SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  6
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI
Nomor 15 Tahun 2008
TENTANG
PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER
DI DAERAH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI DALAM NEGERI,
Menimbang : a. Bahwa dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan masyarakat di
daerah, masih terdapat ketidaksetaraan, dan ketidakadilan gender, sehingga diperlukan
strategi pengintegrasian gender melalui perencanaan, penyusunan, pelaksanaan,
penganggaran, pemantauan dan evaluasi atas kebijakan, program dan kegiatan
pembangunan di daerah ;
b. bahwa Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 132 Tahun 2003 tentang Pedoman umum
Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender Dalam Pembangunan di Daerah, sudah tidak sesuai
dengan perkembangan keadaan sehingga perlu diganti;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b,
perlu menetapkan Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Pedoman Umum Pelaksanaan
Pengarusutamaan Gender di Daerah ;
Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan
Segala bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1984 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3277) ;
2. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun
2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 3 Tahun
2005 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-undang(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548) ;
3. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistim Perencanaan Pembangunan Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4421) ;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737) ;
5. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional 2003-2009 ;
6. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 130 Tahun 2004 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Departemen Dalam Negeri ;
Memperhatikan : Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender Dalam
Pembangunan Nasional ;
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN
PENGARUSUTAMAAN GENDER Di DAERAH.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :
1. Pengarusutamaan Gender di daerah yang selanjutnya disebut PUG adalah strategi yang dibangun untuk
mengintegrasikan gender menjadi satu dimensi integral dan perencanaan, penyusunan, pelaksanaan,
pemantauan dan evaluasi atas kebijakan, program dan kegiatan pembangunan di daerah.
2. Gender adalah konsep yang mengacu pada pembedaan peran dan tanggung jawab laki-laki dan
perempuan yang terjadi akibat dari dan dapat berubah oleh keadaan sosial dan budaya masyarakat.
3. Kesetaraan gender adalah kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh
kesempatan dan hak-haknya sebagai manusia agar mampu berperan dan berpertisipasi dalam kegiatan
politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan dan kesamaan dalam menikmati hasil
pembangunan.
4. Keadilan Gender adalah suatu proses untuk menjadi adil terhadap laki-laki dan perempuan.
5. Analisis Gender adalah analisis untuk mengidentifikasi dan memahami pembagian kerja/peran laki-laki
dan perempuan, akses kontrol terhadap sumber-sumber daya pembangunan, partisipasi dalam proses
pembangunan dan manfaat yang mereka nikmati, pola hubungan antara laki-laki dan perempuan yang
timpang, yang didalam pelaksanaannya memperhatikan faktor lainnya seperti kelas sosial, ras dan suku
bangsa.
6. Perencanaan Berperspektif Gender adalah perencanaan untuk mencapai kesetaraan dan keadilan
gender, yang dilakukan melalui pengintegrasian pengalaman,aspirasi,kebutuhan,potensi dan
penyelesaian permasalahan perempuan dan bukan laki-laki.
7. Anggaran Berperspektif Gender (Gender budget) adalah penggunaan atau pemanfaatan anggaran yang
berasal dari berbagai smber pendanaan untuk memcapai kesetaraan dan keadilan gender.
1
8. Pemerintah Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD
menurut asas otonomi dan tugas pembantua dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem
Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945.
9. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, Walikota dan perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah.
10. Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai perangkat daerah Kabupaten dan daerah kota.
11. Kelurahan adalah wilayah kerja Lurah sebagai perangkat daerah Kabupaten dan /aatu Daerah Kota
dibawah Kecamatan.
12. Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa adalah kesatuan masyarakat hukum
yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati
dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
13. Focal Point PUG adalah aparatur SKPD yang mempunyai kemampuan untuk melakukan
pengarusutamaan gender di Unit kerjanya masing-masing.
14. Kelompok kerjaPengarustamaan Gender yang selanjutnya disebut Pokja PUG adalah wadah konsultasi
bagi pelaksana dan penggerak pengarustamaan gender dari berbagai instansi/lembaga di daerah.
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
Pedoman umum pelaksanaan pengarusutamaan gender di daerah dimaksudkan untuk memberikan pedoman
kepada pemerintah daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan
masyarakat yang berperspektif gender.
Pasal 3
Pedoman umum pelaksanaan pengarusutamaan gender di daerah bertujuan :
a. Memberikan acuan bagi aparatur Pemerintah Daerah dalam menyusun strategi pengintegrasian gender
yang dilakukan melalui perencanaan, pelaksanaan, penganggaran, pemantauan dan evaluasi atas
kebijakan, program dan kegiatan pembangunan di daerah ;
b. Mewujudkan perencanaan berperspektif gender melalui pengintegrasian pengalaman, aspirasi,
kebutuhan, potensi dan penyelesaian permasalahan laki-laki dan perempuan ;
c. Mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender dalam kehidupan berkeluarga, berbangsa, dan bernegara;
d. Mewujudkan pengelolaan anggaran daerah yang responsif gender;
e. Meningkatkan kesetaraan dan keadilan dalam kedudukan, peranan, tanggung jawab lakil-laki dan
perempuan sebagai insan dan sumber daya pembangunan; dan
f. Meningkatkan peran dan kemandirian lembaga yang menangani pemberdayaan perempuan;
BAB III
PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN
Bagian Ke-Satu Perencanaan
Pasal 4
(1) Pemerintah daerah berkewajiban menyusun kebijakan, program dan kegiatan pembangunan
berperspektif gender yang dituangkan dalam rencana pembangunan jangka menengah daerah atau
RPJMD, rencana strategis SKPD, dan rencana kerja SKPD.
(2) Penyusunan kebijakan, program dan kegiatan pembangunan berperspektif gender sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui analisis gender.
Pasal 5
(1) Dalam melakukan analisis gender sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) dapat menggunakan
