamakn respons alami.
Conditioning klasik timbul ketika stimulus netral sebelumnya (CS) mampu menimbulkan
respons yang nyata atau terlihat dengan sendirinya. Hal ini terjadi melalui pemasangan
yang berulang-ulang antara US dan CS; dan CS disajikan pada waktu yang bersamaan
dengan US. Pasangan ini masing-masing akan menghasilkan UR, karena UR merupakan
respons alami terhadap US. Conditioning klasik diperoleh ketika US tidak diperoleh, CS
dapat menghasilkan UR dari organisme tersebut. Dengan menerapkan strategi Pavlov
ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus yang tepat untuk
mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan , sementara individu tidak menyadari
bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya
APLIKASI CONDITIONING KLASIK
Anak-anak mengasosiakan dokter dengan suntikan yang memyakitkan dan menangis
ketika berjalan memasuki ruang praktik. Dalam kasus ini, suntikan merupakan US dan si
dokter adalh CS. Sesuatu yang pada mulanya tidak membangkitkan respons “alamiah”,
selanjutnya menimbulkan hal itu karena adanya pengasosiasian.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
A.Kelebihan
Di saat individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang
berasal dari luar dirinya, akan memudahkan pendidik dalam melakukan pembelajaran
terhadap anak didik tersebut.
B.Kekurangan
Jika ini dilakukan secara terus-menerus maka ditakutkan murid akan memiliki
rasa ketergantungan atas stimulus yang berasal dari luar dirinya. Padahal seharusnya anak
3. didik harus memiliki stimulus dari dirinya sendiri dalam melakukan kegiatan belajar dan
kegiatan pemahaman
b. Conditioning Operan (Operant Conditioning)
Tidak seperti dalam respondent conditioning (yang responya didatangkan oleh
stimulus tertentu), respon dalam conditioning operan terjadi tanoa didahului stimulus,
melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reifoncer. Reifoncer itu sendiri sesungguhnya
adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respon tertentu,
akan tetapi tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam
classical conditioning.
Istilah conditioning operant (operant conditioning) diciptakan oleh Skinner dan
memiliki arti umum conditioning perilaku. Di mana seorang dapat mengontrol tingkah
laku organisme melalui pemberian reinforcement yang bijaksana dalam lingkungan
relatif besar. Dalam beberapa hal, pelaksanaannya jauh lebih fleksibel daripada
conditioning klasik. Skinner mengadakan pendekatan behavioristik untuk menerangkan
tingkah laku. Pada tahun 1938, Skinner menerbitkan bukunya yang berjudul The
Behavior of Organism. Dalam perkembangan psikologi belajar, ia mengemukakan teori
operant conditioning. Buku itu menjadi inspirasi diadakannya konferensi tahunan yang
dimulai tahun 1946 dalam masalah “The Experimental an Analysis of Behavior”. Hasil
konferensi dimuat dalam jurnal berjudul Journal of the Experimental Behaviors yang
disponsori oleh Asosiasi Psikologi di Amerika (Sahakian,1970).
Skinner menyatakan bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan
(reinforcement). Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus-
respon akan semakin kuat bila diberi penguatan. Skinner membagi penguatan menjadi
dua yaitu penguatan positif yang berupa hadiah, perilaku atau penghargaan dan
penguatan negative yang berupa menunda / tidak memberi penghargaan, memberikan
tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang.
Prinsip belajar Skinner antara lain :
-Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika benar
diberi penguat.
-Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
4. -Materi pelajaran digunakan system modul.
-Dalam proses pembelajaran tidak digunakan hukuman.
-Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah dan sebaiknya hadiah diberikan
dengan digunakannya jadwal variable rasio reinforcer.
-Dalam pembelajaran digunakan shaping.
Perbedaan antara proses belajar klasik dan belajar operan adalah adanya stimulus
diskriminan tersebut, yaitu yang membedakan antara kondisi saat suatu perilaku berhasil
secara efektif dan kondisi perilaku tidak akan efektif (Sarwono, 1997:69).
APLIKASI CONDITIONING OPERANT
Anak yang buang air di celana, selalu dimarahi ibunya (ganjaran negatif).
Sebaliknya, jika ia mengatakan terlebih dahulu kepada ibunya bahwa ia akan buang air
sehingga ibu bisa membawanya ke WC, anak itu akan dipuji ibunya (ganjaran positif).
Lama-kelamaan anak itu belajar buang air di WC saja, bukan disembarang tempat. Di
pihak lain, jika anak itu mengatakan bahwa ia ingin buang air, padahal ia tidak sakit
perut, ibunya juga akan memarahinya karena setelah berepot-repot mendudukannya di
WC, anak itu tidak mau buang air. Dengan demikian anak itu belajar bahwa ia hanya
boleh mengatakan ”mau buang air” jika sakit perut.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
A.Kelebihan
Pada teori ini, pendidik diarahkan untuk menghargai setiap anak didiknya. hal ini
ditunjukkan dengan dihilangkannya sistem hukuman. Hal itu didukung dengan adanya
pembentukan lingkungan yang baik sehingga dimungkinkan akan meminimalkan
terjadinya kesalahan.
B. Kekurangan
Tanpa adanya sistem hukuman akan dimungkinkan akan dapat membuat anak
didik menjadi kurang mengerti tentang sebuah kedisiplinan. hal tersebuat akan
menyulitkan lancarnya kegiatan belajar-mengajar. Dengan melaksanakan mastery
learning, tugas guru akan menjadi semakin berat
2. Teori Psikologi Gestlat
5. Teori belajar menurut psikologi Gestlat sering kali disebut insigt full learning atau
field teori. Ada pula istilah lain yang sebetulnya identik dengan teori ini, yaitu
organismic, pattern, holistic, interegation, configuration, dan closure. Perintis teori
Gestalt ini ialah Chr. Von Ehrenfels, dengan karyanya “Uber Gestaltqualitation“ (1890).
