Analisis hubungan antara laba akuntansi dan laba tunai dengan dividen kas pad...
Dampak merger & akuisisi thdp lapkeu
1. ANALISIS DAMPAK JANGKA PANJANG MERGER DAN AKUISISI
TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN
PENGAKUSISI DAN PERUSAHAAN DIAKUISISI
DI BURSA EFEK JAKARTA (BEJ)
SKRIPSI
oleh
Nama : Murni Hadiningsih
Nomor Mahasiswa : 03311088
Program Studi : Manajemen
Bidang Konsentrasi : Keuangan
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
FAKULTAS EKONOMI
YOGYAKARTA
2007
2. ANALISIS DAMPAK JANGKA PANJANG MERGER DAN AKUISISI
TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN
PENGAKUSISI DAN PERUSAHAAN DIAKUISISI
DI BURSA EFEK JAKARTA (BEJ)
SKRIPSI
ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat ujian akhir
guna memperoleh gelar sarjana Strata-1 di Program Studi Manajemen,
Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia
oleh
Nama : Murni Hadiningsih
Nomor Mahasiswa : 03311088
Program Studi : Manajemen
Bidang Konsentrasi : Keuangan
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
FAKULTAS EKONOMI
YOGYAKARTA
2007
3. PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
“Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan orang lain untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu
Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara
tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam referensi. Apabila kemudian
hari terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar, saya sanggup menerima
hukuman/sanksi apapun sesuai peraturan yang berlaku.”
Yogyakarta, Agustus 2007
Penulis,
Murni Hadiningsih
4.
5.
6. HALAMAN MOTTO
“ Allah tidak akan membebani seseorang kecuali sepadan dengan
kemampuannya. Bagi seseorang, pahala yang ia buat dan baginya pula dosa
yang ia buat. Wahai Tuhan kami, janganlah kami disiksa karena kami lalai atau
keliru. Ya Tuhan kami, jangan Engkau bebankan kepada kami beban berat,
sebagaimana Engkau bebankan kepada orang sebelum kami. Dan janganlah
pula Kau bebankan kepada kami sesuatu yang tidak mampu kami lakukan.
Maafkan dan ampunilah serta kasihanilah kami, Engkau Pelindung Kami.
Tolonglah kami menghadapi orang-orang yang kafir”. (QS. Al Baqarah:286)
“Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan”. (QS. Al Insyiroh:6)
“Setiap ada usaha, pasti ada jalan”
7. HALAMAN PERSEMBAHAN
Hasil karya ‘besar’ ini kupersembahkan kepada:
• Allah SWT atas kekuatan dan
kemudahan yang Ia berikan.
• Bapak dan ibuku tercinta yang telah
memberi kasih sayang, doa dan
perhatian.
8. ABSTRAK
Dalam penelitian ini judul yang diambil adalah Analisis Dampak Jangka
Panjang Merger dan Akuisisi terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Pengakusisi
dan Perusahaan Diakuisisi di Bursa Efek Jakarta. Tujuan Penelitian dengan judul
tersebut adalah untuk mengetahui pengaruh aksi perusahaan dalam melakukan
merger dan akuisisi terhadap kinerja keuangan perusahaan pengakusisi dan
perusahaan yang diakusisisi dalam jangka panjang dengan pertimbangan sinergi
yang diharapkan dapat terlihat dalam jangka panjang.
Kinerja keuangan pada penelitian ini diukur dengan menggunakan rasio
keuangan yang terdiri dari rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio leverage dan rasio
profitabilitas dan return saham dengan jangka waktu satu tahun sebelum, satu dan
dua tahun sesudah merger dan akuisisi. Sampel pada penelitian ini terdiri dari 14
perusahaan pengakuisisi dan 12 perusahaan yang diakuisisi
Dari hasil analisis diketahui bahwa tidak ada perbedaan secara signifikan
rasio keuangan secara menyeluruh antara satu tahun dengan satu tahun sesudah
dan satu tahun sebelum merger dan akuisisi baik pada perusahaan pengakuisisi
dan perusahaan yang diakuisisi. Pada sisi return saham, Average Abnormal
Return (AAR) pada perusahaan pengakuisisi mengalami penurunan signifikan
pada masa menjelang dan sesudah peristiwa merger dan akuisisi, sedangkan pada
perusahaan yang diakuisisi tidak terjadi perubahan secara menyeluruh dengan
adanya peristiwa merger dan akuisisi.
Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan secara umum bahwa
merger dan akuisisi tidak berpengaruh secara signifikan pada kinerja keuangan
yang diproksikan dengan rasio keuangan dan return saham pada perusahaan
pengakuisisi dan perusahaan diakuisisi. Sinergi yang diharapkan tidak tercapai.
Hal ini mungkin dikarenakan lemahnya strategi, kurangnya pengalaman merger
dan akuisisi pada perusahaan pengakuisisi dan faktor non ekonomis yaitu untuk
menyelamatkan perusahaan target dari kebangkrutan.
9. KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
karunianya-Nya kepada penulis. Salam dan sholawat kepada Nabi Muhammad
SAW beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya sampai hari pembalasan
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Dampak
Jangka Panjang Merger dan Akuisisi terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan Pengakusisi dan Perusahaan Diakuisisi di Bursa Efek Jakarta
(BEJ)”.
Skripsi ini disusun guna melengkapi persyaratan untuk mendapatkan gelar
kesarjanaan pada Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.
Dalam proses penulisan skripsi ini, terdapat beberapa hambatan dan kesulitan.
Namun semangat, ketekunan, kerja keras, dorongan dan bantuan dari berbagai
pihak.
Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis hendak mengucapkan banyak
terima kasih khususnya kepada :
1. Bapak Drs. H. Asma’i Ishak, M.Bus.,Ph.D. selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Islam Indonesia.
10. 2. Bapak Dr. Zaenal Arifin, M.Si selaku Ketua Jurusan sekaligus dosen
pembimbing yang telah dengan sabar memberi pengarahan, koreksi dan
bimbingan dalam proses penyusunan skripsi ini.
3. Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberikan kasih sayang, dukungannya
kepada penulis dalam mengerjakan skripsi ini. Beserta kakak-kakakku yang
telah memberi dorongan bagi penulis untuk mengerjakan skripsi ini.
4. Teman-teman manajemen angkatan 2003, elli, mey, vita, dita, jaza, sista, dan
teman-teman lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
5. Teman-teman KKN angkatan 32 unit 21.
6. Kepada para pihak yang baik secara langsung maupun tidak langsung
membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyususunan skripsi ini masih banyak
kekurangannya. Mungkin hal ini karena terbatasnya pengetahuan maupun
pengalaman penulis. Oleh karena itu penulis mohon maaf sesbesar-besarnya dan
penulis dengan terbuka menerima saran dan kritik yang sifatnya memperbaiki.
Semoga hasil penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan di masa mendatang.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Yogyakarta, Agustus 2007
Penulis
11. DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL DEPAN SKRIPSI.................................................. i
HALAMAN JUDUL SKRIPSI.................................................................... ii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI...................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI......................................... v
HALAMAN MOTTO................................................................................. vi
HALAMAN PERSEMBAHAN................................................................. vii
ABSTRAK.................................................................................................. viii
KATA PENGANTAR................................................................................ ix
DAFTAR ISI............................................................................................... xi
DAFTAR TABEL....................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. xiv
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah..................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah Penelitian.............................................. 4
1.3. Tujuan Penelitian................................................................ 4
1.4. Manfaat Penelitian............................................................. 4
1.5. Sistematika Penulisan......................................................... 5
BAB II. KAJIAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori................................................................... 7
2.2. Hasil Penelitian Terdahulu................................................. 27
2.3. Formulasi Hipotesis........................................................... 29
12. BAB III. METODE PENELITIAN
3.1. Populasi dan Sampel.......................................................... 30
3.2. Data dan Sumber Data....................................................... 32
3.3. Definisi Operasional Variabel Penelitian.......................... 33
3.4. Alat Analisisis................................................................... 34
3.5. Teknik Analisis Data........................................................ 37
BAB VI. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1. Analisis Rasio Likuiditas................................................... 38
4.2. Analisis Rasio Aktivitas.................................................... 45
4.3. Analisis Rasio Leverage.................................................... 56
4.4. Analisis Rasio Profitabilitas.............................................. 59
4.5. Analisis Return Saham...................................................... 72
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan....................................................................... 80
5.2. Saran.................................................................................. 82
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 83
LAMPIRAN
13. DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1. Daftar perusahaan pengakuisisi tahun 2000-2004............................. 31
3.2. Daftar perusahaan diakuisisi tahun 2000-2004.................................. 32
4.1. Current Ratio Perusahaan Pengakuisisi............................................. 39
4.2. Uji Paired SampleT-Test: Current ratio Perusahaan Pengakuisisi..... 39
4.3. Current Ratio Perusahaan Diakuisisi................................................. 40
4.4. Uji Paired SampleT-Test: Current ratio Perusahaan Diakuisisi....... 41
4.5. Quick Ratio Perusahaan Pengakuisisi............................................... 42
4.6. Uji Paired SampleT-Test: Quick ratio Perusahaan Pengakuisisi...... 42
4.7. Quick Ratio Perusahaan Diakuisisi................................................... 43
4.8. Uji Paired SampleT-Test: Quick ratio Perusahaan Diakuisisi.......... 44
4.9. Fixed asset turn over Perusahaan Pengakuisisi................................ 46
4.10. Uji Paired SampleT-Test: Fixed asset turnover Perusahaan
Pengakuisisi...................................................................................... 46
4.11. Fixed asset turn over Perusahaan Diakuisisi................................... 47
4.12. Uji Paired SampleT-Test: Fixed asset turnover Perusahaan
Diakuisisi......................................................................................... 48
4.13. Total asset turn over Perusahaan Pengakuisisi................................ 49
4.14. Uji Paired SampleT-Test: Total asset turn over Perusahaan
Pengakuisisi...................................................................................... 49
4.15. Total asset turn over Perusahaan Diakuisisi.................................... 50
4.16. Uji Paired SampleT-Test: Total asset turn over Perusahaan
Diakuisisi.......................................................................................... 50
4.17. Debt to total asset ratio Perusahaan Pengakuisisi........................... 53
4.18. Uji Paired SampleT-Test: Debt to total asset ratio Perusahaan
Pengakuisisi...................................................................................... 53
4.19. Debt to total asset ratio Perusahaan Diakuisisi............................... 54
4.20. Uji Paired SampleT-Test: Debt to total asset ratio Perusahaan
Diakuisisi......................................................................................... 55
4.21. Debt to total equity ratio Perusahaan Pengakuisisi.......................... 56
4.22. Uji Paired SampleT-Test: Debt to total equity ratio Perusahaan
Pengakuisisi...................................................................................... 56
14. 4.23. Debt to total equity Perusahaan Diakuisisi..................................... 57
4.24. Uji Paired SampleT-Test: Debt to total equity ratio Perusahaan
Diakuisisi.......................................................................................... 58
4.25. Operating profit margin Perusahaan Pengakuisisi........................... 60
4.26. Uji Paired SampleT-Test: Operating profit margin Perusahaan
Pengakuisisi...................................................................................... 60
4.27. Operating profit margin Perusahaan Diakuisisi............................... 61
4.28. Uji Paired SampleT-Test: Operating profit margin Perusahaan
Diakuisisi.......................................................................................... 62
4.29. Net profit margin Perusahaan Pengakuisisi..................................... 63
4.30. Uji Paired SampleT-Test: Net profit margin Perusahaan
Pengakuisisi...................................................................................... 63
4.31. Net profit margin Perusahaan Diakuisisi......................................... 64
4.32. Uji Paired SampleT-Test: Net profit margin Perusahaan
Diakuisisi.......................................................................................... 64
4.33. Return on investment Perusahaan Pengakuisisi............................... 66
4.34. Uji Paired SampleT-Test: Return on investment Perusahaan
Pengakuisisi...................................................................................... 66
4.35. Return on investment Perusahaan Diakuisisi................................... 67
4.36. Uji Paired SampleT-Test: Return on investment Perusahaan
Diakuisisi.......................................................................................... 67
4.37. Return on equity Perusahaan Pengakuisisi...................................... 69
4.38. Uji Paired SampleT-Test: Return on equity Perusahaan
Pengakuisisi...................................................................................... 69
4.39. Return on equity Perusahaan Diakuisisi.......................................... 70
4.40. Uji Paired SampleT-Test: Return on equity Perusahaan
Diakuisisi.......................................................................................... 70
4.41. Pengujian Rata-Rata Abnormal Return Perusahaan Pengakuisisi.... 73
4.42. Pengujian Rata-Rata Abnormal Return Perusahaan Diakuisisi........ 75
4.43. Uji Paired Sample T-Test Rata-Rata Abnormal Return
Pengakuisisi....................................................................................... 78
4.44. Uji Paired Sample T-Test Rata-Rata Abnormal Return
Diakuisisi.......................................................................................... 79
15. DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Ringkasan Laporan Keuangan dan Perhitungan Rasio Keuangan
Lampiran II Data Return Saham, Return Pasar dan Abnormal Return
Lampiran III Hasil Uji Statistik Abnormal Return dengan One Sample T-Test
16. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Adanya globalisasi dan persaingan bebas menuntut setiap perusahaan
untuk selalu mengembangkan strateginya agar dapat bertahan hidup, berkembang
dan berdaya saing. Strategi bersaing yang berusaha mengembangkan
(membesarkan) perusahaan sesuai dengan ukuran besaran yang disepakati untuk
mencapai tujuan jangka panjang perusahaan disebut strategi pertumbuhan.
