PREMIUM!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Kamar Mandi di ...
BE & GG, Yosua Mickel Tumbelaka 55116120147, Hapzi Ali, Ethical Decision Making, Employer Responsibilities and Employee Rights, Universitas Mercu Buana, 2017ETIKA BISNIS DAN IMPLEMENTASINYA DI PT METROPOLITAN RETAILMART (TUGAS UTS)
1. ETIKA BISNIS DAN IMPLEMENTASINYA
DI PT METROPOLITAN RETAILMART
Dosen : Hapzi, Prof. Dr. MM
Oleh :
Yosua Mickel Tumbelaka 55116120147
PROGRAM STUDI PASCA SARJANA
MAGISTER MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MERCU BUANA
2017
2. ABSTRAK
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui implementasi etika bisnis pada PT
Metropolitan Retailmart.
Makalah ini merupakan makalah dengan metode survei observasi. Dimana
Observasi yang dilakukan adalah observasi partisipatif, yaitu peneliti mengamati apa
yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang diucapkan dan berpartisipasi dalam
aktivitas. Observasi partisipasi yang dilakukan adalah observasi parisipasi moderat, yaitu
peneliti ikut beberapa kegiatan saja, tidak semua kegiatan.
Hasil bahasan makalah ini adalah membahas apa saja kegiatan yang menyangkut
etika bisnis oleh PT Metropolitan Retailmart.
3. PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Jakarta, Maret 2017
Penyusun
4. TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Pengertian Etika
Etika dari asal usul kata, Etika berasal dari bahasa Yunani „ethos‟ yang berarti adat
istiadat/ kebiasaan yang baik Perkembangan etika yaitu Studi tentang kebiasaan manusia
berdasarkan kesepakatan, menurut ruang dan waktu yang berbeda, yang menggambarkan
perangai manusia dalam kehidupan pada umumnya disebut juga filsafat moral adalah
cabang filsafat yang berbicara tentang praxis (tindakan) manusia. Etika tidak
mempersoalkan keadaan manusia, melainkan mempersoalkan bagaimana manusia harus
bertindak.
a. Norma Umum
Norma Umum bersifat umum dan sampai pada tingkat tertentu boleh dikatakan
bersifat universal. Norma umum terdiri dari :
1. Norma Sopan santun adalah norma yang mengatur pola perilaku dan
sikap lahiriah dalam pergaulan sehari-hari
2. Etika tidak sama dengan Etiket. Etiket hanya menyangkut perilaku
lahiriah yang menyangkut sopan santun atau tata krama
5. 3. Norma Hukum adalah norma yang dituntut keberlakuannya secara tegas
oleh masyarakat karena dianggap perlu dan niscaya demi keselamatan dan
kesejahteraan manusia dalam kehidupan bermasyarakat.
4. Norma Moral, yaitu aturan mengenai sikap dan perilaku manusia
sebagai manusia
b. Teori Etika Deontologi
Istilah deontologi berasal dari kata Yunani „deon‟ yang berarti kewajiban.
„Mengapa perbuatan ini baik dan perbuatan itu harus ditolak sebagai buruk‟,
deontologi menjawab : „karena perbuatan pertama menjadi kewajiban kita dan
karena perbuatan kedua dilarang‟.
Yang menjadi dasar baik buruknya perbuatan adalah kewajiban. Pendekatan
deontologi sudah diterima dalam konteks agama, sekarang merupakan juga salah
satu teori etika yang terpenting
Ada tiga prinsip yg harus dipenuhi :
1. Supaya tindakan punya nilai moral, tindakan ini harus dijalankan
berdasarkan kewajiban
2. Nilai moral dari tindakan ini tidak tergantung pada tercapainya tujuan
dari tindakan itu melainkan tergantung pada kemauan baik yang
6. mendorong seseorang untuk melakukan tindakan itu, berarti kalaupun
tujuan tidak tercapai, tindakan itu sudah dinilai baik
3. Sebagai konsekuensi dari kedua prinsip ini, kewajiban adalah hal yang
niscaya dari tindakan yang dilakukan berdasarkan sikap hormat pada
hukum moral universal
c. Teori Etika Teleologi
Teleologi berasal dari kata Yunani, telos = tujuan. Mengukur baik buruknya
suatu tindakan berdasarkan tujuan yang mau dicapai dengan tindakan itu, atau
berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh tindakan itu.
