RPK atau Ruang Publik Kreatif dibangun di Universitas Teknologi Sumbawa untuk memfasilitasi aktivitas kreatif mahasiswa dan masyarakat serta menjaga keseimbangan lingkungan kampus. RPK ini memberikan manfaat akademik, sosial, kreativitas, kesehatan, dan ekologi bagi penggunanya. Diharapkan RPK Sumbawa dapat menjadi contoh pengembangan taman kota yang dirancang berdasarkan kebutuhan komunitas setempat
1. Nomor : 6/PTID/WBS1/2017
Pusat Teknologi Inovasi Daerah
Deputi Pengkajian KebijakanTeknologi
Badan Pengkajian dan PenerapanTeknologi
Gedung II BPPT lantai 11, Jl. MH.Thamrin no.8 Jakarta 10340
Gedung Pusat Inovasi dan BisnisTeknologi (720) Kawasan Puspiptek Serpong
BAGAIMANA RUANG PUBLIK KREATIF (RPK)
DAPAT MENUMBUHKAN KREATIVITAS MASYARAKAT?
Dr. Yudi Widayanto, SSi, MSi
(Analis Kebijakan Ahli Madya – Pusat Teknologi Inovasi Daerah)
PENDAHULUAN
Percaya atau tidak, kreativitas Indonesia termasuk di jajaran paling rendah dibandingkan negara lain di
dunia. Setidaknya itulah yang digambarkan oleh Global Creativity Index (GCI) 2015 yang menempatkan
Indonesia pada peringkat 115 dari 139 negara. Survei yang dilakukan Martin Prosperity Institute ini menilai
indeks kreativitas suatu negara berdasarkan tiga indikator, yaitu teknologi, talent dan toleransi. Meskipun
survey ini dilakukan 3 tahun yang lalu, ini merupakan survey yang paling mutakhir tentang pemeringkatan
kreativitas antar negara. Terlepas dari pemilihan indikatornya, harus diterima bahwa Indonesia dinilai belum
termasuk golongan negara kreatif, maka demikian pula dengan masyarakatnya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata kreatif atau kreativitas berarti “[1] memiliki daya
cipta; memiliki kemampuan untuk menciptakan; [2] bersifat (mengandung) daya cipta: pekerjaan yang
[kreatif] menghendaki kecerdasan dan imajinasi.”
Untuk membantu mewujudkan kreativitas, seseorang perlu dilatih dalam keterampilan tertentu sesuai dengan
minat pribadinya dan diberi kesempatan untuk mengembangkan bakat atau talenta mereka. Dengan demikian
perlu menciptakan iklim yang merangsang pemikiran dan keterampilan kreatif seseorang, serta menyediakan
sarana dan prasarana. Tetapi ini tidak cukup, selain perhatian, dorongan dan pelatihan dari lingkungan, perlu
ada motivasi intrinsik pada seseorang. Faktor eksternal (lingkungan) yang dapat mempengaruhi kreativitas
individu adalah lingkungan kebudayaan yang mengandung keamanan dan kebebasan psikologis. Peran
kondisi lingkungan mencakup lingkungan dalam arti kata luas yaitu masyarakat dan kebudayaan.
Kebudayaan dapat mengembangkan kreativitas jika kebudayaan itu memberi kesempatan adil bagi
pengembangan kreativitas potensial yang dimiliki anggota masyarakat.
CREATIVOGENIC MEMUPUK KREATIVITAS DALAM MASYARAKAT
Upaya menumbuhkan kreativitas masyarakat dapat mengacu pada kebudayaan creativogenic, yaitu
kebudayaan yang memupuk dan mengembangkan kreativitas dalam masyarakat (Silvano, 1976), antara lain :