Strategi ini dapat dilaksanakan melalui pertumbuhan internal atau merger dan
akuisisi (Muhammad, 2004).
Pertumbuhan internal dilakukan dengan cara memperluas kegiatan
perusahaan yang sudah ada, misalnya dengan cara menambahkan kapasitas
pabrik, menambah produk atau mencari pasar baru. Sementara merger dilakukan
dengan menggabungkan dua atau lebih perusahaan dimana salah satu nama
perusahaan yang bergabung tetap digunakan sedangkan yang lain dihilangkan dan
akuisisi dilakukan dengan pembelian seluruh atau sebagian kepemilikan suatu
perusahaan.
Di Amerika Serikat, aktivitas merger dan akuisisi merupakan hal biasa
terjadi. Bahkan di era 1980an telah terjadi kira-kira 55.000 aktivitas sehingga
tahun 1980an sering disebut sebagai dekade merger mania (Hitt, 2002). Sementara
di Indonesia aktivitas merger dan akuisisi mulai marak dilakukan seiring dengan
majunya pasar modal di Indonesia. Beberapa contoh perusahaan di Bursa Efek
1
17. Jakarta (BEJ) yang melakukan merger dan akuisisi diantaranya adalah PT Semen
Gresik yang mengakuisisi PT Semen Padang, PT Gudang Garam merger dengan
PT Surya Pamenang dan PT Nutricia yang mengakuisisi PT Sari Husada.
Alasan perusahaan lebih tertarik memilih merger dan akuisisi sebagai
strateginya daripada pertumbuhan internal adalah karena merger dan akuisisi
dianggap jalan cepat untuk mewujudkan tujuan perusahaan dimana perusahaan
tidak perlu memulai dari awal suatu bisnis baru. Merger dan akuisisi juga
dianggap dapat menciptakan sinergi, yaitu nilai keseluruhan perusahaaan setelah
merger dan akuisisi yang lebih besar daripada penjumlahan nilai masing-masing
perusahaan sebelum merger dan akuisisi. Selain itu merger dan akuisisi dapat
memberikan banyak keuntungan bagi perusahaan antara lain peningkatan
kemampuan dalam pemasaran, riset, skill manajerial, transfer teknologi, dan
efisiensi berupa penurunan biaya produksi.
Untuk menilai bagaimana keberhasilan merger dan akuisisi yang
dilakukan, kita dapat melihatnya dari kinerja perusahaan yang melakukan merger
dan akuisisi, terutama kinerja keuangan. Beberapa penelitian mengenai pengaruh
merger dan akuisisi terhadap kinerja keuangan di Indonesia diantaranya adalah
Payamta dan Setiawan (2004) yang meneliti kinerja keuangan perusahaan yang
melakukan merger dan akuisisi dari rasio-rasio keuangan dan return saham di
sekitar peristiwa terjadi.
Hasil penelitiannya menunjukkan rasio-rasio keuangan dua tahun sebelum
dan sesudah peristiwa merger dan akuisisi tidak mengalami perubahan yang
signifikan. Sedangkan abnormal return saham sebelum pengumuman merger dan
2
18. akuisisi positif, namun setelah pengumuman merger dan akuisisi justru negatif.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Widjanarko (2006) yang
menunjukkan tidak ada perubahan yang signifikan dari kinerja keuangan
perusahaan yang diproksikan dari rasio-rasio keuangan dua tahun sebelum dan
sesudah merger dan akuisisi.
Penelitian yang membandingkan antara akuisitor dan non akuisitor
dilakukan Wibowo dan Pakereng (2001) yang meneliti return saham perusahaan
akuisitor dan non akuisitor, hasilnya menunjukkan bahwa baik akuisitor dan non
akuisitor sama-sama memperoleh abnormal return yang negatif di seputar
pengumuman merger dan akuisisi. Penelitian lainnya dilakukan Sutrisno dan
Sumarsih (2004) yang meneliti return saham perusahaan yang melakukan merger
dan akuisisi dalam jangka panjang yaitu dengan jangka waktu pengamatan satu
tahun sebelum dan dua tahun sesudah merger dan akuisisi, menunjukkan hasilnya
bahwa merger dan akuisisi memberi pengaruh pada return saham yang bisa
bernilai positif dan negatif walaupun tidak signifikan secara statistik.
Atas pertimbangan berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, peneliti
tertarik untuk meneliti pengaruh merger dan akuisisi dengan membandingkan
pengaruhnya terhadap pengakuisisi dan yang diakuisisi. Disamping itu mengenai
pengaruh merger dan akuisisi terhadap kinerja keuangan dalam jangka panjang,
baik dari rasio-rasio keuangan maupun return saham dengan pertimbangan
bahwa sinergi yang diharapkan terjadi dalam jangka panjang. Dari pertimbangan-
pertimbangan tersebut, maka peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian
dengan judul skripsi: “Analisis Dampak Jangka Panjang Merger dan Akuisisi
3
19. terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Pengakuisisi dan Perusahaan
Diakuisisi di Bursa Efek Jakarta (BEJ)”.
1.2 Rumusan Masalah Penelitian
Mengacu pada latar belakang masalah maka rumusan masalah yang
disampaikan dalam penelitian ini adalah:
a. Bagaimana pengaruh merger dan akuisisi terhadap kinerja keuangan
perusahaan pengakuisisi dalam jangka panjang ?
b. Bagaimana pengaruh merger dan akuisisi terhadap kinerja keuangan
perusahaan diakuisisi dalam jangka panjang ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Mengetahui pengaruh merger dan akuisisi terhadap kinerja keuangan
perusahaan pengakuisisi dalam jangka panjang.
b. Mengetahui pengaruh merger dan akuisisi terhadap kinerja keuangan
perusahaan diakuisisi dalam jangka panjang.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
a. Bagi investor.
4
20. Investor dapat mengetahui pengaruh aksi perusahaan dalam melakukan
merger dan akuisisi terhadap fundamental perusahaan melalui kinerja
keuangan.
b. Bagi manajer.
Sebagai pertimbangan dalam memutuskan merger dan akuisisi sebagai
strategi perusahaan.
1. 5 Sistematika Penulisan.
Pembahasan dalam skripsi ini dibagi menjadi lima bab, yaitu:
Bab 1: Pendahuluan.
Pada bab ini akan diuraikan latar belakang masalah penelitian,
rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan
sistematika penulisan skripsi.
Bab 2: Kajian Pustaka.
Dalam bab ini berisi tentang penjelasan dan pembahasan mengenai
kajian pustaka yang meliputi; teori merger dan akuisisi dengan
kinerja keuangan dan hasil penelitian terdahulu yang kemudian dari
pembahasan tersebut diformulasikan dalam bentuk hipotesis.
Bab 3: Metode Penelitian.
Pada bab ini dibahas tentang metodologi penelitian menjelaskan
populasi dan sampel, data dan sumber data yang dipakai dalam
penelitian, definisi operasional variabel penelitian dan teknik analisis.
5
21. Bab 4: Analisis dan Pembahasan.
Dalam bab ini dikemukakan analisis dan pembahasan hasil penelitian
berupa pengujian statistik dan interpretasi dari data penelitian.
Bab 5: Kesimpulan dan Saran.
Pada bab ini dikemukakan kesimpulan dari seluruh pembahasan dan
disertai dengan saran.
6
22. BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori.
2.1.1 Merger dan Akuisisi
2.1.1.1 Pengertian Merger dan Akuisisi
Merger merupakan salah satu strategi yang diambil perusahaan
untuk mengembangkan dan menumbuhkan perusahaan. Merger berasal
dari kata “mergere” (Latin) yang artinya (1) bergabung bersama, menyatu,
berkombinasi (2) menyebabkan hilangnya identitas karena terserap atau
tertelan sesuatu. Merger didefinisikan sebagai penggabungan dua atau
perusahaan yang kemudian hanya ada satu perusahaan yang tetap hidup
sebagai badan hukum, sementara yang lainnya menghentikan aktivitasnya
atau bubar.