Dua aliran etika teleologi :
Egoisme Etis
Inti pandangan egoisme adalah bahwa tindakan dari setiap orang pada dasarnya
bertujuan untuk mengejar pribadi dan memajukan dirinya sendiri.
Satu-satunya tujuan tindakan moral setiap orang adalah mengejar kepentingan
pribadi dan memajukan dirinya.
Egoisme ini baru menjadi persoalan serius ketika ia cenderung
menjadi hedonistis, yaitu ketika kebahagiaan dan kepentingan pribadi
diterjemahkan semata-mata sebagai kenikmatan fisik yg bersifat vulgar.
Utilitarianisme
7. Berasal dari bahasa latin utilis yang berarti “bermanfaat”. Menurut teori ini suatu
perbuatan adalah baik jika membawa manfaat, tapi manfaat itu harus menyangkut
bukan saja satu dua orang melainkan masyarakat sebagai keseluruhan.
Utilitarianisme , teori ini cocok sekali dengan pemikiran ekonomis, karena cukup
dekat dengan Cost-Benefit Analysis. Manfaat yang dimaksudkan utilitarianisme
bisa dihitung sama seperti kita menghitung untung dan rugi atau kredit dan debet
dalam konteks bisnis
Utilitarianisme, dibedakan menjadi dua macam :
1. Utilitarianisme Perbuatan (Act Utilitarianism)
2. Utilitarianisme Aturan (Rule Utilitarianism)
B. Tingkatan Norma
Ada tiga tingkatan norma etika, yaitu:
1. Hukum, berlaku bagi masyarakat secara umum yang mengatur perbuatan yang
boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Hukum hanya mengatur standar
perilaku minimum.
2. Kebijakan dan prosedur organisasi, memberi arahan khusus bagi setiap orang
dalam organisasi dalam mengambil keputusan sehari-hari. Parakaryawan akan
bekerja sesuai dengan kebijakan dan prosedur perusahaan/organisasi.
3. Moral sikap mental individual, sangat penting untuk menghadapi suatu
keputusan yang tidak diatur oleh aturan formal. Nilai moral dan sikap mental
8. individual biasanya berasal dari keluarga, agama, dan sekolah. Sebagaiman lain
yang menentukan etika perilaku adalah pendidikan, pelatihan, dan pengalaman.
Kebijakan dan aturan perusahaan sangat penting terutama untuk membantu,
mengurangi, dan mempertinggi pemahaman tentang etika perilaku.
C. Etika Bisnis
Arti etika dapat dibedakan dari sisi praktis dan refleksi. Etika sebagai praktis yaitu
sejauhmana nilai-nilai dan norma-norma moral diterapkan dan dilaksanakan dalam
berbagaiaktivitas dan kegiatan sehari hari. Atau dapat juga di artikan sebagai apa yang
dilakukansesuai dengan nilai dan moral. Etika sebagai praktis berarti moral atau
moralitas: apa yangharus dilakukan, tidak boleh dilakukan , pantas dilakukan dan
sebagainya. Etika sebagairefleksi adalah pemikiran moral, dimana kita berfikir tentang
apa yang dilakukan lebihspesifik yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan. Etika
sebagai refleksi menyorotidan menilai baik buruknya perilaku orang. Dari penjelasan di
atas, dapat disimpulkan bahwa etika adalah cabang ilmu falsafat yang mempelajari baik
buruknya perilaku manusia ( selaku orang yang menjalankanaktivitas bisnis di
perusahaan).etika bisnis dapat dijalankan pada tiga tingkat yaitu makro,meso dan mikro.