metode Alur Kerja Gender (Gender Analisys Pathway) atau metode analisis lain.
(2) Analisis gender terhadap rencana kerja SKPD dilakukan oleh masing-masing SKPD bersangkutan.
(3) Pelaksanaan analisis gender terhadap RPJMD dan renstra SKPD dan bekerjasama dengan lembaga
perguruan tinggi atau pihak yang memiliki kapabilitas di bidangnya.
Pasal 6
(1) Bappeda mengkoordinasikan penyusunan RPJMD, renstra SKPD dan rencana kerja SKPD berperspektif
gender.
(2) Rencana kerja SKPD berperspektif gender sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
Peraturean Gubenur, Bupati, dan Walikota;
Bagian Ke-dua Pelaksanaan
Paragraf 1
Pelaksanaan di Propinsi
Pasal 7
(1) Gubenur bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan
masyarakat bidang pemberdayaan perempuan dan pengarusutamaan gender skala Propinsi.
(2) Pelaksanaan tanggung jawab Gubenur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibantu oleh Wakil
Gubenur;
2
Pasal 8
Gubenur menetapakan Badan/Dinas yang membidangi tugas pemberdayaan masyarakat sebagai koordinator
penyelenggaraan pengarusutamaan gender di Propinsi.
Pasal 9
(1) Dalam upaya percepatan kelembagaan pengarusutamaan gender di seluruh SKPD Propinsi dibentuk
Pokja PUG Propinsi.
(2) Gubenur menetapkan Ketua Bappeda sebagai Ketua Pokja PUG Propinsi dan Kepala Badan/Dinas
Pemberdayaan Masyarakat Desa sebagai Kepala Sekretariat Pokja PUG Propinsi.
(3) Anggota Pokja PUG adalah seluruh Kepala/Pimpinan SKPD.
(4) Pembentukan Pokja PUG Propinsi ditetapkan dengan keputusan Gubenur.
Pasal 10
Pokja PUG Propinsi sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 9 mempunyai tugas :
a. Mempromosikan dan menfasilitasi PUG kepada masing-masing SKPD;
b. Melaksanakan sosialisasi dan advokasi PUG kepada Pemerintah Kabupaten/Kota;
c. Menyusun program kerja setiap tahun;
d. Mendorong terwujudnya anggaran yang berspektif gender;
e. Menyusun rencana kerja Pokja PUG setiap tahun;
f. Bertanggung jawab kepada Gubenur melalui Wakil Gubenur;
g. Merumuskan rekomendasi kebijakan kepada Bupati/Walikota;
h. Menfasilitasi SKPD atau Unit Kerja yang membidangi Pendataan untuk menyusun Profil Gender Propinsi;
i. Melakukan pemantauan pelaksanaan PUG di masing-masing Instansi;
j. Menetapkan Tim Teknis untuk melakukan analisis terhadap anggaran daerah;
k. Menyususn Rencana Aksi Daerah (RANDA) PUG di Propinsi; dan
l. Mendorong dilaksanakannya pemilihan dan penetapan Focal Point di masing-masing SKPD;
Pasal 11
(1) Tim Teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf (j) beranggotakan Aparatur yang memahami
analisis anggaran yang berspektif gender;
(2) Rencana aksi Daerah (RANDA) PUG di Propinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf (k) Memuat :
a. PUG dalam peraturan perundang-undang di Daerah;
b. PUG dalam pembangunan Daerah;
c. Penguatan kelembagaan PUG di Daerah; dan
d. Penguatan peran serta masyarakat di daerah;
Paragraph 2
Pelaksanaan di Kabupaten/Kota
Pasal 12
(1) Bupati/Walikota bertanggung jawab dalam penyelengaraan pemerintah, pembangunan dan pelayanan
masyarakat bidang pemberdayaan perempuan dan pengarusutamaan gender skala Kabupaten/Kota;
(2) Tanggung jawab Bupati/Walikota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat di limpahkan kepada Wakil
Bupati/Walikota;
Pasal 13
Bupati/Walikota menetapkan Badan/Kantor/Dinas yang membidangi tugas pemberdayaan masyarakat
sebagai koordinator penyelenggaraan pengarus utamaan gender di Kabupaten/Kota;
Pasal 14
(1) Dalam upaya percepatan kelembagaan pengarusutamaan gender di seluruh SKPD Kabupaten/Kota dibentuk
Pokja PUG Kabupaten/Kota;
(2) Anggota Pokja PUG adalah seluruh Kepala/Pimpinan SKPD;
(3) Bupati/Walikota menetapkan Ketua Bappeda sebagai Ketua Pokja PUG Kabupaten/Kota dan Kepala
Badan/Dinas/kantor Pemberdayaan Masyarakat Desa sebagai Kepala Sekretariat Pokja PUG
Kabupaten/Kota;
(4) Pembentukan Pokja PUG Kabupaten/Kota ditetapkan dengan keputusan Bupati/Walikota;
Pasal 15
Pokja PUG Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 mempunyai tugas :
a. Mempromosikan dan memfasilitasi PUG kepada masing-masing SKPD;
b. Melaksanakan sosialisasi dan advokasi PUG kepada Camat, Kepala Desa, Lurah;
c. Menyusun program kerja setiap tahun;
d. Mendorong terwujudnya anggaran yang berperspektif gender;
e. Menyususn rencana kerja Pokja PUG setiap tahun;
f. Bertanggung jawab kepada Bupati/ Walikota melalui Wakil
Bupati/Walikota;
g. Merumuskan rekomendasi kebijakan kepada Bupati/Walikota;
h. Menfasilitasi SKPD atau Unit Kerja yang membidangi Pendataan untuk menyusun Profil Gender
Kabupaten/Kota;
i. Melakukan pemantauan pelaksanaan PUG di masing-masing Instansi;
j. Menetapkan Tim Teknis untuk melakukan analisis terhadap Anggaran
Daerah;
k. Menyusun Rencana Aksi Daerah (RANDA) PUG di Kabupaten/Kota; dan
l. Mendorong dilaksanakannya pemilihan dan penetapan Focal Point di masing-masing SKPD;
Pasal 16
(1) Tim Teknis sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 huruf (j) beranggotakan Aparatur yang sudah mengikuti
pelatihan atau pendidikan analisis anggaran yang berspektif gender, atau tenaga ahli di bidang analisis
anggaran;
3
(2) Rencana Aksi Daerah (RANDA) PUG di Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 huruf (k)
Memuat :
a. PUG dalam peraturan perundang-undang di daerah;
b. PUG dalam siklus pembangunan di Daerah;
c. Penguatan kelembagaan PUG di daerah; dan
d. Penguatan peran serta masyarakat di daerah;
Paragraph 3
Focal Point
Pasal 17
(1) Focal Point PUG pada setiap SKPD di Propinsi dan Kabupaten/Kota terdiri dari Pejabat/Staf yang
membidangi tugas Pemberdayaan Perempuan dan Bidang lainnya.
(2) Focal Point PUG sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Mempunyai Tugas :
a. Mempromosikan pengarusutamaan gender pada Unit Kerja;
b. Menfasilitasi penyusunan Rencana Kerja SKPD yang berperspektif gender;
c. Melaksanakan pelatihan, sosialisasi, advokasi pengarusutamaan gender kepada seluruh pejabat dan
staf di lingkungan SKPD;
d. Melaporkan pelaksanaan PUG Kepada Pimpinan SKPD;
e. Mendorong pelaksanaan ananlisis gender terhadap kebijakan, program, dan kegiatan pada unit kerja;
dan
f. Menfasilitasi penyusunan profil gender pada setiap SKPD;
(3) Pelaksanaan tugas Focal Point PUG sebagaimana dimaksud pada ayat (2), di koordinir oleh Pejabat pada
setiap SKPD yang membidangi tugas pemberdayaan perempuan;
(4) Focal Point PUG sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1), dipilih dan ditetapkan oleh Kepala/Pimpinan
SKPD;
BAB IV
PELAPORAN, PEMANTAUAN, DAN EVALUASI
Pasal 18
(1) Bupati/Walikota menyampaikan laporan pelaksanaan PUG Kepada Gubenur secara berkala setiap 6 (enam)
bulan;
(2) Gubenur menyampaikan laporan pelaksanaan PUG Kepada Menteri Dalam Negeri secara berkala setiap 6