1. Tersedianya sarana kebudayaan, misal ada peralatan, bahan dan media,
2. Adanya keterbukaan terhadap rangsangan kebudayaan bagi semua lapisan masyarakat,
3. Menekankan pada becoming dan tidak hanya being, artinya tidak menekankan pada kepentingan untuk
masa sekarang melainkan berorientasi pada masa mendatang,
4. Memberi kebebasan terhadap semua warga negara tanpa diskriminasi,
5. Adanya kebebasan setelah pengalaman tekanan dan tindakan keras, artinya setelah kemerdekaan
diperoleh dan kebebasan dapat dinikmati,
6. Keterbukaan terhadap rangsangan kebudayaan yang berbeda,
7. Adanya toleransi terhadap pandangan yang berbeda,
8. Adanya interaksi antara individu yang berhasil, dan
9. Adanya insentif dan penghargaan bagi hasil karya kreatif.
Dalam konteks tata ruang maka sebuah Ruang Publik Terbuka dapat diciptakan menjadi lingkungan
yang memotivasi masyarakat untuk melakukan aktivitas kreatif dengan melakukan desain ruang yang
mengacu pada faktor tersebut diatas yang mempengaruhi proses kreativitas. Referensi itulah yang mendasari
konsep pengembangan sebuah Ruang Publik Kreatif.
2. Nomor : 6/PTID/WBS1/2017
Pusat Teknologi Inovasi Daerah
Deputi Pengkajian KebijakanTeknologi
Badan Pengkajian dan PenerapanTeknologi
Gedung II BPPT lantai 11, Jl. MH.Thamrin no.8 Jakarta 10340
Gedung Pusat Inovasi dan BisnisTeknologi (720) Kawasan Puspiptek Serpong
RUANG PUBLIK KREATIF
Ruang Publik Kreatif (RPK) awalnya adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh BPPT dalam
menumbuhkan kreativitas dan budaya inovasi masyarakat berbasis ruang yang dimmplementasi di daerah-
daerah yang menerapkan Sistem Inovasi Daerah (SIDa). Sejumlah percontohan bisa dijumpai di Kota
Pekalongan dan Kabupaten Pelalawan. Kemudian secara bertahap konsep tersebut mulai diminati oleh
daerah lain yang belum menerapkan SIDa.
Definisi RPK adalah ruang terbuka (open space) baik ruang terbuka hijau maupun ruang terbuka non hijau
yang dimanfaatkan untuk memfasilitasi aktivitas-aktivitas ekonomi kreatif lokal, menambah penghijauan
daerah perkotaan, menambah fasilitas olahraga dan kegiatan rekreasi, mempermudah interaksi sosial serta
membawa kebanggaan dan kenangan pada suatu komunitas (Widayanto & Setiastuti 2016).
RPK memiliki peranan penting dalam mengembangkan budaya inovasi di daerah melalui pemanfaatan
sumber daya lokal untuk tujuan penguatan interaksi sosial, peningkatan kreativitas dan nilai tambah
ekonomi, pelestarian fungsi lingkungan, peningkatan kenyamanan dan pengembangan keindahan arsitektural
kota dalam rangka meningkatkan daya saing dan kohesi sosial.
Pembangunan RPK selain dikaitkan dengan semangat untuk menyediakan wahana bagi komunitas di
sekitarnya juga merupakan bagian dari Sitem Inovasi Daerah (SIDa). Keberadaan RPK seharusnya memang
dirancang sesuai dengan tujuannya bukan sekedar mengejar keindahan lanskap semata namun dirancang
dengan tema yang relevan terhadap aktivitas komunitas atau masyarakat di sekitarnya. BPPT telah
memberikan panduan Pengembangan RPK pada kasus pengembangan di suatu daerah otonom.
PERMASALAHAN
Permasalahan umum yang diangkat dalam tulisan ini adalah masih kurangnya pemahaman tentang
keterkaitan antara pembangunan RPK dengan kreativitas masyarakat. Contohnya, selama ini konsep RPK
oleh kebanyakan orang dipandang hanya sekedar taman kota. Taman sebagaimana tujuan utamanya adalah
sebagai katup pengaman untuk kota, di mana orang orang yang tinggal di daerah perkotaan yang padat dapat
menemukan ruang bernapas di taman kota. Sementara pembangunan RPK diupayakan memasukkan unsur
penumbuhan kreativitas masyarakat pengunjungnya. Selain itu, dalam konteks SIDa terdapat elemen budaya
inovasi yang didorong berkembangan di tengah-tengah masyarakat agar semangat kreativitas dan
kewirausahaan serta talenta SDM di daerah semakin subur.