Pada tingkat makro, etika bisnis mempelajari aspek-aspek moral darisystem ekonomi
sebagai keseluruhan. Disini masalah etika disorot pada skala besar.Misalnya: masalah
keadilan social masyarakat, terutama berkaitan dengan kaum buruh;masalah utang
Negara, kekayaan Negara dan sebagainya. Pada tingkat madya (meso),etika bisnis
menyelidiki masalah etis di bidang organisasi dalam hal ini perusahaan, danstakeholder
yang berkaitan langsung dengan aktivitas bisnis di perusahaan seperti lembagakonsumen,
9. pemasok (supplier), investor, pemerintah, lembaga sosial seperti sarikat pekerja,dan
sebagainya. Sedangkakan pada tingkat mikro, etika bisnis difokuskan pada individudalam
hubungannya dengan ekonomi dan bisnis. Dalam hal ini dipelajari tentang
tanggungjawab etis dari karyawan dan atasan, produsen dan konsumen, pemasok dan
investor.
D. Prinsip-prinsip Etika Bisnis
Menurut Sonny Keraf (1998), prinsip-prinsip etika bisnis adalah sebagai berikut:
1. Prinsip Otonomi
Otonomi adalah sikap dan kemampuan manusia mengambil keputusan dan
bertindak berdasarkan tuntunan hati nuraninya, kesadarannya sendiri mengenai
sesuatu kebaikan untuk diberian kepada orang lain.
2. Prinsip Kejujuran
Prinsip kejujuran dalam setiap tindakan atau perikatan bisnis merupakan
keutamaan. Kejujuran diperlukan dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan
kontrak. Dalam perikatan perjanjian dan kontrak tertentu, semua pihak saling
percaya satu sama lain, bahwa masing-masing pihak tulus dan jujur membuat
perjanjian dan kontrak, serius, tulus dan jujur melaksanakan perjanjian. Kejujuran
sangat penting artinya bagi kepentingan masing-masing pihak, kejujuran sangat
menentukan keberlanjutan relasi dan kelangsungan bisnis selanjutnya.
3. Prinsip Keadilan
Tindakan memberikan keadilan terhadap keterlibatan semua pihak dalam bisnis
10. merupakan praktek keutamaan. Prinsip keadilan perlu dilakukan agar setiap orang
dalam kegiataan bisnis secara internal maupun eksternal perusahaan diperlakukan
sesuai dengan hak dan kewajiban masing-masing.
4. Prinsip Saling Menguntungkan
Kegiatan bisnis perlu memberikan keadaan saling menguntungkan kepada
keterlibatan setiap pihak dalam bisnis, hal tersebut merupakan cerminan prinsip
keutamaan. Saling menguntungkan merupakan cermin integritas moral internal
pelaku bisnis atau perusahaan agar nama baik pribadi atau nama baik perusahaan
untuk berbisnis tetap terjaga, dipercaya dan kompetitif.
E. Indikator Etika Bisnis
Dari berbagai pandangan tentang etika bisnis, beberapa indikator yang dapat dipakai
untuk menyatakan apakah seseorang dan suatu perusahaan telah melaksanakan etika
bisnis dalam kegiatan usahanya antara lain adalah: Indikator ekonomi; indikator peraturan
khusus yang berlaku; indikator hukum; indikator ajaran agama; indikator budaya dan
indikator etik dari masing-masing pelaku bisnis.
1. Indikator Etika bisnis menurut ekonomi adalah apabila perusahaan atau pebisnis
telah melakukan pengelolaan sumber daya bisnis dan sumber daya alam secara
efisien tanpa merugikan masyarakat lain.
2. Indikator etika bisnis menurut peraturan khusus yang berlaku. Berdasarkan
indikator ini seseorang pelaku bisnis dikatakan beretika dalam bisnisnya
11. apabila masing-masing pelaku bisnis mematuhi aturan-aturan khusus yang telah
disepakati sebelumnya.