Sementara akuisisi berasal dari kata acquisitio (Latin) dan
acquisition (Inggris), makna harfiah akuisisi adalah membeli atau
mendapatkan sesuatu/obyek untuk ditambahkan pada sesuatu/obyek
yang telah dimiliki sebelumnya. Akuisisi dalam teminologi bisnis
diartikan sebagai pengambilalihan kepemilikan atau pengendalian atas
saham atau aset suatu perusahaan oleh perusaahaan lain, dan dalam
peristiwa baik perusahaan pengambilalih atau yang diambil alih tetap
eksis sebagai badan hukum yang terpisah (Moin,2003).
7
23. 2.1.1.2 Motif Melakukan Merger dan Akuisisi
Pada prinsipnya terdapat dua motif yang mendorong sebuah
perusahaan melakukan merger dan akuisisi yaitu motif ekonomi dan motif
non-ekonomi. Motif ekonomi berkaitan dengan esensi tujuan perusahaan
yaitu meningkatkan nilai perusahaan atau memaksimumkan kemakmuran
pemegang saham. Di sisi lain, motif non ekonomi adalah motif yang
bukan didasarkan pada esensi tujuan perusahaan tersebut, tetapi didasarkan
pada keinginan subyektif atau ambisi pribadi pemilik atau manajemen
perusahaan (Moin, 2003).
1) Motif ekonomi.
Esensi tujuan perusahaan dalam perspektif manajemen keuangan
adalah seberapa besar perusahaan mampu menciptakan nilai (value
creation) bagi perusahaan dan bagi pemegang saham. Merger dan
akuisisi memiliki motif ekonomi yang tujuan jangka panjangnya
adalah untuk mencapai peningkatan nilai tersebut. Oleh karena itu
seluruh aktivitas dan pengambilan keputusan harus diarahkan untuk
mencapai tujuan ini.
Motif strategis juga termasuk motif ekonomi ketika aktivitas merger
dan akuisisi dilakukan untuk mencapai posisi strategis perusahaan agar
memberikan keunggulan kompetitif bagi perusahaan. Biasanya
perusahaan melakukan merger dan akuisisi untuk mendapatkan
economies of scale dan economies of scope.
8
24. 2) Motif sinergi.
Salah satu motivasi atau alasan utama perusahaan melakukan merger
dan akuisisi adalah menciptakan sinergi. Sinergi merupakan nilai
keseluruhan perusahaan setelah merger dan akuisisi yang lebih besar
daripada penjumlahan nilai masing-masing perusahaan sebelum
merger dan akuisisi. Sinergi dihasilkan melalui kombinasi aktivitas
secara simultan dari kekuatan atau lebih elemen-elemen perusahaan
yang bergabung sedemikian rupa sehingga gabungan aktivitas tersebut
menghasilkan efek yang lebih besar dibandingkan dengan penjumlahan
aktivitas-aktivitas perusahaan jika mereka bekerja sendiri.
Pengaruh sinergi bisa timbul dari empat sumber (1) Penghematan
operasi, yang dihasilkan dari skala ekonomis dalam manajemen,
pemasaran, produksi atau distribusi; (2) Penghematan keuangan, yang
meliputi biaya transaksi yang lebih rendah dan evaluasi yang lebih
baik oleh para analisis sekuritas; (3) Perbedaan efisiensi, yang berarti
bahwa manajemen salah satu perusahaan, lebih efisien dan aktiva
perusahaan yang lemah akan lebih produktif setelah merger dan (4)
Peningkatan penguasaaan pasar akibat berkurangnya persaingan
(Brigham, 2001).
3) Motif diversifikasi.
Diversifikasi adalah strategi pemberagaman bisnis yang bisa dilakukan
melalui merger dan akuisisi. Diversifikasi dimaksud untuk mendukung
aktivitas bisnis dan operasi perusahaan untuk mengamankan posisi
9
25. bersaing. Akan tetapi jika melakukan diversifikasi yang semakin jauh
dari bisnis semula, maka perusahaan tidak lagi berada pada koridor
yang mendukung kompetensi inti (core competence). Disamping
memberikan manfaat seperti transfer teknologi dan pengalokasian
modal, diversifikasi juga membawa kerugian yaitu adanya subsidi
silang.
4) Motif non-ekonomi.
Aktivitas merger dan akuisisi terkadang dilakukan bukan untuk
kepentingan ekonomi saja tetapi juga untuk kepentingan yang bersifat
non-ekonomi, seperti prestise dan ambisi. Motif non-ekonomi bisa
berasal dari manajemen perusahaan atau pemilik perusahaan.
a. Hubris hypothesis.
Hipotesis ini menyatakan bahwa merger dan akuisisi dilakukan
karena “ketamakan” dan kepentingan pribadi para eksekutif
perusahaan. Mereka menginginkan ukuran perusahaan yang lebih
besar. Dengan semakin besarnya ukuran perusahaan, semakin besar
pula kompensasi yang mereka terima. Kompensasi yang mereka
terima bukan hanya sekedar materi saja tapi juga berupa pengakuan,
penghargaan dan aktualisasi diri.
b. Ambisi pemilik.
Adanya ambisi dari pemilik perusahaan untuk menguasai berbagai
sektor bisnis. Menjadikan aktivitas merger dan akuisisi sebagai
strategi perusahaan untuk menguasai perusahaan-perusahaan yang
10
26. ada untuk membangun “kerajaan bisnis”. Hal ini biasanya terjadi
dimana pemilik perusahaan memiliki kendali dalam pengambilan
keputusan perusahaan.
2.1.1.3 Keunggulan dan Kelemahan Aktivitas Merger dan Akuisisi.
Alasan mengapa perusahaan melakukan merger adalah ada “manfaat
lebih” yang diperoleh darinya, meskipun asumsi ini tidak semuanya
terbukti. Secara spesifik, keunggulan dan manfaat merger dan akuisisi
antara lain adalah: (Moin, 2003)
1) Mendapatkan cashflow dengan cepat karena produk dan pasar sudah
jelas.
2) Memperoleh kemudahan dana/pembiayaan karena kredititor lebih
percaya dengan perusahaan yang telah berdiri dan mapan.
3) Memperoleh karyawan yang telah berpengalaman.
4) Mendapatkan pelanggan yang telah mapan tanpa harus merintis dari
awal.
5) Memperoleh sistem operasional dan administratif yang mapan.
6) Mengurangi resiko kegagalan bisnis karena tidak harus mencari
konsumen baru.
7) Menghemat waktu untuk memasuki untuk memasuki bisnis baru.
8) Memperoleh infrastruktur untuk mencapai pertumbuhan yang lebih
cepat.
Disamping memiliki keunggulan, merger dan akuisisi juga memiliki
kelemahan sebagai berikut:
11
27. 1) Proses integrasi yang tidak mudah.
2) Kesulitan menentukan nilai perusahaan target secara akurat.
3) Biaya konsultan yang mahal.
4) Meningkatnya kompleksitas birokrasi.
5) Biaya koordinasi yang mahal.
6) Seringkali menurunkan moral organisasi.
7) Tidak menjamin peningkatan nilai perusahaan.
8) Tidak menjamin peningkatan kemakmuran pemegang saham.
2.1.1.4 Tipe-Tipe Merger dan Akuisisi.
Merger dan akuisisi berdasarkan aktivitas ekonomik dapat
diklasifikasikan dalam lima tipe yaitu: (Moin, 2003)
1) Merger horisontal.
Merger horisontal adalah merger antara dua atau lebih perusahaan
yang bergerak dalam industri yang sama.
2) Merger vertikal.
Merger vertikal adalah integrasi yang melibatkan perusahaan-
perusahaan yang bergerak dalam tahapan-tahapan proses produksi
atau operasi.
3) Merger konglomerat.
Merger konglomerat adalah merger dua atau lebih perusahaan yang
masing-masing bergerak dalam industri yang tidak terkait.
12
28. 4) Merger ekstensi pasar.
Merger ekstensi pasar adalah merger yang dilakukan oleh dua atau
lebih perusahaan untuk secara bersama-bersama memperluas area
pasar.
5) Merger ekstensi produk.
Merger ekstensi produk adalah merger yang dilakukan oleh dua atau
perusahaan untuk memperluas lini produk masing-masing
perusahaan.
2.1.1.5 Faktor-Faktor Kegagalan Merger dan Akuisisi.
Keberhasilan atau kegagalan suatu merger dan akuisisi dapat dilihat pada
saat proses perencanaan. Pada saat proses ini biasanya terjadi sudut
pandang yang berbeda-beda antara fungsi organisasi dalam menanggapi
pengambilan keputusan merger dan akuisisi seiring dengan
meningkatnya momentum, selanjutnya terjadi rancunya pengharapan
dimana terjadi perbedaan-perbedaan harapan di pihak manajemen. Dari
proses tersebut dapat memunculkan faktor-faktor yang yang memicu
kegagalan merger dan akuisisi yaitu:
1) Perusahaan target memiliki kesesuaian strategi yang rendah dengan
perusahaan pengambilalih.
2) Hanya mengandalkan analisis strategik yang baik tidaklah cukup
untuk mencapai keberhasilan merger dan akuisisi.
3) Tidak adanya kejelasan mengenai nilai yang tercipta dari setiap
program merger dan akuisisi.
13
29. 4) Pendekatan-pendekatan integrasi yang tidak disesuaikan dengan
perusahaan target yaitu absorbsi, preservasi atau simbiosis.
5) Rencana integrasi yang tidak disesuaikan dengan kondisi lapangan.
6) Tim negosiasi yang berbeda dengan tim implementasi yang akan
menyulitkan proses integrasi.
7) Ketidakpastian, ketakutan dan kegelisahan diantara staf perusahaan
yang tidak ditangani. Untuk itu tim implementasi dari perusahaan
pengambilalih harus menangani masalah tersebut dengan
kewibawaan, simpati dan pengetahuan untuk menumbuhkan
kepercayaan dan komitmen mereka pada proses integrasi.
8) Pihak pengambilalih tidak mengkomunikasikan perencanaan dan
pengharapan mereka terhadap karyawan perusahaan target sehingga
terjadi kegelisahan diantara karyawan.
2.1.1.6 Faktor-Faktor Keberhasilan Merger dan Akuisisi.
Hunt dkk. (1987) mengakhiri penelitian mereka dengan mengidentifikasi
faktor-faktor yang memberikan kontribusi kepada kesuksesan dan
kegagalan akuisisi (Sudarsanam, 1999). Faktor-faktor yang dianggap
memberi kontribusi terhadap keberhasilan merger dan akuisisi yaitu:
1) Melakukan audit sebelum merger dan akuisisi.
2) Perusahaan target dalam keadaan baik.
3) Memiliki pengalaman merger dan akuisisi sebelumnya.
4) Perusahaan target relatif kecil.
5) Melakukan merger dan akuisisi yang bersahabat.
14
30. 2.1.1.7 Pengaruh Merger dan Akuisisi terhadap Kinerja Perusahaan.