(enam) bulan;
(3) Menteri Dalam Negeri menyampaikan lapora pelaksanaan PUG Kepada Presiden secara berkala setiap akhir
tahun;
Pasal 19
Menteri laporan sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 meliputi :
a.Pelaksanaan program dan kegiatan;
b. Instansi yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan;
c.Sasaran kegiatan;
d. Penggunaan anggaran yang bersumber dari APBN, APBD, atau sumber lain;
e. Permasalahan yang dihadapi; dan
f. Upaya yang telah dilakukan;
Pasal 20
Bupati/Walikota menetapkan pedoman pelaporan ditngkat Desa/Kelurahan dan Kecamatan;
Pasal 21
Laporan sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 menjadi bahan pemantauan dari evaluasi pelaksanaan PUG;
Pasal 22
(1) Gubenur, Bupati, dan Walikota melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan PUG;
(2) Pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada setiap SKPD dan secara
berjenjang antar sususnan pemerintahan;
(3) Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan PUG dilakukan sebelum diadakannya penyusunan program atau
kehiatan tahun berikutnya;
(4) Bappeda melakukan evaluasi secara makro terhadap pelaksanaan PUG berdasarkan RPJMD dan Renja SKPD;
(5) Pelaksanaan evaluasi dapat dilakukan melalui kerjasama dengan perguruan tinggi, Pusat Studi Wanita, atau
Lembaga Swadaya Masyarakat;
(6) Hasil evaluasi pelaksanaan PUG menjadi bahan masukan dalam penyusunan kebijakan, program, dan
kegiatan tahun mendatang;
Pasal 23
(1) Menteri Dalam Negeri melakukan pembinaan umum terhadap pelaksanaan PUG di Daerah yang meliputi :
a. Pemberian pedoman dan panduan;
b. Penguatan kapasitas Aparatur Pemerintah Daerah;
c. Penguatan kapasitas Tim Teknis Analisis PUG, Pokja PUG Propinsi, Kabupaten/Kota;
d. Pemantauan pelaksanaan PUG antar susunan pemerintahan;
e. Evaluasi pelaksanaan PUG;
f. Pemberian Pedoman Penilaian Pelaksanaan PUG (Gender Audit) ; dan
g. Penyusunan Indikator Pencapaian Kinerja PUG;
(2) Pembinaan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Direktur Jenderal Pemberdayaan
Masyarakat dan Desa Departemen Dalam Negeri;
4
Pasal 24
Gubenur melakukan pembinaan terhadap pelaksanaan PUG yang meliputi :
a. Penetapan panduan teknis pelaksanaan PUG Skala Propinsi;
b. Penguatan kapasitas kelembagaan melalui pelatihan, konsultasi, advokasi dan koordinasi;
c. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan PUG di Kabupaten/Kota dan pada SKPD Propinsi;
d. Peninngkatan kapasitas Focal Point dan Pokja PUG; dan
e. Strategi Pencapaian Kinerja;
Pasal 25
Bupati/Walikota melakukan pembinaan terhadap pelaksanaan PUG yang meliputi :
a. Penetapan panduan teknis pelaksanaan PUG skala Kabupaten/Kota, Kecamatan, Desa/Kelurahan;
b. Penguatan kapasitas kelembagaan melalui pelatihan, konsultasi, advokasi dan koordinasi;
c. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan PUG di Desa dan pada SKPD Kabupaten/Kota;
d. Peningkatan kapasitas Focal Point dan Pokja PUG; dan
e. Strategi Pencapaian Kerja;
Pasal 26
(1) Pendanaan pelaksanaan program dan kegiatan PUG di Propinsi bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Propinsi;
(2) Pendanaan pelaksanaan program dan kegiatan PUG di Kabupaten/Kota bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota;
(3) Pendanaan pelaksanaan program dan kegiatan PUG di Desa bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa dan Advokasi Dana Desa;
Pasal 27
Pendapatan pelaksanaan program dan kegiatan PUG sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26, dapat bersumber
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan sumber lain yang Sah dan tidak mengikat;
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 29
(4) Pada saat berlakunya Peraturan Menteri ini, Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 132 Tahun 2003
tentang Pedoman Umum Pelaksanaaan Pengarusutamaan Gender Dalam Pembangunan di Daerah, dicabut
dan dinyatakan tidak berlaku;
(5) RPJMD, Rencana strategi SKPD, dan Rencana Kerjaaa SKPD yang telah disusun disesuaikan dengan
peraturan dengan Peraturan Menteri ini paling lambat 1 (satu) tahun sejak ditetapkan;
(6) Semua kebijakan daerah di bidang PUG sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Menteri ini
dinyatakan tetap berlaku;
Pasal 30
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal yang ditetapkan
Ditetapkan di Jakarta,
Pada Tanggal, 27 Februari 2008
MENTERI DALAM NEGERI,
Ttd
MARDIYANTO
5
Pasal 24
Gubenur melakukan pembinaan terhadap pelaksanaan PUG yang meliputi :
a. Penetapan panduan teknis pelaksanaan PUG Skala Propinsi;
b. Penguatan kapasitas kelembagaan melalui pelatihan, konsultasi, advokasi dan koordinasi;
c. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan PUG di Kabupaten/Kota dan pada SKPD Propinsi;
d. Peninngkatan kapasitas Focal Point dan Pokja PUG; dan
e. Strategi Pencapaian Kinerja;
Pasal 25
Bupati/Walikota melakukan pembinaan terhadap pelaksanaan PUG yang meliputi :
a. Penetapan panduan teknis pelaksanaan PUG skala Kabupaten/Kota, Kecamatan, Desa/Kelurahan;
b. Penguatan kapasitas kelembagaan melalui pelatihan, konsultasi, advokasi dan koordinasi;
c. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan PUG di Desa dan pada SKPD Kabupaten/Kota;
d. Peningkatan kapasitas Focal Point dan Pokja PUG; dan
e. Strategi Pencapaian Kerja;
Pasal 26
(1) Pendanaan pelaksanaan program dan kegiatan PUG di Propinsi bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Propinsi;
(2) Pendanaan pelaksanaan program dan kegiatan PUG di Kabupaten/Kota bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota;
(3) Pendanaan pelaksanaan program dan kegiatan PUG di Desa bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa dan Advokasi Dana Desa;
Pasal 27
Pendapatan pelaksanaan program dan kegiatan PUG sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26, dapat bersumber
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan sumber lain yang Sah dan tidak mengikat;
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 29
(4) Pada saat berlakunya Peraturan Menteri ini, Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 132 Tahun 2003
tentang Pedoman Umum Pelaksanaaan Pengarusutamaan Gender Dalam Pembangunan di Daerah, dicabut
dan dinyatakan tidak berlaku;
(5) RPJMD, Rencana strategi SKPD, dan Rencana Kerjaaa SKPD yang telah disusun disesuaikan dengan
peraturan dengan Peraturan Menteri ini paling lambat 1 (satu) tahun sejak ditetapkan;
(6) Semua kebijakan daerah di bidang PUG sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Menteri ini
dinyatakan tetap berlaku;
Pasal 30
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal yang ditetapkan
Ditetapkan di Jakarta,
Pada Tanggal, 27 Februari 2008
MENTERI DALAM NEGERI,
Ttd
MARDIYANTO
5