3. Indikator etika bisnis menurut hukum. Berdasarkan indikator hokum
seseorang atau suatu perusahaan dikatakan telah melaksanakan etika bisnis
apabila seseorang pelaku bisnis atau suatu perusahaan telah mematuhi
segala norma hukum yang berlaku dalam menjalankan kegiatan bisnisnya.
4. Indikator etika berdasarkan ajaran agama. Pelaku bisnis
dianggap beretika bilamana dalam pelaksanaan bisnisnya senantiasa
merujuk kepada nilai- nilai ajaran agama yang dianutnya.
5. Indikator etika berdasarkan nilai budaya. Setiap pelaku bisnis baik secara
individu maupun kelembagaan telah menyelenggarakan bisnisnya dengan
mengakomodasi nilai-nilai budaya dan adat istiadat yang ada disekitar operasi
suatu perusahaan, daerah dan suatu bangsa.
6. Indikator etika bisnis menurut masing-masing individu adalah apabila
masing-masing pelaku bisnis bertindak jujur dan tidak mengorbankan integritas
pribadinya.
Standar Etika dapat dipertahankan melalui:
1. Ciptakan kepercayaan perusahaan. Kepercayaan perusahaan dalam menetapkan
nilai-nilai perusahaan yang mendasari tanggung jawab etika bagi pemilik
kepentingan.
12. 2. Kembangkan kode etik. Kode etik merupakan suatu catatan tentang standar
tingkah laku dan prinsip-prinsip etika yang diharapkan perusahaan dari karyawan.
3. Jalankan kode etik secara adil dan konsisten. Manajer harus mengambil
tindakan apabila mereka melanggar etika. Bila karyawan mengetahui bahwa yang
melanggar etika tidak dihukum, maka kode etik menjadi tidak berarti apa-apa.
4. Lindungi hak perorangan. Akhir dari semua keputusan setiap etika sangat
bergantung pada individu. Melindungi seseorang dengan kekuatan prinsip morl
dan nilainya merupakan jaminan terbaik untuk menghindari untuk menghindari
penyimpangan etika. Untuk membuat keputusan etika seseorang harus memiliki:
(a) Komitmen etika, yaitu tekad seseorang untuk bertindak secara etis dan
melakukan sesuatu yang benar; (b) Kesadaran etika, yaitu kemampuan
kompetensi, yaitu kemampuan untuk menggunakan suara pikiran moral dan
mengembangkan strategi pemecahan masalah secara praktis.
5. Adakan pelatihan etika. Workshop merupakan alat untuk meningkatkan
kesadaran para karyawan.
13. 6. Lakukan audit etika secara periodik. Audit merupakan cara terbaik untuk
mengevaluasi efektivitas sistem etika. Hasil evaluasi tersebut akan memberikan
suatu sinyal kepada karyawan bahwa etika bukan sekadar gurauan.
7. Pertahankan standar tinggi tentang tingkah laku, tidak hanya aturan. Tidak ada
seorang pun yang dapat mengatur norma dan etika. Akan tetapi, manajer bisa saja
membolehkan orang untuk mengetahui tingkat penampilan yang mereka harapkan.
Standar tingkah laku sangat penting untuk menekankan betapa pentingnya etika
dalam organisasi. Setiap karyawan harus mengetahui bahwa etika tidak bisa
dinegosiasi atau ditawar.
8. Hindari contoh etika yang tercela setiap saat dan etika diawali dari atasan.
Atasan harus memberi contoh dan menaruh kepercayaan kepada bawahannya.
9. Ciptakan budaya yang menekankan komunikasi dua arah.Komunikasi dua arah
sangat penting, yaitu untuk menginformasikan barang dan jasa yang kita hasilkan
dan menerima aspirasi untuk perbaikan perusahaan.
