Buku Inclusive Urban Design - Streets for Life terutama memberitahukan bahwa pengguna jalan bukan hanya kendaraan, namun juga manusia (pejalan kaki), dimana ada yang memiliki kondisi yang tidak seperti orang kebanyakan (secara fisik, mental, maupun umur).
4. Pengguna jalan :
• Orang muda – lanjut usia
• Orang sehat – tidak sehat
• Orang cerdas – berkebutuhan khusus, dll
preface
Buku ini merupakan hasil riset dari Wellbeing in Sustainable
Environments (WISE) research unit di Universitas Oxford.
Tujuan WISE adalah untuk meneliti bagaimana lingkungan
terbangun (dari skala bangunan hingga keseluruhan kota) dapat
mempengaruhi kesejahteraan, kesehatan, dan kualitas kehidupan
masyarakat.
5. Inclusive Design
merancang produk, jasa, dan lingkungan yang
memungkinkan sebanyak mungkin orang dapat
menggunakannya, dengan usia maupun kemampuan
setingkat apapun. Atau dapat juga disebut Universal
Design, atau desain untuk semua.
6. Streets for Life
• Riset mengenai bagaimana sebuah desain dari
lingkungan terbangun dapat mempengaruhi perasaan,
kesehatan, serta kualitas kehidupan manusia.
• Dua poin utama dari Streets for Life yaitu:
– Jalan dimana masyarakat dapat dengan mudah dan nyaman
menggunakannya saat mereka bertambah lanjut usia di
lingkungannya.
– Jalan bersifat inklusif, dimana dapat digunakan oleh seluruh
lapisan masyarakat dengan kekurangan seperti apapun,
termasuk para orang tua dengan demensia.
7. Inclusive Design – Streets for Life
• Rangka utama Streets for Life:
– Familiarity – jalan yang ramah
– Legibility – jalan yang mudah
dibaca/mengarahkan
– Distinctiveness – ke-khas-an jalan atau
daerah tertentu
– Accessibility – akses yang mudah dijangkau
– Comfort – kenyamanan
– Safety – keamanan
9. Accessibility
• Aksesibilitas mengacu pada jalan atau akses yang
memungkinkan orang tua untuk mencapainya, masuk,
menggunakan, dan mencapai tempat-tempat yang
mereka butuhkan dan inginkan untuk didatangi, baik
dengan keadaan fisik seperti apapun, kualitas sensor
atau kondisi mental/psikis seperti apapun.
• Jalan yang accessible memiliki sarana prasarana yang
terkait satu sama lain, memiliki trotoar atau pedestrian
yang lebar, datar, serta penyebrangan jalan sebagai
penghubung antar pedestrian
10. Accessibility
• Para orang tua yang selalu di dalam
rumah bukan berarti mereka tidak
ingin keluar dan berinteraksi, namun
karena mereka tidak memiliki pilihan
untuk keluar karena terhalang akses
mereka menuju keluar.
• ….age does not obviate the desire or
necessity to go shopping, see the
doctor, visit friends, and undertake
other everyday activities – but it may
alter the method and frequency with
which they are done. (Greenberg,
1982)
11. Accessibility
• “It is no exageration to say that “average street” can be
a very unfriendly for older people with many barriers
(step footways, poor lighting, seating, etc).
These unfriendly streets
force older people
experiencing temporary or
permanent incapacity to
either stay at home or to
restrict their activities to
local services and fasilities,
regardless of their quality or
sustainability. (Peace, 1982)
12. Accessibility
• Lingkungan terbangun yang berhasil
menurut Inclusive Urban Design yaitu
ketika bangunan, jalan, dan ruang
terbuka yang ada didasarkan pada
kebutuhan para pengguna skala
manusia dibandingkan menurut skala
kendaraan.
13. Accessibility
• Menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 Tentang
Penyandang Cacat* , Pasal 1:4, "Aksesibilitas adalah
kemudahan yang disediakan bagi penyandang ketunaan guna
mewujudkan kesamaan kesempatan dalam segala aspek
kehidupan dan penghidupan."