Contenu connexe

Tendances

Bahan tata naskah dinas
Bahan tata naskah dinasBahan tata naskah dinas
Bahan tata naskah dinas
Ilham Ismail
 
Modul penyusunan rkp gampong
Modul penyusunan rkp gampongModul penyusunan rkp gampong
Modul penyusunan rkp gampong
irhamuddin
 
Presentasi musrenbang kota solok 25 maret 2014
Presentasi musrenbang kota solok   25 maret 2014 Presentasi musrenbang kota solok   25 maret 2014
Presentasi musrenbang kota solok 25 maret 2014
Anton Setiadi
 
Permen no.57 th_2011
Permen no.57 th_2011Permen no.57 th_2011
Permen no.57 th_2011
vozol
 
356061309 kak-profil-daerah-labusel
356061309 kak-profil-daerah-labusel356061309 kak-profil-daerah-labusel
356061309 kak-profil-daerah-labusel
Irwin Sopyanudin
 

Tendances (20)

#Managemen pemdes andyka fatra
#Managemen pemdes andyka fatra#Managemen pemdes andyka fatra
#Managemen pemdes andyka fatra
 
Panduan rpjmdes
Panduan rpjmdesPanduan rpjmdes
Panduan rpjmdes
 
Musrenbang desa
Musrenbang desaMusrenbang desa
Musrenbang desa
 
0 uu nomor 25 tahun 2004
0 uu nomor 25 tahun 20040 uu nomor 25 tahun 2004
0 uu nomor 25 tahun 2004
 
Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)
Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)
Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)
 
#Administrasi dan pelaporan
#Administrasi dan pelaporan#Administrasi dan pelaporan
#Administrasi dan pelaporan
 
40824278 langkah2-penyusunan-rpjm-desa
40824278 langkah2-penyusunan-rpjm-desa40824278 langkah2-penyusunan-rpjm-desa
40824278 langkah2-penyusunan-rpjm-desa
 
Bahan tata naskah dinas
Bahan tata naskah dinasBahan tata naskah dinas
Bahan tata naskah dinas
 
Reformasi Birokrasi
Reformasi BirokrasiReformasi Birokrasi
Reformasi Birokrasi
 
Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun
Panduan Perencanaan Desa Lewu MamangunPanduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun
Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun
 
Pergub Marasa Sulawesi Barat nomor 42 Tahun 2018
Pergub Marasa Sulawesi Barat nomor 42 Tahun 2018Pergub Marasa Sulawesi Barat nomor 42 Tahun 2018
Pergub Marasa Sulawesi Barat nomor 42 Tahun 2018
 
Pengantar Analisis Kemiskinan Partisipatif
Pengantar Analisis Kemiskinan PartisipatifPengantar Analisis Kemiskinan Partisipatif
Pengantar Analisis Kemiskinan Partisipatif
 
Modul penyusunan rkp gampong
Modul penyusunan rkp gampongModul penyusunan rkp gampong
Modul penyusunan rkp gampong
 
PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DAN KELURAHAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DAN KELURAHANPERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DAN KELURAHAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DAN KELURAHAN
 
Presentasi musrenbang kota solok 25 maret 2014
Presentasi musrenbang kota solok   25 maret 2014 Presentasi musrenbang kota solok   25 maret 2014
Presentasi musrenbang kota solok 25 maret 2014
 
Permen no.57 th_2011
Permen no.57 th_2011Permen no.57 th_2011
Permen no.57 th_2011
 
Presentasi Ppd Revisi
Presentasi Ppd RevisiPresentasi Ppd Revisi
Presentasi Ppd Revisi
 
356061309 kak-profil-daerah-labusel
356061309 kak-profil-daerah-labusel356061309 kak-profil-daerah-labusel
356061309 kak-profil-daerah-labusel
 
Rencana Strategis (Renstra) Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat
Rencana Strategis (Renstra) Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi BaratRencana Strategis (Renstra) Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat
Rencana Strategis (Renstra) Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat
 
Pid 1
Pid 1Pid 1
Pid 1
 

En vedette (7)