Menurut teori keuangan modern, keputusan-keputusan manajemen
ditujukan untuk meningkatkan kemakmuran pemegang saham dan
meningkatkan nilai perusahaan. Dalam hal ini merger dan akuisisi
sebagai bagian dari keputusan manajemen perlu adanya pembuktian
keberhasilannya dalam mencapai tujuan tersebut.
Para peneliti terdahulu sulit menentukan alat ukur yang tepat bagi
pencapaian keberhasilan merger dan akuisisi. Pendekatan secara umum
untuk mengukur peningkatan kemakmuran pemegang saham dilakukan
dengan metode abnormal return, yang mengukur keuntungan perusahaan
selama periode waktu sekitar pengumuman pengambilalihan.
Salah satu model yang paling sering digunakan dalam literatur adalah
model pasar, yaitu hubungan antara return saham individu dengan return
pasar:
Rit = αi + βi . Rmt + εit. (1)
Dimana Rit dan Rmt adl keuntungan selama t (satu hari atau satu bulan)
pada saham perusahaan dan atas indeks harga pasar seperti IHSG yang
mewakili ‘pasar’. α adalah titik pertemuan dan β adalah beta, juga
dianamakan risiko sistematis. εit adalah kesalahan acak yang jika dirata-
rata mendekati nilai nol. Parameter-parameter model, αi dan βi,
diestimasikan dengan meregresikan Rit dan Rmt selama periode estimasi
yang tepat. Parameter-parameter yang telah diestimasi kemudian
15
31. digunakan untuk menghitung pendapatan normal E(Ri) untuk setiap
perusahaan i dan pendapatan abnormal seperti berikut:
AR = Rit – E(Ri) (2)
AR = Rit – { αi + βi . Rmt } (3)
Jika peristiwa pengambilalihan diperkirakan akan memberikan nilai
tambah bagi pemegang saham I, maka AR akan positif. Ia akan menjadi
nol bila pengaruh pengambilan netral. Untuk menguji apakah peristiwa
tersebut memberikan pendapatan positif, uji-uji stastistik dilakukan
dengan sampel yang terdiri dari berbagai pengambilalihan.
Sebagian besar literatur terdahulu menggunakan pendapatan bulanan.
Dengan adanya kemudahan memperoleh harga saham harian, penelitian
selanjutnya cenderung menggunakan data harian. Walaupun dengan
penggunakan data harian lebih akurat dibandingkan data bulanan. Data
bulanan mempunyai konsisitensi yang lebih tinggi dan mendukung
estimasi parameter yang lebih stabil atau dapat diandalkan.
Penggunaan model pasar memiliki beberapa kelemahan, estimasi yang
mengurangi keandalannya. Dua diantaranya adalah transaksi yang terlalu
sedikit dan perbedaan ukuran antara perusahaan-perusahaan sampel dan
wakil dari pasar. Semuanya mendorong pada benchmark yang salah, dan
banyak peneliti telah mencoba menggunakan prosedur-prosedur yang
telah diperbaiki untuk meminimalkan permasalahan. Dua model lain
yang sampai pada taraf tertentu menghilangkan tersebut adalah model
pasar disesuaikan, dimana estimasi parameter dikoreksi untuk transaksi
16
32. kecil, dan model penyesuaikan pasar yang menghindari perlunya
mengestimasi α dan β. Model penyesuaian pasar menggunakan
pendapatan pasar Rm sebagai pendapatan normal dan tidak disesuaikan
dengan resiko.
Bukti empiris dari penelitian-penelitian internasional yang berasal dari
Inggris dan Amerika Serikat. Keduanya sama-sama membuktikan bahwa
dalam jangka pendek, merger dan akuisisi memberikan keuntungan bagi
pemegang saham perusahaan target. Sebaliknya pemegang saham
pengambilalih dirugikan. Hal ini terjadi karena adanya pengalihan
kekayaan pemegang saham pengakuisisi kepada pemegang saham
perusahaan target dan diduga karena manajer pengakuisisi cenderung
membayar lebih atas akuisisi mereka, mereka terlalu tinggi mengestimasi
kapasitas perusahaan target untuk menciptakan nilai akuisisi tersebut.
Dalam kinerja jangka panjang, penelitian Frank dkk. menunjukkan
bahwa keuntungan pemegang saham pengakuisisi dalam jangka panjang
adalah negatif.
Secara teori, setelah merger dan akuisisi ukuran perusahaan dengan
sendirinya bertambah besar karena aset, kewajiban dan ekuitas
perusahaan digabung bersama. Dasar logik dari pengukuran berdasarkan
akuntansi adalah bahwa jika ukuran bertambah besar ditambah dengan
sinergi yang dihasilkan dari gabungan aktivitas-aktivitas yang simultan
maka laba perusahaan juga semakin meningkat. Oleh karena itu kinerja
17
33. pascamerger seharusnya semakin baik dibandingkan dengan sebelum
merger.
Beberapa penelitian mengenai pengaruh merger dan akuisisi terhadap
profitabilitas telah dilakukan. Di Inggris Meeks (1977) dan Kumar (1984)
meneliti pengaruh merger terhadap profitabilitas perusahaan yang
melakukan merger dan membuktikan adanya penurunan profitabilitas
yang signifikan setelah tiga tahun dan lima tahun dengan menggunakan
laba operasi. Sebaliknya Healy (1992) dan Manson (1994) menemukan
bahwa perusahaan-perusahaan yang merger memperoleh peningkatan
signifikan dalam produktivitas aset relatif terhadap imdustri dengan
penggunaan cash flow.
Penelitian mengenai pengaruh merger dan akuisisi terhadap kinerja
manajemen juga telah dilakukan. Newbould (1970) melakukan penelitian
yang melibatkan manajer 38 perusahaan publik yang melakukan merger
tahun 1976-1986. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa setelah dua
tahun dan lima tahun, 21 perusahaan tidak memperoleh keuntungan
dalam bentuk apapun juga. Cooper dan Lybran (1992) meneliti
pengalaman akuisisi perusahaan-perusahaan Inggris dan menunjukkan 54
persen dari akuisisi tersebut sebagai kegagalan.
2.1.2 Analisis Kinerja Keuangan.
2.1.2.1 Pengertian Kinerja Keuangan.
Pengertian kinerja berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001).
Kinerja diartikan sebagai “sesuatu yang dicapai, prestasi yang
18
34. diperlihatkan, kemampuan kerja (tentang peralatan). Berdasarkan
pengertian tersebut kinerja keuangan didefinisikan sebagai prestasi
manajemen, dalam hal ini manajemen keuangan dalam mencapai tujuan
perusahaan yaitu menghasilkan keuntungan dan meningkatkan nilai
perusahaan. Analisis kinerja keuangan dalam penelitian ini bertujuan
untuk menilai implementasi strategi perusahaan dalam hal merger dan
akuisisi.
2.1.2.2 Metode Analisis Kinerja Keuangan dengan Rasio Keuangan.
Analisis rasio keuangan merupakan metode umum yang digunakan untuk
mengukur kinerja perusahaan di bidang keuangan. Rasio merupakan alat
yang memperbandingkan suatu hal dengan hal lainnya sehingga dapat
menunjukkan hubungan atau korelasi dari suatu laporan finansial berupa
neraca dan laporan laba rugi. Adapun jenis rasio yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
1) Rasio Likuiditas.
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban finansial yang jatuh tempo dalam jangka pendek. Ukuran
likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
a. Current ratio.
Current ratio dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan
kewajiban lancar. Rasio ini menunjukkan besarnya aktiva yang
diharapkan akan dikonversi menjadi kas dalam jangka pendek untuk
menutup kewajiban lancar. Rasio yang rendah menunjukkan
19
35. kurangnya modal untuk membayar hutang. Namun rasio yang tinggi
tidak selalu berarti perusahaan sedang dalam keadaan yang baik. Hal
tersebut dapat berarti bahwa kas tidak digunakan sebaik mungkin.
Perhitungan current ratio dapat dirumuskan sebagai berikut:
Current asset
Current ratio =
Current liabilitie s
b. Quick ratio.
Quick ratio dihitung dengan mengurang persediaan dari aktiva
lancar dan sisanya dibagi dengan kewajiban lancar. Persediaan
dihilangkan karena dianggap aktiva yang sulit dikonversi menjadi
kas dengan cepat. Perhitungan quick ratio dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Current asset − inventory
Quick ratio =
Current liabilitie s
2) Rasio Aktivitas.
Rasio aktivitas dihitung dari perbandingan antara tingkat penjualan
dengan berbagai elemen aktiva. Rasio ini mengukur seberapa efektif
perusahaan mengelola aktivanya. Rasio aktivitas yang digunakan
dalam penelitian ini, yaitu:
a. Fixed asset turn over.
Fixed asset turn over mengukur seberapa efektif perusahaan
menggunakan aktiva tetapnya. Semakin rendah fixed asset turn over,
berarti penggunaan aktiva tetapnya semakin kurang efisien. Untuk
20
36. mengukur besarnya fixed asset turn over dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
Sales
Fixed asset turn over =
Net fixed asset
b. Total asset turn over.
Total asset turn over mengukur perputaran semua aktiva. Dengan
kata lain, rasio ini mengukur efektifitas perusahaan dalam
penggunaan total aktiva. Semakin tinggi rasio berarti semakin baik
manajemen dalam mengelola aktivanya, sedangkan semakin rendah
rasio menunjukkan buruknya kinerja manajemen dalam mengelola
aktivanya. Untuk menghitung total asset turn over digunakan rumus
sebagai berikut:
Sales
Total asset turn over =
Total asset
3) Rasio Leverage.
Rasio leverage dihitung dari perbandingan hutang dengan total aktiva
dan modal sendiri perusahaan. Rasio ini menyangkut jaminan, yang
mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar hutang bila pada
suatu saat perusahaan dilikuidasi atau dibubarkan. Dengan kata lain
rasio ini mengukur seberapa besar perusahaan menggunakan dana dari
pihak luar atau kreditor.
21
37. a. Debt to total asset ratio.
Debt to total asset ratio mengukur seberapa besar seluruh hutang
dijamin oleh seluruh aktiva perusahaan. Kreditur lebih menyukai
rasio yang rendah karena semakin rendah rasio ini, maka semakin
besar perlindungan terhadap kerugian kreditur dalam peristiwa
likuidasi. Namun, di sisi lain pemilik saham lebih menyukai rasio
yang tinggi karena dapat meningkatkan laba yang diharapkan. Untuk
mengukur besarnya debt to total asset dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
Total liabilities
Debt to total asset ratio =
Total asset
b. Debt to equity ratio.
Rasio ini merupakan imbangan antara hutang dengan modal sendiri.
Semakin tinggi rasio ini berarti modal sendiri semakin sedikit
dibanding dengan hutangnya. Bagi perusahaan ukuran hutang
sebaiknya tidak melebihi dari modal sendiri karena resiko menjadi
tinggi apabila terjadi likuidasi dan perusahaan akan kesulitan untuk
membayar hutang. Perhitungan debt to equity ratio dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Total liabilities
Debt to total equity ratio =
Owner's equity
22
38. 4) Rasio Profitabilitas.