Permasalahan khusus diangkat dari kasus pembangunan RPK Sumbawa yang telah selesai pembangunannya
pada Desember 2017. Setelah selesai pembangunan RPK masih menyisakan sejumlah pertanyaan,
bagaimana selanjutnya. Pertanyaan itu di antaranya: bagaimana menyosialisasikan, siapa pengelolaannya,
bagaimana pola pemeliharaaan, bagaimana mengatur even di antara komunitas yang ada. Yang paling utama
adalah bagaimana bentuk kegiatan yang menumbuhkan kreativitas masyarakat pengunjungnya?
BELAJAR DARI PEMBANGUNAN RPK SUMBAWA
Universitas Teknologi Sumbawa (UTS) adalah sebuah universitas yang berada di Kabupaten Provinsi
Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Universitas yang beroperasi sejak tahun 2013 ini memiliki ruang
terbuka hijau yang masih luas dan saat ini sedang dalam proses melengkapi sarana prasarananya. Upaya
pembangunan yang dilakukan tidak lain untuk menciptakan kampus UTS yang nyaman, ramah lingkungan,
dan dapat memenuhi kebutuhan warganya. Beberapa diantaranya dilakukan dengan program penataan
lingkungan, pendayagunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana fisik, dan pembangunan fisik bangunan,
seperti pengembangan Science and Techno Park (STP) dan rumah susun mahasiswa.
Salah satu tugas UTS adalah mengembangkan kemampuan berpikir kritis di kalangan mahasiswa, agar
mahasiswa mampu memahami nilai-nilai secara objektif. UTS tidak hanya bertanggungjawab melahirkan
3. Nomor : 6/PTID/WBS1/2017
Pusat Teknologi Inovasi Daerah
Deputi Pengkajian KebijakanTeknologi
Badan Pengkajian dan PenerapanTeknologi
Gedung II BPPT lantai 11, Jl. MH.Thamrin no.8 Jakarta 10340
Gedung Pusat Inovasi dan BisnisTeknologi (720) Kawasan Puspiptek Serpong
sarjana yang kompeten dan berkualitas, tetapi juga malahirkan manusia berempati yang sehat jasmani rohani.
Untuk itu dibutuhkan suatu ruang yang dapat mengakomodir kegiatan mahasiswa dan civitas akademika
dalam menunangkan kreativitasnya.
Salah satu bentuk upaya menjawab tuntutan tersebut di atas adalah dibangunnya RPK. RPK UTS merupakan
pengembangan ruang terbuka hijau yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan, baik akademis
maupun non akademis. Sehingga RPK ini dalam perencanaannya dilengkapi dengan sejumlah seperti
fasilitas gazebo, amphi teater, taman dan jalur pedestrian sebagai penghubung kawasan taman. RPK yang
terletak di dalam kawasan kampus UTS ini nantinya tidak hanya dapat diakses oleh warga UTS saja, tetapi
juga masyarakat sekitarnya.
Gambar 1. Lay out dan Realisasi RPK Sumbawa
Pembangunan RPK ini merupakan kerjasama antara Pemerintah Daerah Kabupaten Sumbawa, Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan UTS. BPPT melalui Pusat Teknologi Inovasi Daerah
yang memiliki tugas melaksanakan pengkajian dan penerapan kebijakan teknologi di bidang pengembangan
iklim dan lingkungan berinovasi di daerah otonom pada akhirnya mengimplementasi kegiatan
pembangunan RPK Sumbawa.
Melalui serangkaian proses pekerjaan mulai dari: penentuan lokasi berbasis kriteria ideal RPK, membuat
DED, membuat disain tapak secara iteratif, gambar kerja dan terakhir konstruksi dilalui sehingga RPK dapat
terwujud dan bisa dimanfaatkan oleh masyarakat.
MANFAAT PENGEMBANGAN RPK UTS – SUMBAWA.