10.Libatkan karyawan dalam mempertahankan standar etika. Para karyawan diberi
kesempatan untuk memberikan umpan balik tentang bagaimana standar etika
dipertahankan.
14. F. Manajemen yang Beretika
ada tiga tipe manajer dilihat dari sudut etikanya, yaitu:
1. Manajemen Tidak bermoral. Manajemen tidak bermoral didorong oleh
kepentingan dirinya sendiri, demi keuntungan sendiri atau perusahaan. Kekuatan
yang menggerakkan manajemen immoral adalah kerakusan/ketamakan, yaitu
berupa prestasi organisasi atau keberhasilan personal. Manajemen tidak bermoral
merupakan kutub yang berlawanan dengan manajemen etika. Misalnya, pengusaha
yang menggaji karyawannya dengan gaji di bawah upah minimum atau perusahaan
yang meniru produk-produk perusahaan lain, atau perusahaan percetakan yang
memperbanyak cetakannya melebihi kesepakatan dengan pemegang hak cipta, dan
sebagainya (Thomas W. Zimmerer, Norman M. Scarborough,Entrepreneurship and
The New Ventura Formation, 1996, hal. 21).
2. Manajemen Amoral. Tujuan utama dari manajemen amoral adalah laba, akan
tetapi tindakannya berbeda dengan manajemen immoral. Ada satu cara kunci yang
membedakannya, yaitu mereka tidak dengan sengaja melanggar hukum atau
norma etika. Yang terjadi pada manajemen amoral adalah bebas kendali dalam
mengambil keputusan, artinya mereka tidak mempertimbangkan etika dalam
mengambil keputusan. Salah satu conoth dari manajemen amoral adalah
penggunaan uji kejujuran detektor bagi calon karyawan.
3. Manajemen Bermoral. Manajemen bermoral juga bertujuan untuk meraih
keberhasilan, tetapi dengan menggunakan aspek legal dan prinsip-prinsip etika.
15. Filosofi manajer bermoral selalu melihat hukum sebagai standar minimum untuk
beretika dalam perilaku.
F. Tanggung Jawab Perusahaan
Menurut Zimmerer, ada beberapa macam pertanggungjawaban perusahaan, yaitu:
1. Tanggung jawab terhadap lingkungan. Perusahaan harus ramah lingkungan,
artinya perusahaan harus memerhatikan, melestarikan, dan menjaga lingkungan,
misalnya tidak membuang limbah yang mencemari lingkungan, berusaha mendaur
ulang limbah yang merusak lingkungan, dan menjalin komunikasi dengan
kelompok masyarakat yang ada di lingkungan sekitarnya.
2. Tanggung jawab terhadap karyawan. Semua aktivitas manajemen sumber daya
manusia seperti peneriman karyawan baru, pengupahan, pelatihan, promosi, dan
kompensasi merupakan tanggung jawaab perusahaan terhadap karyawan.
Tanggung jawab perusahaan terhadap karyawan dapat dilakukan dengan cara:
(a) Mendengarkan dan menghormati pendapat karyawan.
(b) Meminta input kepada karyawan.
(c) Memberikan umpan balik positif maupun negatif.
16. (d) Selalu menekankan tentang kepercayaan kepada karyawan.
(e) Membiarkan karyawan mengetahui apa yang sebenarnya mereka
harapkan.
(f) Memberikan imbalan kepada karyawan yang bekerja dengan baik.
(g) Memberi kepercayaan kepada karyawan.
3. Tanggung jawab terhadap pelanggan. Tanggung jawab sosial perusahaan
terhadap pelanggan menurut Ronald J. Ebert (2000:88) ada dua kategori, yaitu (1)
Menyediakan barang dan jasa yang berkualitas; dan (2) Memberikan harga produk
dan jasa yang adil dan wajar. Tanggung jawab sosial perusahaan juga termasuk
melindungi hak-hak pelanggan. Menurutnya, ada empat hak pelanggan, yaitu:
(a) Hak mendapatkan produk yang aman.