Rasio profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba. Rasio ini membantu perusahaan dalam mengontrol
penerimaannya rasio-rasio profitabilitas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
a. Operating profit margin.
Operating profit margin mengukur berapa laba usaha yang
dihasilkan dari penjualan atau pendapatan. Semakin rendah rasio ini,
semakin kurang baik karena biaya-biaya operasi naik. Kemungkinan
hal ini terjadi karena ada pemborosan. Perhitungan operating profit
margin dapat dirumuskan sebagai berikut:
Operating profit
Operating profit margin =
Sales
b. Net profit margin.
Net profit margin mengukur seberapa banyak laba bersih setelah
pajak dan bunga yang dapat dihasilkan dari penjualan atau
pendapatan. Rasio yang rendah bisa disebabkan karena penjualan
turun lebih besar dari turunnya ongkos, dan sebaliknya. Setiap
perusahaan berkepentingan terhadap profit margin yang tinggi.
Untuk menghitung net profit margin digunakan rumus sebagai
berikut:
Net profit
Net profit margin =
Sales
23
39. c. Return On Investment.
Return On Investment mengukur keuntungan yang dihasilkan dari
seluruh aktiva yang dimiliki perusahaan. Rasio yang rendah
menunjukkan kinerja yang buruk atas pemanfaatan aktiva yang
buruk oleh manajemen, sedangkan rasio tinggi menunjukkan kinerja
atas penggunaan aktiva yang baik. Untuk menghitung Return On
Investment digunakan rumus sebagai berikut:
Net profit
Return on investment =
Total asset
d. Return On Equity.
Return On Equity mengukur seberapa banyak laba bersih yang dapat
dihasilkan dari investasi para pemegang saham dalam perusahaan.
Rasio yang rendah dapat diartikan bahwa manajemen kurang efisien
dalam penggunaan modal, sedangkan rasio yang tinggi dapat
menunjukkan bahwa sebagian besar modal diperoleh dari pinjaman
atau manajemen sangat efisien. Untuk menghitung Return On
Equity digunakan rumus sebagai berikut;
Net profit
Return on equity =
Owner ' s equity
2.1.2.3 Metode Analisis Kinerja Keuangan dengan Return Saham.
Penelitian terhadap return saham digunakan untuk mengukur kinerja
keuangan perusahaan, dengan pertimbangan bahwa harga saham
merupakan cerminan dari nilai perusahaan.
24
40. Return saham merupakan keuntungan atau hasil dari suatu investasi
saham. Return saham dapat dibedakan menjadi dua yaitu return
sesungguhnya (realized return) dan return yang diharapkan atau return
ekspektasi. Return sesungguhnya merupakan return yang sudah terjadi
yang dihitung dari selisih harga sekarang relatif terhadap harga
sebelumnya. Sedang return ekspektasi adalah return yang diharapkan akan
diperoleh oleh investor di masa yang akan datang.
Abnormal return merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya
terjadi terhadap return nomal. Return normal merupakan return ekspektasi
(return yang diharapkan oleh investor). Dengan demikian return tidak
normal (abnormal return) adalah selisih antara return sesungguhnya
terjadi dengan return ekspektasi.
Return ekspektasi merupakan return yang harus diestimasi. Untuk
mengestimasi return ekspektasi dapat digunkan tiga model yaitu:
1) Mean-Adjusted model.
Model disesuaikan rata-rata (mean–adjusted model) ini menganggap
bahwa return ekspektasinya bernilai konstan yang sama dengan rata-
rata realisasi sebelumnya selama periode estimasi (estimation period),
yang dirumuskan sebagai berikut:
∑ ⎡ R .i.j ⎤
E [R .i.t ] =
⎢
⎣ ⎥
⎦
T
E [R.i.t] = return ekspektasi sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t.
∑ R.i.j = return realisasi sekuritas pada periode estimasi ke-j.
25
41. T = lamanya periode estimasi.
2) Market Model.
Perhitungan return ekspektasi dengan model model pasar (market
model) dilakukan dengan dua tahap, yaitu (1) membentuk model
ekspektasi dengan menggunakan data realisasi selama periode estimasi
dan (2) menggunakan model ekspektasi ini untuk mengestimasi return
ekspektasi di periode jendela. Model ekspektasi dapat dibentuk
menggunakan teknik regresi OLS (Ordinary Least Square) dengan
persamaan:
R.i.j = αi + βi . RMj + εij.
R.i.j = return realisasi sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j.
αi = intercept untuk sekuritas ke-i.
βi = koefisien slope yang merupakan Beta dari sekuritas ke-i.
RMj = return indeks pasar pada periode estimasi ke-j.
εij = kesalahan residu sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j.
3) Market-Adjusted Model.
Model disesuaikan-pasar (market-adjusted model) menganggap bahwa
penduga yang terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah
return indeks pasar pada saat tersebut. Dengan menggunakan model
ini, maka tidak perlu menggunakan periode estimasi untuk membentuk
model estimasi, karena return sekuritas yang diestimasi adalah sama
dengan return indeks pasar.
26
42. Abnormal return untuk masing-masing sekuritas dengan model ini
dapat dihitung dengan mengurangkan return yang terjadi untuk
masing-masing sekuritas dengan return indeks pasar pada periode yang
sama. Model ini pada dasarnya hampir sama dengan model pasar
(market model), perbedaannya pada model penyesuaian pasar
menganggap α=0 dan β=1 untuk semua sekuritas. Penggunaan model
ini didasarkan pertimbangan bahwa pasar modal Indonesia masih
dalam tahap perkembangan (emerging market).
2.2 Hasil Penelitian Terdahulu.
Beberapa penelitian di Indonesia mengenai pengaruh merger dan akuisisi
terhadap kinerja keuangan diantaranya adalah yang dilakukan Payamta dan
Setiawan (2004) meneliti pengaruh merger dan akuisisi kinerja keuangan
perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi tahun 1990-1996. Dari rasio-
rasio keuangan yang terdiri rasio likuiditas, solvabilitas, aktivitas, dan
profitabilitas hanya rasio Total Asset Turnover, Fixed Asset Turnover, Return On
Investment, Return On Equity, Net Profit Margin, Operating Profit Margin, Total
Asset to Debt, Net Worth to Debt yang mengalami penurunan signifikan setelah
merger dan akuisisi. Sedangkan rasio lainnya tidak mengalami perubahan
signifikan.
Dari sisi abnormal return menunjukkan sebelum merger dan akuisisi
positif, namun setelah pengumuman merger dan akuisisi justru negatif. Penelitian
ini menyimpulkan kinerja keuangan dari sisi rasio keuangan, merger dan akuisisi
27
43. tidak menimbulkan sinergi bagi perusahaan melakukan dengan kata lain, motif
ekonomis bukanlah motif utama perusahaan melakukan merger dan akuisisi.
Sedangkan dari sisi kinerja saham mengalami penurunan setelah pengumuman
merger dan akuisisi dimana investor menganggap merger dan akusisisi yang
dilakukan tidak menimbulkan sinergi bagi perusahaan, bahkan menjadi reserve
sinergy.
Widjanarko (2006) meneliti perusahaan yang melakukan merger dan
akuisisi pada tahun 1998-2002. Hasilnya menunjukkan tidak ada perbedaan
signifikan pada kinerja keuangan berdasarkan rasio profitabilitas dan leverage.
Penelitian ini menyimpulkan penyebab kemungkinan tidak signifikan karena cara
merger dan akuisisi dan pemilihan perusahaan target yang salah.
Wibowo dan Pakereng (2001) meneliti pengaruh merger dan akuisisi
terhadap return saham pada perusahaan akuisitor dan non akuisitor pada tahun
1991-1997 menunjukkan hasil bahwa baik perusahaan akuisitor maupun non
akuisitor sama-sama memperoleh abnormal return yang negatif di seputar
pengumuman merger dan akuisisi. Penelitian ini menyimpulkan adanya abnormal
return yang signifikan saat pengumuman merger dan akuisisi oleh akuisitor
mengakibatkan abnormal return bagi saham non akuisitor atau terjadi transfer
informasi.
Sutrisno dan Sumarsih (2004) meneliti pengaruh merger dan akuisisi
terhadap return saham dalam jangka panjang. Hasilnya menunjukkan merger dan
akuisisi memiliki dampak terhadap return saham, dimana return saham dapat
bernilai positif atau negatif walaupun tidak signifikan secara statistik.
28
44. 2.3 Formulasi Hipotesis
Atas dasar pertimbangan dari teori pengaruh merger dan akuisisi terhadap
kinerja keuangan dimana setelah merger dan akuisisi ukuran perusahaan dengan
sendirinya bertambah besar karena aset, kewajiban, dan ekuitas perusahaan
digabung bersama. Dasar logik dari pengukuran berdasarkan akuntansi adalah
bahwa jika ukuran bertambah besar ditambah dengan sinergi yang dihasilkan dari
gabungan aktivitas-aktivitas yang simultan maka laba perusahaan juga semakin
meningkat. Oleh karena itu kinerja pasca merger dan akuisisi seharusnya semakin
baik dibandingkan dengan sebelum merger dan akuisisi. Dengan pertimbangan
tersebut penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai berikut:
1. Tingkat kinerja keuangan dalam jangka panjang perusahaan pengakuisisi
mengalami peningkatan pada masa sesudah merger dan akuisisi.
2. Tingkat kinerja keuangan dalam jangka panjang perusahaan diakuisisi
mengalami peningkatan pada masa sesudah merger dan akuisisi.
29
45. BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan publik yang
terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan rentang waktu antara tahun 2000-
2004. Sampel dibedakan menjadi dua yaitu perusahaan pengakuisisi dan
perusahaan diakuisisi. Sampel perusahaan pengakuisisi dipilih berdasarkan
kriteria-kriteria sebagai berikut:
1) Perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi selama periode tahun
2000-2004 yang telah terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ).
2) Melakukan satu kali aktivitas merger dan akuisisi dan memiliki pasangan
perusahaan target maksimal satu perusahaan.
Untuk sampel perusahaan diakuisisi dipilih berdasarkan kriteria sebagai
berikut:
1) Perusahaan mengalami peralihan kepemilikan berupa perpindahan
kepemilikan saham lebih dari 50 persen saham (diakuisisi) oleh
perusahaan lain.
2) Memiliki keterangan waktu yang jelas mengenai kapan perusahaan
tersebut diakuisisi.
Selain kriteria diatas perusahaan sampel juga memiliki data laporan
keuangan dan harga saham untuk masa satu tahun sebelum hingga dua tahun
sesudah merger dan akuisisi dan bukan jenis industri perbankan dan keuangan
30
46. lainnya dengan alasan metode untuk menilai kinerja keuangan industri jenis
perbankan dan keuangan lainnya harus menggunakan metode lain. Berdasarkan
kriteria-kriteria tersebut, akhirnya diperoleh 14 perusahaan pengakuisisi dan 12
perusahaan diakuisisi sebagai sampel penelitian ini.