Materi Bu Asri
Materi Bu AsriMateri Bu Asri
Materi Bu Asri
 
Materi Bu Kepi
Materi Bu KepiMateri Bu Kepi
Materi Bu Kepi
 
Materi Dari Bu Kepi
Materi Dari Bu KepiMateri Dari Bu Kepi
Materi Dari Bu Kepi
 
Matei Dari Bu Mufida
Matei Dari Bu MufidaMatei Dari Bu Mufida
Matei Dari Bu Mufida
 
Bank sampah pengelolaan sampah
Bank sampah   pengelolaan sampahBank sampah   pengelolaan sampah
Bank sampah pengelolaan sampah
 
cara mudah mendirikan bank sampah
cara mudah mendirikan bank sampahcara mudah mendirikan bank sampah
cara mudah mendirikan bank sampah
 
Study: The Future of VR, AR and Self-Driving Cars
Study: The Future of VR, AR and Self-Driving CarsStudy: The Future of VR, AR and Self-Driving Cars
Study: The Future of VR, AR and Self-Driving Cars
 

Similaire à Materi Bu Asri II

06. perdes rkp desa 2017
06. perdes rkp desa 201706. perdes rkp desa 2017
06. perdes rkp desa 2017
Agus Turyono
 
pedoman penyusunan perencanaan pembangunan desa
pedoman penyusunan perencanaan pembangunan desapedoman penyusunan perencanaan pembangunan desa
pedoman penyusunan perencanaan pembangunan desa
Muhammad Andrius
 
Permendagri no 114_tahun_2014
Permendagri no 114_tahun_2014Permendagri no 114_tahun_2014
Permendagri no 114_tahun_2014
Kiswanto .
 

Similaire à Materi Bu Asri II (20)

Permen no.07 2007
Permen no.07 2007Permen no.07 2007
Permen no.07 2007
 
5. bab i rkp desa jatilor 2015
5. bab i rkp desa jatilor 20155. bab i rkp desa jatilor 2015
5. bab i rkp desa jatilor 2015
 
RENJA K-J 2024.pdf
RENJA K-J 2024.pdfRENJA K-J 2024.pdf
RENJA K-J 2024.pdf
 
RENJA K-J 2024.pdf
RENJA K-J 2024.pdfRENJA K-J 2024.pdf
RENJA K-J 2024.pdf
 
Perda Kabupaten Nunukan Tentang Perencenaan pembangunan Desa
Perda Kabupaten Nunukan Tentang Perencenaan pembangunan DesaPerda Kabupaten Nunukan Tentang Perencenaan pembangunan Desa
Perda Kabupaten Nunukan Tentang Perencenaan pembangunan Desa
 
06. perdes rkp desa 2017
06. perdes rkp desa 201706. perdes rkp desa 2017
06. perdes rkp desa 2017
 
Peraturan Daerah bangunmandar (salinan) Provinsi Sulawesi Barat
Peraturan Daerah bangunmandar (salinan) Provinsi Sulawesi BaratPeraturan Daerah bangunmandar (salinan) Provinsi Sulawesi Barat
Peraturan Daerah bangunmandar (salinan) Provinsi Sulawesi Barat
 
Perdes lembaga kemasyarakatan desa
Perdes lembaga kemasyarakatan desaPerdes lembaga kemasyarakatan desa
Perdes lembaga kemasyarakatan desa
 
Peran Tugas Fungsi Kec.pptx
Peran Tugas Fungsi Kec.pptxPeran Tugas Fungsi Kec.pptx
Peran Tugas Fungsi Kec.pptx
 
Permen662007
Permen662007Permen662007
Permen662007
 
Surat keputusan kepala desa
Surat keputusan kepala desaSurat keputusan kepala desa
Surat keputusan kepala desa
 
Perencanaan Penganggaran Responsif Gender
Perencanaan Penganggaran Responsif GenderPerencanaan Penganggaran Responsif Gender
Perencanaan Penganggaran Responsif Gender
 
Perdes rpjm desa 2016 2018
Perdes rpjm desa  2016 2018Perdes rpjm desa  2016 2018
Perdes rpjm desa 2016 2018
 
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA TAHUN 2020-2025
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA TAHUN 2020-2025RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA TAHUN 2020-2025
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA TAHUN 2020-2025
 
pedoman penyusunan perencanaan pembangunan desa
pedoman penyusunan perencanaan pembangunan desapedoman penyusunan perencanaan pembangunan desa
pedoman penyusunan perencanaan pembangunan desa
 
Permendagri no 114_tahun_2014
Permendagri no 114_tahun_2014Permendagri no 114_tahun_2014
Permendagri no 114_tahun_2014
 
Permendagri no-114-th-2014-pedoman-pembangunan-desa
Permendagri no-114-th-2014-pedoman-pembangunan-desaPermendagri no-114-th-2014-pedoman-pembangunan-desa
Permendagri no-114-th-2014-pedoman-pembangunan-desa
 
Permendagri no-114-tahun-2014-tentang-pedoman-pembangunan-desa
Permendagri no-114-tahun-2014-tentang-pedoman-pembangunan-desaPermendagri no-114-tahun-2014-tentang-pedoman-pembangunan-desa
Permendagri no-114-tahun-2014-tentang-pedoman-pembangunan-desa
 
Permendagri No.114-th-2014 Pedoman Pembangunan Desa
Permendagri No.114-th-2014 Pedoman Pembangunan DesaPermendagri No.114-th-2014 Pedoman Pembangunan Desa
Permendagri No.114-th-2014 Pedoman Pembangunan Desa
 
Permendagri 114 th 2014 ttg pedoman pembangunan desa
Permendagri 114 th 2014 ttg pedoman pembangunan desaPermendagri 114 th 2014 ttg pedoman pembangunan desa
Permendagri 114 th 2014 ttg pedoman pembangunan desa
 

Dernier

BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
JuliBriana2
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
novibernadina
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
JarzaniIsmail
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
pipinafindraputri1
 

Dernier (20)

BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptxPelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptStoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
 