(b) Hak mendapatkan informasi segala aspek produk.
(c) Hak untuk didengar.
17. (d) Hak memilih apa yang akan dibeli.
Sedangkan menurut Zimmerer (1996), hak-hak pelanggan yang harus dilindungi
meliputi:
(a) Hak keamanan. Barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan harus
berkualitas dan memberikan rasa aman, demikian juga kemasannya.
(b) Hak mengetahui. Konsumen berhak untuk mengetahui barang dan jasa
yang mereka beli, termasuk perusahaan yang menghasilkan barang
tersebut.
(c) Hak untuk didengar. Komunikasi dua arah harus dibentuk, yaitu untuk
menyalurkan keluhan produk dan jasa dari konsumen dan untuk
menyampaikan berbagai informasi barang dan jasa dari perusahaan.
(d) Hak atas pendidikan. Pelanggan berhak atas pendidikan, misalnya
pendidikan tentang bagaimana menggunakan dan memelihara produk.
Perusahaan harus menyediakan program pendidikan agar pelanggan
memperoleh informasi barang dan jasa yang akan dibelinya.
18. (e) Hak untuk memilih. Hal terpenting dalam persaingan adalah
memberikan hak untuk memilih barang dan jasa yang mereka perlukan.
Tanggung jawab sosial perusahaan adalah tidak mengganggu persaingan
dan mengabaikan undang-undang antimonopoli (antitrust).
4. Tanggung jawab terhadap investor. Tanggung jawab perusahaan terhadap
investor adalah menyediakan pengembalian investasi yang menarik, seperti
memaksimumkan laba. Selain itu, perusahaan juga bertanggung jawab untuk
melaporkan kinerja keuangan kepada investor seakurat mungkin.
G. CSR
Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) adalah
suatu konsep bahwa organisasi, memiliki berbagai bentuk tanggung jawab terhadap
seluruh pemangku kepentingannya, yang di antaranya adalah konsumen, karyawan,
pemegang saham, komunitasdan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan
yang mencakup aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Oleh karena itu, CSR
berhubungan erat dengan "pembangunan berkelanjutan", yakni suatu organisasi,
terutama perusahaan, dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya
tidak semata berdasarkan dampaknya dalam aspek ekonomi, misalnya tingkat keuntungan
atau deviden, tetapi juga harus menimbang dampak sosial dan lingkungan yang timbul
dari keputusannya itu, baik untuk jangka pendek maupun untuk jangka yang lebih
panjang.
19. Dengan pengertian tersebut, CSR dapat dikatakan sebagai kontribusi perusahaan terhadap
tujuan pembangunan berkelanjutan dengan cara manajemen dampak (minimisasi dampak
negatif dan maksimisasi dampak positif) terhadap seluruh pemangku kepentingannya.
20. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Metro Departemen Store, Jakarta. Agar penelitian ini
sesuai dengan apa yang diharapkan maka penulis membatasi ruang lingkup
penelitian, yaitu pada Metro Departemen Store yang terletak di Mal Taman
Anggrek, Jakarta Barat.
Adapun penelitian di lokasi tersebut karena penulis berkepentingan dengan ini
pernah bekerja di tempat tersebut sehingga memudahkan bagi penulis.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini berlangsung selama kurang lebih 12 bulan, mulai bulan
September 2011 sampai dengan bulan Oktober 2012.
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode observasi, yaitu:
Observasi yang dilakukan adalah observasi partisipatif, yaitu peneliti mengamati
apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang diucapkan dan berpartisipasi
dalam aktivitas. Observasi partisipasi yang dilakukan adalah observasi parisipasi
moderat, yaitu peneliti ikut beberapa kegiatan saja, tidak semua kegiatan.
21. C. Sampel
METRO Department Store adalah salah satu retail terbesar di Indonesia yang
mengoperasikan 9 outlet, 5 di Jakarta, 1 di Bandung, 1 di Makasar, 1 di Surabaya
dan 1 di Solo.