Tabel 3.1
Daftar perusahaan pengakuisisi tahun 2000-2004
No. Kode Perusahaan Pengakuisisi Mengakuisisi Bulan efektif/
saham pengumuman
1. DYNA PT. Dynaplast. PT Sanpak Unggul. Januari 2000
2. BGMT PT. Siloam Health Care. PT Baligraha Medikatama Maret 2000
3. ETWA PT. Eterindo Wahanatama PT. Surya Malindo Maret 2000
Medikatama.
4. SMAR PT. Smart PT. Inti Gerak Maju. November
2000
5. TLKM PT. Telkom PT. Multimedia Nusantara Desember
2000
6. BASS PT. Bahtera Adimina PT. Intergalaxy Delta Mei 2001
Samudra Fisheries.
7. INDF PT. Indofood Sukses PT. Asia Food Property. Mei 2001
Makmur
8. SIMM PT. Surya Intrindo PT. Aglo Sama Permata Mei 2001
Makmur. Motor.
9. STTP PT. Siantar Top. PT. Saritama Tunggal Agustus 2001
10. GGRM PT. Gudang Garam. PT. Karyadibya Mahardika Maret 2002
11. SRSN PT. Sarasa Nugraha PT. Sarasa Mitratama. Mei 2002
12. AALI PT. Astra Agro Lestari PT. Sinar Tabiora Oktober 2002
13. UNVR PT. Unilever Indonesia. PT Knorr Indonesia. Juli 2004
14. MLPL PT. Multipolar PT. Matahari Putra Prima. Oktober 2004
Corporation.
31
47. Tabel 3.2
Daftar perusahaan diakuisisi tahun 2000-2004
No. Kode Perusahaan Diakuisisi Diakuisisi Oleh Bulan efektif/
saham pengumuman
1. AQUA PT. Aqua Golden Missippi. Danone. April 2000
2. INTP PT. Indocement Tunggal Heidelberger Zement AG. April 2001
Perkasa.
3. SMBC PT. Holcim Indonesia Holcim Ltd. November
(Semen Cibinong) 2001
4. DVLA PT. Darya Varya Far East Drug Co. Ltd. Desember
Laboratories. 2001
5. SKLT PT. Sekar Laut. BNP Paribas. Juni 2002
6. ALFA PT. Alfa Retailindo. PT. Sigmantara Alfindo. Agustus 2002
7. SULI PT. Sumalindo Lestari Jaya PT. Sumber Graha Agustus 2002
Sejahtera.
8. ISAT PT. Indosat. STT Telemedia. Januari 2003
9. PICO PT. Pelangi Indah Canindo. Hammond Holding Ltd. Juni 2004
10. ADES PT. Ades Waters Indonesia Water Partners Bottling Juli 2004
11. MPPA PT. Matahari Putra Prima. PT. Multipolar Oktober 2004
Corporation.
12. SDPC PT. Millenium Pharmacon Esteem Interpoint Sdn Desember
International. Bhd 2004
Sumber: BEJ, Indonesian Capital Market Directory
3.2 Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Sumber
data Laporan Keuangan dan harga saham perusahaan sampel berasal dari buku
Indonesian Market Directory dan Database Pojok BEJ Fakultas Ekonomi
32
48. Universitas Islam Indonesia. Sumber data lainnya berasal dari sumber bacaan
seperti buku-buku, jurnal, dan data dari internet.
3.3 Definisi Operasional Variabel Penelitian.
Kinerja keuangan didefinisikan sebagai prestasi manajemen dalam hal ini
manajemen keuangan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu menghasilkan
keuntungan dan meningkatkan nilai perusahaan. Rasio keuangan dan return saham
merupakan variabel yang diteliti dalam penelitian ini sebagai cerminan kinerja
keuangan perusahaan.
1) Rasio keuangan.
Rasio keuangan merupakan alat yang menunjukkan hubungan atau
korelasi dari suatu laporan keuangan berupa neraca dan laporan rugi laba.
Dalam penelitian ini, rasio keuangan yang digunakan meliputi rasio
berikut ini:
a. Rasio likuiditas, meliputi: current ratio dan quick ratio.
b. Rasio aktivitas, meliputi: fixed asset turnover, dan total asset turnover.
c. Rasio leverage, meliputi: debt to total asset dan debt to equity ratio.
d. Rasio profitabilitas, meliputi: operating profit, net profit margin,
return on investment dan return on equity.
2) Return saham.
Return saham merupakan keuntungan atau hasil dari investasi saham.
Penilaian return saham diukur dari abnormal return yang merupakan
selisih return sesungguhnya (realized return) dengan return yang
33
49. diharapkan (expected return). Abnormal return dihitung dengan
menggunakan model pasar disesuaikan (market-adjusted model).
3.4 Alat Analisis.
1) Alat analisis pada rasio keuangan.
a. Rasio likuiditas.
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban finansial yang jatuh tempo dalam jangka pendek.
Current asset
Current ratio =
- Current liabilities
Current asset − inventory
Quick ratio =
- Current liabilitie s
b. Rasio Aktivitas.
Rasio aktivitas mengukur seberapa efektif perusahaan mengelola
aktivanya.
Sales
Fixed asset turn over =
- Net fixed asset
Sales
Total asset turn over =
- Total asset
c. Rasio Leverage.
Rasio leverage mengukur seberapa besar perusahaan menggunakan
dana dari pihak luar atau kreditor.
Total liabilitie s
Debt to total asset ratio =
- Total asset
34
50. Sales
Total asset turn over =
- Total asset
d. Rasio Profitabilitas.
Rasio profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba.
Operating profit
Operating profit margin =
- Sales
Net profit
Net profit margin =
- Sales
Net profit
Return on investment =
- Total asset
Net profit
Return on equity =
- Owner ' s equity
2) Alat analisis return saham.
Untuk menghitung return saham diperlukan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Informasi harga saham akan digunakan untuk menghitung return
saham (Rit) aktual yang dirumuskan sebagai berikut:
Rit = Pit Pit it −1
−P
(1)
Keterangan:
Rit = return saham i pada bulan t.
Pit = harga saham i pada bulan t.
35
51. Pit-1 = harga saham i pada bulan t-1.
b. Menghitung return pasar dg rumus:
IHSG - IHSGt - 1
Rmt = (2)
IHSGt - 1
Keterangan:
Rmt = return pasar.
IHSGt = indeks harga saham gabungan pada bulan ke t.
IHSGt-1 = indeks harga saham gabungan pada bulan ke t-1.
c. Menghitung abnormal return selama periode pengamatan dengan
rumus.
AR it = R it - R mt (3)
Keterangan:
ARit = abnormal return saham i pada bulan t.
Rit = actual return untuk saham i pada bulan t.
Rmt = return pasar pada bulan t-1
d. Menghitung rata-rata abnormal return (AAR) saham pada bulan ke-t.
n
∑ ARit
AARnt = i=t
(4)
n
keterangan :
AARnt = rata-rata abnormal return saham pada bulan ke-t.
n = jumlah seluruh saham perusahaan yang diteliti.
36
52. 3.5 Teknik Analisis Data.
Teknik analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Analisis deskriptif.
Analisis deskriptif merupakan analisis dengan merinci dan menjelaskan
secara panjang lebar keterkaitan data penelitian yang biasanya tercantum
dalam bentuk tabel dan analisis didasarkan pada data di tabel tersebut.
Data penelitian tersebut adalah olahan data perhitungan rasio keuangan
dan return saham.
2) Analisis statistika.
Analisis statistika merupakan analisis yang dilakukan dengan
menggunakan teknik statistik. Teknik ini dipergunakan untuk
membuktikan hipotesis penelitian yang diajukan sebelumnya.
37
53. BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini diuraikan hasil penelitian berupa olahan data mengenai
perbedaan rasio keuangan untuk periode satu tahun sebelum dengan satu tahun
sesudah merger dan akuisisi dan satu tahun sebelum dengan dua tahun sesudah
merger dan akuisisi. Rasio keuangan ini terdiri dari: rasio likuiditas, rasio
aktivitas, rasio leverage dan rasio profitabilitas. Disamping itu, terdapat pengujian
terhadap perbedaan abnormal return satu tahun sebelum hingga dua tahun
sesudah merger dan akuisisi.
4.1 Analisis Rasio Likuiditas.
Rasio likuiditas mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban finansial yang jatuh tempo dalam jangka pendek. Pembahasan analisis
rasio likuiditas dimulai dengan analisis deskriptif yang didasarkan pada data
statistik rasio-rasio likuiditas perusahaan pengakuisisi dan perusahaan diakuisisi.
Dilanjutkan analisis uji signifikansi untuk mengetahui apakah ada perbedaan
secara signifikan antara rasio-rasio likuiditas pada masa sebelum dengan sesudah
merger dan akuisisi.
Berdasarkan perhitungan masing-masing rasio, pada tiap-tiap rasio
berikut ini disajikan data stastistik yang memuat nilai minimum, maksimum, rata-
rata, standar deviasi, standar error mean dan pengujian statistik paired t-test untuk
uji signifikansi.
38
54. 4.1.1 Current Ratio.
Current ratio menunjukkan besarnya aktiva yang diharapkan akan
dikonversi menjadi kas dalam jangka pendek untuk menutup kewajiban
lancar.
1) Perusahaan pengakuisisi.
Tabel 4.1
Current Ratio Perusahaan Pengakuisisi
N Minimum Maximum Mean Std. Std. Error
Deviation Mean
CR_1thn sbl 14 0,5195 4,5569 1,579364 1,0117428 0,2703996
CR_1thn ssd 14 0,1964 2,7078 1,350329 0,7548499 0,2017421
CR_ 2 thn ssd 14 0,4296 6,1640 1,480971 1,4125837 0,3775289
Tabel 4.2
Uji Paired Sample T-Test: Current Ratio Perusahaan Pengakuisisi
Paired Samples Test
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Error Difference
Mean td. Deviatio Mean Lower Upper t df ig. (2-tailed
Pair 1CR_1sbl - CR_
290357 1,0430946 787788 732292 313006 ,822 13 ,426
Pair 2CR_1sbl - CR_
983929 1,9928534 326125 1,05225 490322 ,185 13 ,856
Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa current ratio terendah terjadi pada
satu tahun sesudah merger dan akuisisi yaitu 0,1964 dan current ratio
tertinggi terjadi pada dua tahun sesudah merger dan akuisisi yaitu
6,1640. Rata-rata curent ratio pada satu tahun sesudah merger dan
39
55. akuisisi adalah 1,350329 menurun 0,229035 dibanding satu tahun
sebelum merger dan akuisisi. Rata-rata curent ratio pada dua tahun
sesudah merger dan akuisisi adalah 1,480971 mengalami kenaikan
0,130642 dibanding satu tahun sebelumnya.