Aliran ini menekankan pentingnya keseluruhan yaitu sesuatu yang melebihi jumlah
unsure-unsurnya dan timbul lebih dulu dari pada bagian-bagiannya. Pengikut-pengikut
aliran psikologi Gestalt mengemukakan konsepsi yang berlawanan dengan konsepsi
aliran-aliran lain . Bagi yang mengikuti aliran Gestalt perkembangan itu adalah proses
diferensiasi. Dalam proses diferensiasi itu yang primer ialah keseluruhan , sedangkan
bagian –bagiannya adalah sekunder; bagian-bagian hanya mempunyai arti sebagai bagian
dari pada keseluruhan dalam hubungan fungsional dengan bagian-bagian yang lain ;
keseluruhan ada terlebih dahulu baru disusul oleh bagian-bagiannya.
Jiwa manusia menurut aliran ini, adalah suatu keseluruhan yang berstruktur atau
meruoakan suatu system, bukan hanya terdiri atas sejumlah bagian atau unsure yang satu
sama lain terpisah, yang tidak mempunyai hubungan fungsional. Manusia adalah individu
yang merupakan berbentuk jasmani-rohani. Sebagai individu, manusia itu bereaksi, atau
lebih tepatnya berinteraksi, dengan dunia luar, dengan kepribadiannya, dan dengan cara
yang unik pula. Sebagai pribadi, manusia tidak secara langsung bereaksi terhadap suatu
perangsang, dan tidak pula reaksinya itu dilakuakn secara trial and error seperti
dikatakan oleh penganut teori conditioning. Interaksi manusia terhadap dunia luar
bergantung pada cara ia menerima stimulus dan bagaimana serta apa motif-motif yang
ada padanya. Manusia adalah makhluk yang memiliki kebebasan. Ia bebas memilih
bagaimana ia berinteraksi; stimulus mana yang diterimnya dan mana yang ditolaknya.
Atas dasar itu, maka belajar dalam pandangan psikologi Gestlat, bukan sekedar
proses asosiasi antara stimulus-respon yang kian lama kian kuat disebabkan adanya
berbagai latihan dan ulangan-ulangan. Menurut aliran ini belajar itu terjadi bila ada
pengertian (insigt). Pengertian ini muncul jika seseorang, setelah beberapa saat, mencoba
memahami suatu problem, tiba-tiba muncul adanya kejelasan, terlihat olehnya hubungan
antara unsure-unsur yang satu dengan yang lain, kemudian dipahami sangkut-pautnya,
untuk kemudian dimengerti maknanya.
Prinsip-prinsip belajar berikut ini merupakan rangkuman atau kesimpulan dari
6. teori psikologi Gestlat:
1. Belajar dimulai dari suatu keseluruhan, kemudian baru menuju bagian-bagian
2. Keseluruhan memberi makna pada bagian-bagian. Bagian-bagian terjadi dalam suatu
keseluruhan. Bagian-bagian itu hanya bermakna dalam rangka keseluruhan itu.
3. Belajar adalah penyesuaian diri dengan lingkungan.
4. Belajar akan berhasil bila tercapai kematangan untuk memperoleh pengertian.
5. Belajar akan berhasil jika ada tujuan yang berarti bagi individu.
6. Dalam proses belajar itu, individu selalu merupakan organisme yang aktif, bukan
bejana yang harus diisi oleh orang lain.
APLIKASI TEORI GESTLAT
Aktivitas suatu cabang olahraga harus dilakukan secara keseluruhan, bukan
sebagai pelaksanaan gerak secara terpisah-pisah. Karena itu guru atau pelatih harus
menanamkan pengertian agar siswa atau atlet sadar akan keseluruhan kegiatan. Dengan
kata lain , pemecahan keseluruahn aktivitas menjadi bagian-bagian yang terpisah akan
menyebabkan siswa tidak mampu mengaitkan bagian-bagian tersebut. Karenaitu
keuntungan utama dari keseluruahn permaianan yaitu menuntut siswa untuk
mempersatukan bagian menjadi sebuah unit yang terpadu.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
A.Kelebihan
Teori ini lebih melihat manusia sebagai seorang individu yang memiliki keunikan,
dimana mereka harus berhubungan dengan lingkungan yang ada disekitar mereka.
Dengan teori Gestalt yang lebih menekankan akan pentingnya pengertian dalam
mempelajari sesuatu, maka akan lebih berhasil dalam mencapai kematangan dalam
proses belajar.
B.Kekurangan
Karena menurut Gestalt sesuatu yang dipelajari dimulai dari keseluruhan, maka
dikawatirkan akan menimbulkan kesulitan dalam proses belajar, sebab beban yang harus
ditanggung sangatlah banyak.
7. DAFTAR PUSTAKA
Sarwono, Sarlito Wirawan, Pengantar Umum Psikologi, Bulan Bintang, Jakarta, 1984.
Sobur, Alex, Psikologi umum, Pustaka Setia, Bandung, 2003
Tan, Alexis S., Mass Communication Theories and Research, Grid Publising, Inc.,
Indianola Avenue, 1981.
Walker, Conditioning and Instrumental Learning, Wadsworth Publising Coy, Inc.,
Belmont, California, 1967
TUGAS PSIKOLOGI BELAJAR
“TEORI BELAJAR”
8. Oleh :
Segendig K.
G0106088
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2008