Sebagai grup departemen store yang memiliki banyak jenis barang, prioritas
utama METRO adalah fokus melayani kebutuhan konsumen. Komitmen
perusahaan adalah untuk melayani konsumen dengan pilihan, kuatlitas, nilai dan
layanan terbaik. Filsafat perusahaan adalah menyediakan konsumen dengan
kenyamanan dan lingkungan belanja yang ramah untuk setiap kebutuhan.
Store METRO yang pertama dibuka pada 1991 pada Pondok Indah Mall
menyediakaan kebutuhan masyarakat ekslusif di Pondok Indah dan masyarakat
lainnya.
Dengan kesuksesan METRO Pondok Indah, store kedua berada di Plaza Senayan
yang dibuka di 1995 membawa METRO pada pusat bisnis dan area permukiman
yang mewah di Kota Jakarta.
Pada 2001, store ketiga berada di Bandung. Bertempat di mal terbesar dan terbaru
di Bandung, Supermal Bandung membawa populasi Bandung pada level yang
lebih tinggi.
22. Store lainnya muncul pada 2002 di Mal Taman Anggrek memberikan akses
layangan pada konsumen METRO di Jakarta Barat.
PEMBAHASAN
Kembangkan Industri Fesyen Dalam Negeri
Kerjasama METRO Dept. Store dan Lulusan Lembaga Tata Busana Susan Budihardjo
Jakarta, 8 Desember 2012 - PT Metropolitan Retailmart yang mengoperasikan METRO
Department Store Indonesia, kembali mengadakan sebuah program Corporate Social
23. Responsibility (CSR) di penghujung tahun 2012 ini. Kegiatan ini merupakan hasil kerja
sama dengan Lembaga Pengajaran Tata Busana milik Susan Budihardjo. Dan lewat
program ini, METRO mencoba menunjukkan dukungannya terhadap para desainer muda
Indonesia dengan menampilkan sejumlah hasil karya mereka yang tersedia secara
eksklusif di gerai METRO Pondok Indah dan METRO Senayan hingga 25
Desember mendatang.
Promo yang merupakan hasil kerjasama dengan Lembaga Pengajaran Tata Busana
milik Susan Budihardjo ini, digelar sebagai bentuk dukungan terhadap kemajuan dunia
mode Indonesia dan kreatifitas dari para desainer muda yang mempunyai potensi
besar untuk berkembang dan bersaing, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
"Sebagai perusahaan ritel yang bergerak di industri fesyen, kami senantiasa berusaha
mendukung dan menunjukkan kepedulian kepada para pelaku bisnis lokal yang dalam
kesempatan ini adalah calon desainer baru di Indonesia. METRO melihat peluang untuk
hasil karya mereka dapat diterima dan diperhitungkan juga keberadaannya di negeri ini,"
ujar Anskarina Christin selaku Asisten General Manager Marketing METRO Department
Store.
Anskarina menjelaskan bahwa untuk dapat bertahan dan diterima di dunia bisnis ini,
para desainer ini harus dapat mempelajari dan mengetahui siapa pangsa pasar dari
koleksi mereka. Selain itu, mereka harus mempunyai strategi untuk
memasarkannya agar hasil karya mereka tepat sasaran, karena kerap kali pelaku bisnis
24. lalai akan hal ini sehingga masyarakat kurang terinformasi bahkan tidak mengetahui akan
produk yang dihasilkan. Oleh karena itu, lewat kerja samanya kali ini, METRO berusaha
untuk memberikan dukungan dengan pemberian sarana bagi kesebelas desainer untuk
menjual hasil karyanya kepada para pelanggan dan memfasilitasi mereka untuk
dapat memiliki pengalaman ketika implementasi langsung di dunia nyata perihal
bagaimana suatu strategi penjualan dan pemasaran dapat berjalan dengan baik;
serta mengedukasi para desainer untuk dapat tetap bereksistensi di dunia fesyen
lewat kemampuan memproduksi barang dengan kualitas baik dan tepat waktu serta
selalu up to date akan perubahan tren sehingga dapat menjawab apa yang menjadi
kebutuhan pasar di saat tersebut. Kesemua hal inilah yang penting untuk mereka ketahui,
sehingga target market mereka pada nantinya diharapkan akan menjadi pelanggan setia.