Berdasarkan hasil uji signifikansi pada tabel 4.2 current ratio
menunjukkkan ‘Sig’ satu = 0,426 dan ‘Sig’ dua = 0,856 (lebih besar
dari 0,05). Dari pengujian tersebut disimpulkan bahwa secara
signifikansi tidak ada perbedaan rata-rata current ratio satu tahun
sebelum dengan satu tahun sesudah dan satu tahun sebelum dengan
dua tahun sesudah.
2) Perusahaan diakuisisi.
Tabel 4.3
Current Ratio Perusahaan Diakuisisi
N Minimum Maximum Mean Std. Std. Error
Deviation Mean
CR_1thn sbl 12 0,0408 3,4314 1,013158 0,9297739 0,2684026
CR_1thn ssd 12 0,1594 2,9045 1,281133 0,8938708 0,2580383
CR_ 2 thn ssd 12 0,2495 3,0160 1,584900 0,8114162 0,2342357
40
56. Tabel 4.4
Uji Paired Sample T-Test: Current Ratio Perusahaan Diakuisisi
Paired Samples Test
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Error Difference
Mean td. Deviatio Mean Lower Upper t df ig. (2-tailed
Pair 1CR_1sbl - CR_
679750 ,7746867 236328 601874 242374 -1,198 11 ,256
Pair 2CR_1sbl - CR_
717417 1,1697578 376800 1,31497 714870 -1,693 11 ,119
Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa current ratio terendah terjadi pada
satu tahun sebelum merger dan akuisisi yaitu 0,0408 dan current ratio
tertinggi terjadi pada satu tahun sebelum merger dan akuisisi yaitu
3,4314. Rata-rata curent ratio pada satu tahun sesudah merger dan
akuisisi adalah 1,281133 meningkat 0,267975 dibanding satu tahun
sebelum merger dan akuisisi. Rata-rata curent ratio pada dua tahun
sesudah merger dan akuisisi adalah 1,584900 meningkat 0,303767
dibanding satu tahun sebelumnya.
Berdasarkan uji signifikansi current ratio menunjukkkan ‘Sig’ satu =
0,256 dan ‘Sig’ dua = 0,119 (lebih besar dari 0,05). Dari pengujian
diatas disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata current ratio
secara signifikan satu tahun sebelum dengan satu tahun sesudah
merger dan akuisisi dan satu tahun sebelum dengan dua tahun sesudah
merger dan akuisisi.
41
57. 4.1.2 Quick Ratio.
Quick ratio dihitung dengan mengurang persediaan dari aktiva lancar dan
sisanya dibagi dengan kewajiban lancar.
1) Perusahaan pengakuisisi.
Tabel 4.5
Quick Ratio Perusahaan Pengakuisisi
N Minimum Maximum Mean Std. Std. Error
Deviation Mean
QR_1thn sbl 14 0,3104 2,5197 1,126236 0,6924589 0,1850674
QR_1thn ssd 14 0,1480 2,5454 0,876186 0,7205070 0,1925636
QR_ 2 thn ssd 14 0,3265 5,4370 1,070357 1,2925781 0,3454560
Tabel 4.6
Uji Paired Sample T-Test: Quick Ratio Perusahaan Pengakuisisi
Paired Samples Test
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Error Difference
Mean td. Deviatio Mean Lower Upper t df ig. (2-tailed
Pair 1 QR_1sbl - QR_500500 ,9767478 610468 139074 140074 ,958 13 ,356
Pair 2 QR_1sbl - QR_558786 1,6521339 415514 980352 097923 ,127 13 ,901
Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa quick ratio terendah terjadi satu
tahun sesudah merger dan akuisisi yaitu 0,1480 dan tertinggi terjadi
pada dua tahun sesudah merger dan akuisisi yaitu 5, 4370. Rata-rata
quick ratio pada satu tahun sesudah merger dan akuisisi 0,876186
42
58. mengalami penurunan 0,25005 dibanding satu tahun sebelum merger
dan akuisisi. Rata-rata pada tahun kedua sesudah merger dan akuisisi
mengalami sedikit kenaikan 0,194189 menjadi 1,070357.
Hasil uji signifikansi quick ratio menunjukkkan ‘Sig’ satu = 0,356 dan
‘Sig’ dua = 0,901 (lebih besar dari 0,05). Dari pengujian tersebut
membuktikan secara signifikan tidak ada perbedaan rata-rata quick
ratio satu tahun sebelum dengan satu tahun sesudah dan satu tahun
sebelum dengan dua tahun sesudah merger dan akuisisi.
2) Perusahaan diakuisisi.
Tabel 4.7
Quick Ratio Perusahaan Diakuisisi
N Minimum Maximum Mean Std. Std. Error
Deviation Mean
QR_1thn sbl 12 0,0211 1,9382 0,656708 0,6237476 0,1800604
QR_1thn ssd 12 0,0546 1,6485 0,796925 0,5899283 0,1702976
QR_ 2 thn ssd 12 0,1730 2,4918 1,056992 0,7388438 0,2132858
43
59. Tabel 4.8
Uji Paired Sample T-Test: Quick Ratio Perusahaan Diakuisisi
Paired Samples Test
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Error Difference
Mean td. Deviation Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed
Pair 1 QR_1sbl - QR_ 402167 ,5736355 65594350468732242539 -,847 11 ,415
Pair 2 QR_1sbl - QR_
4002833 ,929796726840929910480 904813 -1,491 11 ,164
Dari tabel 4.7 dapat dilihat bahwa quick ratio terendah terjadi pada satu
tahun sebelum merger dan akuisisi yaitu 0,0211 dan quick ratio
tertinggi terjadi pada dua tahun sesudah merger dan akuisisi yaitu
2,4918. Rata-rata quick ratio pada satu tahun sesudah merger dan
akuisisi adalah 0,796925 meningkat 0,140217 dibanding satu tahun
sebelum merger dan akuisisi. Rata-rata quick ratio pada dua tahun
sesudah merger dan akuisisi adalah 1,056992 mengalami peningkatan
kembali sebesar 0,260067 dibanding satu tahun sebelumnya.
Dilihat dari hasil uji signifikansi quick ratio menunjukkkan ‘Sig’ satu =
0,356 dan ‘Sig’ dua = 0,901 (lebih besar dari 0,05). Dari pengujian
diatas disimpulkan tidak ada perbedaan rata-rata quick ratio satu tahun
sebelum dengan satu tahun sesudah dan satu tahun sebelum dengan dua
tahun sesudah.
4.1.3 Hasil Analisis Rasio Likuiditas.
Pada perusahaan pengakuisisi rasio-rasio likuiditas mengalami penurunan
pada tahun pertama setelah merger dan akuisisi dan pada tahun kedua
44
60. setelah merger dan akuisisi ada sedikit peningkatan pada rasio-rasio
likuiditas. Hal ini diduga karena likuiditas perusahaan-perusahaan
pengakuisisi mengalami penurunan dengan adanya merger dan akuisisi dan
pada tahun kedua mengalami peningkatan dimana perusahaan-perusahaan
pengakuisisi mulai bisa menyesuaikan dengan merger dan akuisisi yang
dijalankan. Hal tersebut berbeda dengan perusahaan-perusahaan yang
diakuisisi yang mengalami peningkatan pada masa sesudah merger dan
akuisisi pada tahun pertama dan tahun kedua, diduga merger dan akuisisi
meningkatkan likuiditas perusahaan yang diakuisisi.
Sementara berdasarkan hasil pengujian current ratio dan quick ratio
disimpulkan bahwa merger dan akuisisi tidak memiliki pengaruh secara
signifikan terhadap likuiditas perusahaan. Hasil ini berbeda dengan
hipotesis yang diajukan sebelumnya dan hasil penelitian sama dengan
penelitian Payamta dan Setiawan (2004) diduga karena sinergi yang
diharapkan tidak tercapai dalam melakukan merger dan akuisisi.
4.2 Analisis Rasio Aktivitas.
Rasio aktivitas mengukur seberapa efektif perusahaan mengelola
aktivanya. Analisis rasio aktivitas dimulai dengan analisis deskriptif masing-
masing rasio pada perusahaan pengakuisisi dan perusahaan diakuisisi. Dilanjutkan
analisis uji signifikansi untuk mengetahui apakah ada perbedaan secara signifikan
atau tidak antara rasio-rasio aktivitas sebelum dengan sesudah merger dan
akuisisi.
45
61. Berikut ini disajikan data statistik tiap-tiap rasio yang didasarkan
perhitungan masing-masing rasio yang memuat nilai minimum, maksimum, rata-
rata, standar deviasi, standar error mean dan pengujian statistik paired t-test untuk
uji signifikansi.
4.2.1 Fixed asset turn over.
Fixed asset turn over mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan
aktiva tetapnya.
1) Perusahaan pengakuisisi.
Tabel 4.9
Fixed asset turn over Perusahaan Pengakuisisi
N Minimum Maximum Mean Std. Std. Error
Deviation Mean
FAT_1thn sbl 14 0,3782 12,3480 4,732400 4,5029985 1,2034770
FAT_1thn ssd 14 0,4766 35,6298 4,976350 8,9847316 2,4012705
FAT_ 2 thn ssd 14 0,4355 56,3689 6,503786 14,4475954 3,8612823
Tabel 4.10
Uji Paired Sample T-Test: Fixed asset turn over Perusahaan Pengakuisisi
Paired Samples Test
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Error Difference
Mean td. Deviatio Mean Lower Upper t df ig. (2-tailed
Pair 1FAT_1sbl - FAT439500 7,2153126 283734 4,40995 220474 -,127 13 ,901
Pair 2FAT_1sbl - FAT
1,77139 2,4970996 399904 8,98700 442248 -,530 13 ,605
46
62. Dari tabel 4.9 dapat dilihat bahwa fixed asset turnover terendah terjadi
pada satu tahun sebelum merger dan akuisisi yaitu 0,03782 dan fixed
asset turnover tertinggi terjadi pada dua tahun sesudah merger dan
akuisisi yaitu 56,3689. Rata-rata fixed asset turn over pada satu tahun
sesudah merger dan akuisisi adalah 4,976350 meningkat 0,24395
dibanding satu tahun sebelum merger dan akuisisi. Rata-rata fixed asset
turnover pada dua tahun sesudah merger dan akuisisi adalah 6,503786
meningkat 1,527436 dibanding satu tahun sebelumnya.
Uji signifikansi fixed asset turn over menunjukkkan ‘Sig’ satu = 0,901
dan ‘Sig’ dua = 0,605 (lebih besar dari 0,05). Dari pengujian tersebut
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata fixed asset turn over
satu tahun sebelum dengan satu tahun sesudah dan satu tahun sebelum
dengan dua tahun sesudah.
2) Perusahaan diakuisisi.