Materi Bu Asri II

  • 1. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI Nomor 15 Tahun 2008 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. Bahwa dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan masyarakat di daerah, masih terdapat ketidaksetaraan, dan ketidakadilan gender, sehingga diperlukan strategi pengintegrasian gender melalui perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, penganggaran, pemantauan dan evaluasi atas kebijakan, program dan kegiatan pembangunan di daerah ; b. bahwa Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 132 Tahun 2003 tentang Pedoman umum Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender Dalam Pembangunan di Daerah, sudah tidak sesuai dengan perkembangan keadaan sehingga perlu diganti; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di Daerah ; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3277) ; 2. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-undang(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548) ; 3. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistim Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421) ; 4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737) ; 5. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2003-2009 ; 6. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 130 Tahun 2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Dalam Negeri ; Memperhatikan : Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender Dalam Pembangunan Nasional ; MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER Di DAERAH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan : 1. Pengarusutamaan Gender di daerah yang selanjutnya disebut PUG adalah strategi yang dibangun untuk mengintegrasikan gender menjadi satu dimensi integral dan perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi atas kebijakan, program dan kegiatan pembangunan di daerah. 2. Gender adalah konsep yang mengacu pada pembedaan peran dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan yang terjadi akibat dari dan dapat berubah oleh keadaan sosial dan budaya masyarakat. 3. Kesetaraan gender adalah kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan dan hak-haknya sebagai manusia agar mampu berperan dan berpertisipasi dalam kegiatan politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan dan kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan. 4. Keadilan Gender adalah suatu proses untuk menjadi adil terhadap laki-laki dan perempuan. 5. Analisis Gender adalah analisis untuk mengidentifikasi dan memahami pembagian kerja/peran laki-laki dan perempuan, akses kontrol terhadap sumber-sumber daya pembangunan, partisipasi dalam proses pembangunan dan manfaat yang mereka nikmati, pola hubungan antara laki-laki dan perempuan yang timpang, yang didalam pelaksanaannya memperhatikan faktor lainnya seperti kelas sosial, ras dan suku bangsa. 6. Perencanaan Berperspektif Gender adalah perencanaan untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender, yang dilakukan melalui pengintegrasian pengalaman,aspirasi,kebutuhan,potensi dan penyelesaian permasalahan perempuan dan bukan laki-laki. 7. Anggaran Berperspektif Gender (Gender budget) adalah penggunaan atau pemanfaatan anggaran yang berasal dari berbagai smber pendanaan untuk memcapai kesetaraan dan keadilan gender. 1
  • 2. 8. Pemerintah Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantua dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945. 9. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, Walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah. 10. Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai perangkat daerah Kabupaten dan daerah kota. 11. Kelurahan adalah wilayah kerja Lurah sebagai perangkat daerah Kabupaten dan /aatu Daerah Kota dibawah Kecamatan. 12. Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 13. Focal Point PUG adalah aparatur SKPD yang mempunyai kemampuan untuk melakukan pengarusutamaan gender di Unit kerjanya masing-masing. 14. Kelompok kerjaPengarustamaan Gender yang selanjutnya disebut Pokja PUG adalah wadah konsultasi bagi pelaksana dan penggerak pengarustamaan gender dari berbagai instansi/lembaga di daerah. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 Pedoman umum pelaksanaan pengarusutamaan gender di daerah dimaksudkan untuk memberikan pedoman kepada pemerintah daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat yang berperspektif gender. Pasal 3 Pedoman umum pelaksanaan pengarusutamaan gender di daerah bertujuan : a. Memberikan acuan bagi aparatur Pemerintah Daerah dalam menyusun strategi pengintegrasian gender yang dilakukan melalui perencanaan, pelaksanaan, penganggaran, pemantauan dan evaluasi atas kebijakan, program dan kegiatan pembangunan di daerah ; b. Mewujudkan perencanaan berperspektif gender melalui pengintegrasian pengalaman, aspirasi, kebutuhan, potensi dan penyelesaian permasalahan laki-laki dan perempuan ; c. Mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender dalam kehidupan berkeluarga, berbangsa, dan bernegara; d. Mewujudkan pengelolaan anggaran daerah yang responsif gender; e. Meningkatkan kesetaraan dan keadilan dalam kedudukan, peranan, tanggung jawab lakil-laki dan perempuan sebagai insan dan sumber daya pembangunan; dan f. Meningkatkan peran dan kemandirian lembaga yang menangani pemberdayaan perempuan; BAB III PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN Bagian Ke-Satu Perencanaan Pasal 4 (1) Pemerintah daerah berkewajiban menyusun kebijakan, program dan kegiatan pembangunan berperspektif gender yang dituangkan dalam rencana pembangunan jangka menengah daerah atau RPJMD, rencana strategis SKPD, dan rencana kerja SKPD. (2) Penyusunan kebijakan, program dan kegiatan pembangunan berperspektif gender sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui analisis gender. Pasal 5 (1) Dalam melakukan analisis gender sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) dapat menggunakan metode Alur Kerja Gender (Gender Analisys Pathway) atau metode analisis lain. (2) Analisis gender terhadap rencana kerja SKPD dilakukan oleh masing-masing SKPD bersangkutan. (3) Pelaksanaan analisis gender terhadap RPJMD dan renstra SKPD dan bekerjasama dengan lembaga perguruan tinggi atau pihak yang memiliki kapabilitas di bidangnya. Pasal 6 (1) Bappeda mengkoordinasikan penyusunan RPJMD, renstra SKPD dan rencana kerja SKPD berperspektif gender. (2) Rencana kerja SKPD berperspektif gender sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturean Gubenur, Bupati, dan Walikota; Bagian Ke-dua Pelaksanaan Paragraf 1 Pelaksanaan di Propinsi Pasal 7 (1) Gubenur bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat bidang pemberdayaan perempuan dan pengarusutamaan gender skala Propinsi. (2) Pelaksanaan tanggung jawab Gubenur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibantu oleh Wakil Gubenur; 2