Hal tersebut diperjelas dalam Pasal 10:2 yang berbunyi,
"Penyediaan aksesibilitas dimaksudkan untuk menciptakan
keadaan dan lingkungan yang lebih menunjang penyandang
ketunaan dapat sepenuhnya hidup bermasyarakat."
Aksesibilitas fisik mencakup akses terhadap
berbagai bangunan, alat transportasi dan
komunikasi, serta berbagai fasilitas di luar
ruangan termasuk sarana rekreasi.
* Ketunaan fisik, Ketunaan sensoris (Tunanetra & Tunarungu), Ketunaan intelektual (Tunagrahita)
14.
15. Accessibility
• Accessible Streets for Life :
– Land use yang bermacam-macam
– Hunian terletak sejauh-jauhnya 500 m dari fasilitas
primer lokal, termasuk pasar/toko makanan, kantor
pos, bank, fasilitas kesehatan, green space, serta
halte transportasi umum.
– Hunian terletak sejauh-jauhnya 800 m dari fasilitas
sekunder lokal, seperti open space, perpustakaan,
dokter gigi, dokter mata, dll.
– Entrance bangunan atau place yang jelas dan
mudah dicapai
– Entrances bangunan sebisa mungkin sejajar dengan
pedestrian
– Public seating di tiap 100 hingga 125 m
– Memiliki lebar 2 m, dengan permukaan datar
16. – Penggunaan ramp atau kemiringan saat terdapat perbedaan
ketinggian dibanding step tangga
– Perbedaan ketinggian diberi tanda yang jelas dan dilengkapi
dengan handrail, non-slip, permukaan yang non-glare
– Penyeberangan jalan dan fasilitas toilet umum dalam
ketinggian setara dengan pedestrian
– Telepon umum yang selevel dengan ketinggian pedestrian
– Jika mengharuskan adanya gerbang dan pintu, sebisa mungkin
memudahkan orang tua untuk membukanya, misalnya dengan
pemberian roda, atau tidak terlalu berat.
17. Streets for Life
Cara mendekatkan urban area yang sudah ada menjadi Streets for Life:
1. Menambahkan landmark, open space, atau placeuntuk beraktifitas
2. Menambah penanda di tiap persimpangan jalan, seperti patung,
pohon, telepon umum, dll.
3. Memeperjelas akses masuk menuju bangunan publik, seperti
beranda, kanopi, ataupun berupa tulisan.
4. Pelebaran jalur pejalan kaki.
5. Pemberian ruang antara pedestrian dan ruang jalan kendaraan pada
jalanan ramai, seperti vegetasi, dll.
6. Memindahkan jalur sepeda dari pedestrian ke jalan.
7. Menambah jumlah penyeberangan jalan.
8. Saat ada perbedaan ketinggian, sebisa mungkin menggunakan ramp.
9. Pemberian handrail pada tangga atau ramp.
10. Memperjelas signage
11. Penghilangan signage yang kurang jelas atau tidak diperlukan.
12. Memperjelas arah penanda jalan, dengan warna dan ukuran yang
sesuai
13. Menambah variasi pada bangunan eksisting, seperti dengan
pemberian warna atau penambahan detail
18. Streets for Life14. Furniture jalan, seperti kursi, halte bus, dll, yang sesuai dengan
kebutuhan dan pergerakan orang tua.
15. Jika mengharuskan adanya gerbang dan pintu, sebisa mungkin
memudahkan orang tua untuk membukanya, misalnya dengan
pemberian roda, atau tidak terlalu berat.
16. Menambah rambu visual dan suara di penyeberangan jalan, dan
penambahan waktu enyeberangan jika diperlukan.
17. Penggantian material yang tidak rata atau bermotif dengan yang
plain.
18. Penambahan penerangan jalan jika diperlukan.