Dan prinsip-prinsip tersebutlah yang mendasari bisnis METRO sehingga dapat bertahan
sampai saat ini.
Sejalan dengan pernyataan dari Anskarina; Susan Budihardjo selaku pemiliki Lembaga
Pengajaran Tata Busana sekaligus merupakan desainer senior Indonesia mengungkapkan,
"Kami menyambut positif dan berterima kasih atas kesempatan yang diberikan oleh
METRO, karena kami menyadari bahwa persaingan di industri ini sangat ketat terutama
dengan banyaknya brand yang sudah lebih dahulu muncul dan dikenal. Hal ini kemudian
kerap menjadi hambatan untuk kami dapat mengidentifikasi pangsa pasar sehingga
strategi yang disusun pun kurang tepat dan berdampak pada hasil karya yang tidak
maksimal. Namun, lewat kerja sama yang terjalin ini, kami optimis akan
25. menjadi langkah awal kesuksesan dari para lulusan sekolah Susan Budihardjo karena
kami melihat METRO sebagai arena yang tepat untuk para desainer ini memperdalam
kemampuannya berkarya dan memasarkan produknya. Selain itu, prinsip usaha yang
dijalankan perusahaan ritel yang sudah bertahan selama 21 tahun ini, diharapkan
menjadi role model bagi para lulusan kami untuk mengadaptasinya."
Susan mempertegas bahwa hasil karya dari para lulusannya ini tidak kalah dengan para
pesaingnya, terutama produk luar negeri. Namun, memang perlu diakui bahwa
keterbatasan material baju kerap menjadi penghambat bagi desainer lokal.
Contoh lain CSR oleh METRO yang terdapat di laporan tahunan
26.
27.
28. KESIMPULAN
PT Metropolitan Retailmart melakukan etika bisnis yang baik dengan menerapkan
tanggungjawab sosialnya terhadap lingkungan. Dengan barang dagangannya yang
didominasi oleh pakaian, PT Metropolitan Retailmart melakukan CSR yaitu mendorong
penjualan pakaian hasil karya anak dalam negeri.
29. DAFTAR PUSTAKA
Anonim, (2017). TEORI ETIKA BISNIS.
https://yuumenulis.wordpress.com/2012/11/07/teori-etika-etika-bisnis/ (18.30 11 April
2017)
Ali, Hapzi. (2017). 1. Hapzi Ali, Ethics and Business Concept and Theory.
https://pasca-
elearning.mercubuana.ac.id/pluginfile.php/45763/mod_resource/content/3/1.%20Hapzi%
20Ali%2C%20Ethics%20and%20Business%20%20Concept%20and%20Theory.pdf
(19:00 11 April 2017)
Irwinsyah, Aldi (2017) ETIKA BISNIS YANG HARUS DIMILIKI
PERUSAHAAN. https://aldiirwinsyah.wordpress.com/2013/01/21/etika-bisnis-yang-
harus-dimiliki-perusahaan/ (16:20 13 April 2017)
Fariz (2017) INDIKTOR ETIKA BISNIS.
http://punyafariz.blogspot.co.id/2016/01/penerapan-etika-bisnis-dalam-perusahaan.html
(16:00 13 April 2017)
Ali, Hapzi, (2017) 5. Hapzi Ali, Modul, Corporate Social Responsibility.
https://pasca-
elearning.mercubuana.ac.id/pluginfile.php/64107/mod_resource/content/3/5.%20Hapzi%
20Ali%2C%20Modul%2C%20Corporate%20Social%20Responsibility.pdf (16:10 13
April 2017)