  • 3. Pasal 8 Gubenur menetapakan Badan/Dinas yang membidangi tugas pemberdayaan masyarakat sebagai koordinator penyelenggaraan pengarusutamaan gender di Propinsi. Pasal 9 (1) Dalam upaya percepatan kelembagaan pengarusutamaan gender di seluruh SKPD Propinsi dibentuk Pokja PUG Propinsi. (2) Gubenur menetapkan Ketua Bappeda sebagai Ketua Pokja PUG Propinsi dan Kepala Badan/Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa sebagai Kepala Sekretariat Pokja PUG Propinsi. (3) Anggota Pokja PUG adalah seluruh Kepala/Pimpinan SKPD. (4) Pembentukan Pokja PUG Propinsi ditetapkan dengan keputusan Gubenur. Pasal 10 Pokja PUG Propinsi sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 9 mempunyai tugas : a. Mempromosikan dan menfasilitasi PUG kepada masing-masing SKPD; b. Melaksanakan sosialisasi dan advokasi PUG kepada Pemerintah Kabupaten/Kota; c. Menyusun program kerja setiap tahun; d. Mendorong terwujudnya anggaran yang berspektif gender; e. Menyusun rencana kerja Pokja PUG setiap tahun; f. Bertanggung jawab kepada Gubenur melalui Wakil Gubenur; g. Merumuskan rekomendasi kebijakan kepada Bupati/Walikota; h. Menfasilitasi SKPD atau Unit Kerja yang membidangi Pendataan untuk menyusun Profil Gender Propinsi; i. Melakukan pemantauan pelaksanaan PUG di masing-masing Instansi; j. Menetapkan Tim Teknis untuk melakukan analisis terhadap anggaran daerah; k. Menyususn Rencana Aksi Daerah (RANDA) PUG di Propinsi; dan l. Mendorong dilaksanakannya pemilihan dan penetapan Focal Point di masing-masing SKPD; Pasal 11 (1) Tim Teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf (j) beranggotakan Aparatur yang memahami analisis anggaran yang berspektif gender; (2) Rencana aksi Daerah (RANDA) PUG di Propinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf (k) Memuat : a. PUG dalam peraturan perundang-undang di Daerah; b. PUG dalam pembangunan Daerah; c. Penguatan kelembagaan PUG di Daerah; dan d. Penguatan peran serta masyarakat di daerah; Paragraph 2 Pelaksanaan di Kabupaten/Kota Pasal 12 (1) Bupati/Walikota bertanggung jawab dalam penyelengaraan pemerintah, pembangunan dan pelayanan masyarakat bidang pemberdayaan perempuan dan pengarusutamaan gender skala Kabupaten/Kota; (2) Tanggung jawab Bupati/Walikota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat di limpahkan kepada Wakil Bupati/Walikota; Pasal 13 Bupati/Walikota menetapkan Badan/Kantor/Dinas yang membidangi tugas pemberdayaan masyarakat sebagai koordinator penyelenggaraan pengarus utamaan gender di Kabupaten/Kota; Pasal 14 (1) Dalam upaya percepatan kelembagaan pengarusutamaan gender di seluruh SKPD Kabupaten/Kota dibentuk Pokja PUG Kabupaten/Kota; (2) Anggota Pokja PUG adalah seluruh Kepala/Pimpinan SKPD; (3) Bupati/Walikota menetapkan Ketua Bappeda sebagai Ketua Pokja PUG Kabupaten/Kota dan Kepala Badan/Dinas/kantor Pemberdayaan Masyarakat Desa sebagai Kepala Sekretariat Pokja PUG Kabupaten/Kota; (4) Pembentukan Pokja PUG Kabupaten/Kota ditetapkan dengan keputusan Bupati/Walikota; Pasal 15 Pokja PUG Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 mempunyai tugas : a. Mempromosikan dan memfasilitasi PUG kepada masing-masing SKPD; b. Melaksanakan sosialisasi dan advokasi PUG kepada Camat, Kepala Desa, Lurah; c. Menyusun program kerja setiap tahun; d. Mendorong terwujudnya anggaran yang berperspektif gender; e. Menyususn rencana kerja Pokja PUG setiap tahun; f. Bertanggung jawab kepada Bupati/ Walikota melalui Wakil Bupati/Walikota; g. Merumuskan rekomendasi kebijakan kepada Bupati/Walikota; h. Menfasilitasi SKPD atau Unit Kerja yang membidangi Pendataan untuk menyusun Profil Gender Kabupaten/Kota; i. Melakukan pemantauan pelaksanaan PUG di masing-masing Instansi; j. Menetapkan Tim Teknis untuk melakukan analisis terhadap Anggaran Daerah; k. Menyusun Rencana Aksi Daerah (RANDA) PUG di Kabupaten/Kota; dan l. Mendorong dilaksanakannya pemilihan dan penetapan Focal Point di masing-masing SKPD; Pasal 16 (1) Tim Teknis sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 huruf (j) beranggotakan Aparatur yang sudah mengikuti pelatihan atau pendidikan analisis anggaran yang berspektif gender, atau tenaga ahli di bidang analisis anggaran; 3
  • 4. (2) Rencana Aksi Daerah (RANDA) PUG di Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 huruf (k) Memuat : a. PUG dalam peraturan perundang-undang di daerah; b. PUG dalam siklus pembangunan di Daerah; c. Penguatan kelembagaan PUG di daerah; dan d. Penguatan peran serta masyarakat di daerah; Paragraph 3 Focal Point Pasal 17 (1) Focal Point PUG pada setiap SKPD di Propinsi dan Kabupaten/Kota terdiri dari Pejabat/Staf yang membidangi tugas Pemberdayaan Perempuan dan Bidang lainnya. (2) Focal Point PUG sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Mempunyai Tugas : a. Mempromosikan pengarusutamaan gender pada Unit Kerja; b. Menfasilitasi penyusunan Rencana Kerja SKPD yang berperspektif gender; c. Melaksanakan pelatihan, sosialisasi, advokasi pengarusutamaan gender kepada seluruh pejabat dan staf di lingkungan SKPD; d. Melaporkan pelaksanaan PUG Kepada Pimpinan SKPD; e. Mendorong pelaksanaan ananlisis gender terhadap kebijakan, program, dan kegiatan pada unit kerja; dan f. Menfasilitasi penyusunan profil gender pada setiap SKPD; (3) Pelaksanaan tugas Focal Point PUG sebagaimana dimaksud pada ayat (2), di koordinir oleh Pejabat pada setiap SKPD yang membidangi tugas pemberdayaan perempuan; (4) Focal Point PUG sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1), dipilih dan ditetapkan oleh Kepala/Pimpinan SKPD; BAB IV PELAPORAN, PEMANTAUAN, DAN EVALUASI Pasal 18 (1) Bupati/Walikota menyampaikan laporan pelaksanaan PUG Kepada Gubenur secara berkala setiap 6 (enam) bulan; (2) Gubenur menyampaikan laporan pelaksanaan PUG Kepada Menteri Dalam Negeri secara berkala setiap 6 (enam) bulan; (3) Menteri Dalam Negeri menyampaikan lapora pelaksanaan PUG Kepada Presiden secara berkala