Tabel 4.11
Fixed asset turn over Perusahaan Diakuisisi
N Minimum Maximum Mean Std. Std. Error
Deviation Mean
FAT_1 thn sbl 12 0,2616 34,2472 5,370208 9,4375350 2,7243817
FAT_1 thn ssd 12 0,2826 68,9680 8,481550 19,2856460 5,5672865
FAT_ 2 thn ssd 12 0,3362 90,2919 10,020217 25,3917274 7,3299603
47
63. Tabel 4.12
Uji Paired Sample T-Test: Fixed asset turn over Perusahaan Diakuisisi
Paired Samples Test
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Error Difference
Mean td. Deviatio Mean Lower Upper t df ig. (2-tailed
Pair 1FAT_1sbl - FAT
3,11134 0,0349579 968428 9,48725 645664 -1,074 11 ,306
Pair 2FAT_1sbl - FAT
4,65001 6,2121747 800517 14,9507 507160 -,994 11 ,342
Berdasarkan tabel 4.11 diketahui bahwa fixed turn over terendah terjadi
satu tahun sebelum merger dan akuisisi yaitu 0,2616 dan tertinggi
terjadi pada dua tahun sesudah merger dan akuisisi yaitu 90,2919. Rata-
rata fixed asset turn over pada satu tahun sesudah merger dan akuisisi
8,481550 mengalami peningkatan dibanding satu tahun sebelum merger
dan akuisisi. Rata-rata pada tahun kedua sesudah merger dan akuisisi
mengalami kenaikan kembali sebesar 1,538667 menjadi 10,020217.
Dari hasil uji signifikansi fixed asset turn over menunjukkkan ‘Sig’ satu
= 0,306 dan ‘Sig’ dua = 0,342 (lebih besar dari 0,05). Dari pengujian
diatas disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata fixed asset turn
over satu tahun sebelum dengan satu tahun sesudah dan satu tahun
sebelum dengan dua tahun sesudah.
4.2.2 Total Asset Turn Over.
Rasio total asset turn over mengukur efektifitas perusahaan dalam
penggunaan total aktiva.
48
64. 1) Perusahaan pengakuisisi.
Tabel 4.13
Total asset turn over Perusahaan Pengakuisisi
N Minimum Maximum Mean Std. Std. Error
Deviation Mean
TAT_1thn sbl 14 0,2955 2,3779 0,896800 0,6214004 0,1660762
TAT_1thn ssd 14 0,3312 2,6005 0,941271 0,6049632 0,1616832
TAT_ 2 thn ssd 14 0,3325 6,5724 1,307200 1,5671493 0,4188383
Tabel 4.14
Uji Paired Sample T-Test: Total asset turn over Perusahaan Pengakuisisi
Paired Samples Test
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Error Difference
Mean td. Deviatio Mean Lower Upper t df ig. (2-tailed
Pair 1TAT_1sbl - TAT
444714 ,3896866 041481 694698 805269 -,427 13 ,676
Pair 2TAT_1sbl - TAT
104000 1,1218933 998386 1,05816 373619 -1,369 13 ,194
Dari tabel 4.13 dapat dilihat bahwa total asset turn over terendah terjadi
pada satu tahun sebelum merger dan akuisisi yaitu 0,2955 dan total
asset turn over tertinggi terjadi pada dua tahun sesudah merger dan
akuisisi yaitu 6,5724. Rata-rata total asset turn over pada satu tahun
sesudah merger dan akuisisi adalah 0,941271 meningkat 0,044471
dibanding satu tahun sebelum merger dan akuisisi. Rata-rata total asset
49
65. turn over pada dua tahun sesudah merger dan akuisisi adalah 1,307200
meningkat 0,365929 dibanding satu tahun sebelumnya.
Uji signifikansi total asset turn over menunjukkkan ‘Sig’ satu = 0,676
dan ‘Sig’ dua = 0,194 (lebih besar dari 0,05). Dari pengujian tersebut
disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata total asset turn over
satu tahun sebelum dengan satu tahun sesudah merger dan akuisisi dan
satu tahun sebelum dengan dua tahun sesudah merger dan akuisisi.
2) Perusahaan diakuisisi.
Tabel 4.15
Total asset turn over Perusahaan Diakuisisi.
N Minimum Maximum Mean Std. Std. Error
Deviation Mean
TAT_1 thn sbl 12 0,2101 4,5891 1,315475 1,2747536 0,3679897
TAT_1 thn ssd 12 0,2565 5,4356 1,462775 1,4794069 0,4270680
TAT_ 2 thn ssd 12 0,2637 4,3980 1,379708 1,3014955 0,3757094
Tabel 4.16
Uji Paired Sample T-Test: Total asset turn over Perusahaan Diakuisisi.
Paired Samples Test
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Error Difference
Mean td. Deviatio Mean Lower Upper t df ig. (2-tailed
Pair 1TAT_1sbl - TAT
473000 ,3364818 971339 610904 664904 -1,516 11 ,158
Pair 2TAT_1sbl - TAT
642333 ,3120497 900810 625003 340336 -,713 11 ,491
50
66. Berdasarkan tabel 4.15 diketahui bahwa total asset turn over terendah
terjadi satu tahun sebelum merger dan akuisisi yaitu 0,2101 dan
tertinggi terjadi pada satu tahun sesudah merger dan akuisisi yaitu
5,4356. Rata-rata total asset turn over pada satu tahun sesudah merger
dan akuisisi 1,462775 mengalami peningkatan dibanding satu tahun
sebelum merger dan akuisisi sebesar 0,1473. Rata-rata total asset turn
over pada tahun kedua sesudah merger dan akuisisi adalah mengalami
penurunan 0,083067 menjadi 1,379708.
Hasil uji signifikansi total asset turn over menunjukkkan ‘Sig’ satu =
0,158 dan ‘Sig’ dua = 0,491 (lebih besar dari 0,05). Dari pengujian
tersebut disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata total asset
turn over satu tahun sebelum dengan satu tahun sesudah dan satu tahun
sebelum dengan dua tahun sesudah merger dan akuisisi.
4.2.3 Hasil Analisis Rasio Aktivitas.
Pada perusahaan pengakuisisi rasio-rasio aktivitas mengalami peningkatan
pada masa sesudah merger dan akuisisi. Hal ini terjadi diduga karena
semakin menurunnya nilai aset yang dimiliki baik aset tetap maupun
keseluruhan aset pada masa sesudah merger dan akuisisi dimana kenaikan
rasio-rasio aktivitas tidak didukung dengan meningkatnya rasio
profitabilitas secara keseluruhan yang justru mengalami penurunan. Hampir
sama dengan yang dialami perusahaan diakuisisi pada rasio fixed asset
turnover dimana peningkatan rasio ini tidak didukung dengan
meningkatnya rasio profitabilitas secara keseluruhan.
51
67. Berdasarkan hasil pengujian signifikansi pada fixed asset turnover dan total
asset turn over pada perusahaan pengakuisisi dan diakuisisi menunjukkan
bahwa merger dan akuisisi menunjukkan tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap rasio aktivitas yang menolak berbeda dengan hipotesis
yang diajukan sebelumnya. Hasil ini berbeda dengan Payamta dan Setiawan
(2004) dimana fixed asset turnover dan total asset turrn over mengalami
penurunan setelah mengalami penurunan melakukan merger dan akuisisi.
Hal ini membuktikan bahwa tujuan ekonomis perusahaan tidak tercapai
dalam melakukan merger dan akusisi dan diduga bahwa bukan tujuan
ekonomis yang ingin dicapai dalam melakukan merger dan akuisisi,
kemungkinan tujuannya untuk menyelamatkan perusahaan target dari
kebangkrutan.
4.3 Analisis Rasio Leverage.
Rasio leverage mengukur seberapa besar perusahaan menggunakan
dana dari pihak luar atau kreditor. Analisis rasio leverage terdiri dari analisis
deskriptif dan analisis statistika atau uji signifikansi pada perusahaan pengakuisisi
dan perusahaan diakuisisi. Analisis didasarkan data statistik tiap-tiap rasio yang
berasal dari perhitungan masing-masing rasio yang memuat nilai minimum,
maksimum, rata-rata, standar deviasi, standar error mean dan pengujian
signifikansi statistik paired t-test untuk apakah ada perbedaan secara signifikan
atau tidak antara rasio-rasio aktivitas sebelum dengan sesudah merger dan
akuisisi.
52
68. 4.3.1 Debt to Total Asset Ratio.
Debt to total asset ratio mengukur seberapa besar seluruh hutang dijamin
oleh seluruh aktiva perusahaan.
1) Perusahaan pengakuisisi.
Tabel 4.17
Debt to total asset Ratio Perusahaan Pengakuisisi
N Minimum Maximum Mean Std. Std. Error
Deviation Mean
DTA_1 thn sbl 14 0,2919 0,8259 0,510457 0,1699783 0,0454286
DTA_1 thn ssd 14 0,0527 1,1445 0,534657 0,2966455 0,0792818
DTA_ 2 thn ssd 14 0,3065 1,1159 0,596629 0,2784111 0,0744085
Tabel 4.18
Uji Paired Sample T-Test: Debt to total asset Ratio Perusahaan Pengakuisisi
Paired Samples Test
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Error Difference
Mean td. Deviatio Mean Lower Upper t df ig. (2-tailed
Pair 1DTA_1sbl - DTA
242000 ,1918427 512721 349667 865667 -,472 13 ,645
Pair 2DTA_1sbl - DTA
861714 ,1974848 527800 001957 278529 -1,633 13 ,127
Dari tabel 4.17 dapat dilihat bahwa debt to total asset terendah terjadi
pada satu tahun sesudah merger dan akuisisi yaitu 0,0527 dan debt to
total asset tertinggi terjadi pada satu tahun sebelum merger dan akuisisi
yaitu 0,8259. Rata-rata debt to total asset pada satu tahun sesudah
53
69. merger dan akuisisi adalah 0,53465 meningkat 0,0242 dibanding satu
tahun sebelum merger dan akuisisi. Rata-rata debt to total asset pada
dua tahun sesudah merger dan akuisisi mengalami peningkatan kembali
sebesar 0,061972 yaitu 0,596629.
Berdasarkan uji signifikansi debt to total asset menunjukkkan ‘Sig’ satu
= 0,645 dan ‘Sig’ dua = 0,127 (lebih besar dari 0,05). Dari pengujian
tersebut membuktikan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata debt to total
asset satu tahun sebelum dengan satu tahun sesudah dan satu tahun
sebelum dengan dua tahun sesudah merger dan akuisisi.
2) Perusahaan diakuisisi.
Tabel 4.19
Debt to total asset ratio Perusahaan Diakuisisi
N Minimum Maximum Mean Std. Std. Error
Deviation Mean
DTA_1 thn sbl 12 0,4888 4,0441 1,068867 1,0531785 0,3040264
DTA_1 thn ssd 12 0,2968 4,0184 1,010717 1,0013871 0,2890756
DTA_ 2 thn ssd 12 0,2679 4,3664 1,043517 1,1233463 0,3242821
54