Pengembangan RPK memiliki fungsi strategis guna mengembalikan sekaligus menjaga keseimbangan
kehidupan kawasan kampus dalam aspek hubungan sosial maupun ekologis civitas akademika dan
masyarakat sekitarnya. Kehadirannya bukan semata bagian penunjang kawasan kampus tetapi telah menjadi
kebutuhan bagi kualitas habitat kampus. Berdasar hasil wawancara terhadap pengunjung RPK dan pihak
kampus dapat dirangkum manfaat pengembangan RPK UTS, yaitu :
4. Nomor : 6/PTID/WBS1/2017
Pusat Teknologi Inovasi Daerah
Deputi Pengkajian KebijakanTeknologi
Badan Pengkajian dan PenerapanTeknologi
Gedung II BPPT lantai 11, Jl. MH.Thamrin no.8 Jakarta 10340
Gedung Pusat Inovasi dan BisnisTeknologi (720) Kawasan Puspiptek Serpong
1. Manfaat Akademis. RPK merupakan wahana penunjang dalam melakukan kegiatan akademis.
Mengingat bidang fokus UTS adalah di bidang biotechnology maka diharapkan kedekatan para
mahasiswa dengan alam akan membantunya menambah ketertarikan dengan bidang ilmu tersebut.
2. Manfaat sosial. RPK UTS merupakan ruang untuk bersosialisasi dan berinteraksi bagi civitas
akademika dan juga bagi masyarakat umum yang menggunakannya. Bagian dari konsep jaringan
adalah adanya ruang untuk ineraksi antar bidang ilmu.
3. Manfaat kreativitas. RPK dapat memberikan manfaat kepada penggunanya dalam meningkatkan
kreativitasnya di berbagai bidang seperti Seni, Fotografi, dan wahana sharing. Termasuk
menciptakan kemampuan untuk mengakses informasi seluas-luasnya melalui jaringan internet WIFI
yang disediakan.
4. Manfaat Kesehatan. RPK juga dapat dijadikan sebagai sarana olah raga bagi penggunanya, seperti
senam atau jogging.
5. Manfaat Ekologis. RPK mempunyai fungsi keserasian lingkungan untuk mempertahankan daerah
hijau kampus, menyerap air hujan, mencegah banjir, menyegarkan udara.
6.
Gambar 2. Pemanfaatan RPK Sumbawa sebagai Ajang Kreativitas
Pengembangan RPK UTS diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pembangunan sumber daya
manusia di Kabupaten Sumbawa pada umumnya dan UTS pada khususnya. Selain itu RPK UTS diharapkan
dapat memberikan manfaat positif bagi lingkungan, ekonomi, dan sosial, sehingga kampus UTS dapat
mencapai predikat green campus.
TANTANGAN RPK SUMBAWA
RPK di UTS dapat menjadi contoh pengembangan taman kota yang dirancang dengan
mengedepankan kebutuhan aktivitas komunitas. Maka dari itu ke depan Pemda dapat mengadopsi
konsep pengembangannya dan belajar dari pengelolaannya.
RPK Sumbawa mulai menjadi salah satu icon Sumbawa dengan kekhasan lokasi dan pemandangan
menghadap gunung Olat Maras yang ditawarkan, maka pemeliharaan dan pengembangan lebih lanjut
menjadi tuntutan yang harus diantisipasi.
Model pemanfaatan RPK masih perlu dirumuskan bersama para komunitas pengunjung. Pola
pemanfaatan fasilitas dan penyelenggaraan even musiman perlu dicanangkan.
Sebagaimana aset fisik berbasis tanam-tanaman hidup yang lainnya, tentu membutuhkan
pemeliharaan yang intensif oleh orang yang profesional di bidang pertamanan. Dihadapkan pada
kondisi iklim Sumbawa yang relatif panas, menjadi tantangan bagi pengelola RPK agar bisa mencari
pola yang terbaik untuk keberlanjutan RPK.
5. Nomor : 6/PTID/WBS1/2017
Pusat Teknologi Inovasi Daerah
Deputi Pengkajian KebijakanTeknologi
Badan Pengkajian dan PenerapanTeknologi
Gedung II BPPT lantai 11, Jl. MH.Thamrin no.8 Jakarta 10340
Gedung Pusat Inovasi dan BisnisTeknologi (720) Kawasan Puspiptek Serpong
REKOMENDASI KEBIJAKAN
Berdasar urgensi dan tantangan pengembangan RPK di Universitas Teknologi Sumbawa dapat
direkomendasikan hal-hal berikut.
1. Pembentukan kelembagaan pengelolaan RPK UTS kolaboratif.
Perlunya komitmen Pemerintah Daerah Kabupaten Sumbawa dalam mendukung pengembangan
sektor pendidikan dalam rangka meningkatkan kualitas SDM, sebagaimana misi pertama Kabupaten
Sumbawa yaitu “Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia melalui peningkatan kualitas
pendidikan”. Demikian halnya peran UTS sebagai pengguna prasana RPK sangat diperlukan. Maka
perlu kolaborasi antara Pemerintah Kabupaten Sumbawa dan UTS dalam pengelolaan ruang publik
kreatif Kampus UTS tentu dengan melibatkan komunitas (Mahasiswa).
2. Rekomendasi pengembangan dan peningkatan fasilitas RPK UTS:
a. Melengkapi jaringan intenet WIFI di area RPK UTS. Dalam hal ini Pemkab Sumbawa dapat
bekerjasama dengan PT Telkom untuk penyediaan sistem jaringan tersebut. Peningkatan
fasilitas di RPK penting untuk peningkatan kunjungan dan dapat menjadi branding Pemerintah
Kabupaten Sumbawa di bidang pendidikan.
b. Peningkatan penerangan area RPK dengan lampu hemat energi. Pemkab Sumbawa bisa
bekerjasama dengan pihak swasta dengan memanfaatkan CSR.
c. Meningkatkan aksesibilitas ke RPK UTS, terutama membangun infrasturktur jembatan dari sisi
utara yaitu jalur utama menuju Kampus UTS.
3. Menerapkan konsep program The Park Watch dan Adopt-A-Park sebagaimana taman kota di
Singapura. The Park Watch bertujuan memberdayakan masyarakat dalam pembangunan dan
pengelolaan taman secara transparan. Program Adopt-A-Park adalah sebuah upaya penggalangan
dana abadi secara akuntabel untuk memelihara, mengelola, dan mengisi berbagai kegiatan di taman.
Dengan adanya pengelola RPK, akan bisa mengatur program tersebut misalkan dengan membagi
berdasarkan kelompok pengguna (komunitas) yang ada di UTS.
4. Mengingat iklim Sumbawa yang ekstrim terkait sumberdaya air, untuk efisiensi dan optimalisasi
biaya, prioritas pemeliharaan RPK perlu dibagi menjadi model pemeliharaan penuh (taman hidup,
jalur hijau), pemeliharaan sedang (bangunan berbahan kayu, bantaran danau dan sungai), dan
dibiarkan tumbuh secara alami (hutan lindung). Secara teknis keberadaan taman yang mulai
menjadi icon Sumbawa bisa menjadi ajang kreasi (tantangan) bagi civitas akademia UTS bagaimana
pemeliharaan taman yang stabil di tengah kondisi musim yang berubah-ubah.
5. Penumbuhan kreativitas dengan membuat pola pemanfaatan RPK dan even musiman (terjadwal).
Bagi pengelola RPK agar segera merelaisasi pola pengelolaannya.
6. Monitoring dan evaluasi pemanfaatan RPK agar terjaga keberadaannya dan pemanfaatan sesuai
dengan tujuan pembangunan. Monitoring dilakukan untuk tercapainya pemanfaatan ruang yang
berkualitas. Untuk itu diperlukan pengendalian melalui kegiatan pengawasan dan penertiban
terhadap pemanfaatan RPK oleh pihak Pemkab Sumbawa.
PUSTAKA
Arieti Silvano. 1976. Creativity, The Fitagic. Synthesis, New York: Basic Books, Inc, Publisher.
Widayanto Y., Setiastuti N. 2016. Pengembangan Ruang Publik Kreatif. Pusat Teknologi Inovasi Daerah –
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. BPPT Press Jakarta.