setiap akhir tahun; Pasal 19 Menteri laporan sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 meliputi : a.Pelaksanaan program dan kegiatan; b. Instansi yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan; c.Sasaran kegiatan; d. Penggunaan anggaran yang bersumber dari APBN, APBD, atau sumber lain; e. Permasalahan yang dihadapi; dan f. Upaya yang telah dilakukan; Pasal 20 Bupati/Walikota menetapkan pedoman pelaporan ditngkat Desa/Kelurahan dan Kecamatan; Pasal 21 Laporan sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 menjadi bahan pemantauan dari evaluasi pelaksanaan PUG; Pasal 22 (1) Gubenur, Bupati, dan Walikota melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan PUG; (2) Pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada setiap SKPD dan secara berjenjang antar sususnan pemerintahan; (3) Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan PUG dilakukan sebelum diadakannya penyusunan program atau kehiatan tahun berikutnya; (4) Bappeda melakukan evaluasi secara makro terhadap pelaksanaan PUG berdasarkan RPJMD dan Renja SKPD; (5) Pelaksanaan evaluasi dapat dilakukan melalui kerjasama dengan perguruan tinggi, Pusat Studi Wanita, atau Lembaga Swadaya Masyarakat; (6) Hasil evaluasi pelaksanaan PUG menjadi bahan masukan dalam penyusunan kebijakan, program, dan kegiatan tahun mendatang; Pasal 23 (1) Menteri Dalam Negeri melakukan pembinaan umum terhadap pelaksanaan PUG di Daerah yang meliputi : a. Pemberian pedoman dan panduan; b. Penguatan kapasitas Aparatur Pemerintah Daerah; c. Penguatan kapasitas Tim Teknis Analisis PUG, Pokja PUG Propinsi, Kabupaten/Kota; d. Pemantauan pelaksanaan PUG antar susunan pemerintahan; e. Evaluasi pelaksanaan PUG; f. Pemberian Pedoman Penilaian Pelaksanaan PUG (Gender Audit) ; dan g. Penyusunan Indikator Pencapaian Kinerja PUG; (2) Pembinaan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Direktur Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Departemen Dalam Negeri; 4
  • 5. Pasal 24 Gubenur melakukan pembinaan terhadap pelaksanaan PUG yang meliputi : a. Penetapan panduan teknis pelaksanaan PUG Skala Propinsi; b. Penguatan kapasitas kelembagaan melalui pelatihan, konsultasi, advokasi dan koordinasi; c. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan PUG di Kabupaten/Kota dan pada SKPD Propinsi; d. Peninngkatan kapasitas Focal Point dan Pokja PUG; dan e. Strategi Pencapaian Kinerja; Pasal 25 Bupati/Walikota melakukan pembinaan terhadap pelaksanaan PUG yang meliputi : a. Penetapan panduan teknis pelaksanaan PUG skala Kabupaten/Kota, Kecamatan, Desa/Kelurahan; b. Penguatan kapasitas kelembagaan melalui pelatihan, konsultasi, advokasi dan koordinasi; c. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan PUG di Desa dan pada SKPD Kabupaten/Kota; d. Peningkatan kapasitas Focal Point dan Pokja PUG; dan e. Strategi Pencapaian Kerja; Pasal 26 (1) Pendanaan pelaksanaan program dan kegiatan PUG di Propinsi bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Propinsi; (2) Pendanaan pelaksanaan program dan kegiatan PUG di Kabupaten/Kota bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota; (3) Pendanaan pelaksanaan program dan kegiatan PUG di Desa bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa dan Advokasi Dana Desa; Pasal 27 Pendapatan pelaksanaan program dan kegiatan PUG sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26, dapat bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan sumber lain yang Sah dan tidak mengikat; BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 29 (4) Pada saat berlakunya Peraturan Menteri ini, Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 132 Tahun 2003 tentang Pedoman Umum Pelaksanaaan Pengarusutamaan Gender Dalam Pembangunan di Daerah, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku; (5) RPJMD, Rencana strategi SKPD, dan Rencana Kerjaaa SKPD yang telah disusun disesuaikan dengan peraturan dengan Peraturan Menteri ini paling lambat 1 (satu) tahun sejak ditetapkan; (6) Semua kebijakan daerah di bidang PUG sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Menteri ini dinyatakan tetap berlaku; Pasal 30 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal yang ditetapkan Ditetapkan di Jakarta, Pada Tanggal, 27 Februari 2008 MENTERI DALAM NEGERI, Ttd MARDIYANTO 5
  • 6. Pasal 24 Gubenur melakukan pembinaan terhadap pelaksanaan PUG yang meliputi : a. Penetapan panduan teknis pelaksanaan PUG Skala Propinsi; b. Penguatan kapasitas kelembagaan melalui pelatihan, konsultasi, advokasi dan koordinasi; c. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan PUG di Kabupaten/Kota dan pada SKPD Propinsi; d. Peninngkatan kapasitas Focal Point dan Pokja PUG; dan e. Strategi Pencapaian Kinerja; Pasal 25 Bupati/Walikota melakukan pembinaan terhadap pelaksanaan PUG yang meliputi : a. Penetapan panduan teknis pelaksanaan PUG skala Kabupaten/Kota, Kecamatan, Desa/Kelurahan; b. Penguatan kapasitas kelembagaan melalui pelatihan, konsultasi, advokasi dan koordinasi; c. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan PUG di Desa dan pada SKPD Kabupaten/Kota; d. Peningkatan kapasitas Focal Point dan Pokja PUG; dan e. Strategi Pencapaian Kerja; Pasal 26 (1) Pendanaan pelaksanaan program dan kegiatan PUG di Propinsi bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Propinsi; (2) Pendanaan pelaksanaan program dan kegiatan PUG di Kabupaten/Kota bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota; (3) Pendanaan pelaksanaan program dan kegiatan PUG di Desa bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa dan Advokasi Dana Desa; Pasal 27 Pendapatan pelaksanaan program dan kegiatan PUG sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26, dapat bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan sumber lain yang Sah dan tidak mengikat; BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 29 (4) Pada saat berlakunya Peraturan Menteri ini, Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 132 Tahun 2003 tentang Pedoman Umum Pelaksanaaan Pengarusutamaan Gender Dalam Pembangunan di Daerah, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku; (5) RPJMD, Rencana strategi SKPD, dan Rencana Kerjaaa SKPD yang telah disusun disesuaikan dengan peraturan dengan Peraturan Menteri ini paling lambat 1 (satu) tahun sejak ditetapkan; (6) Semua kebijakan daerah di bidang PUG sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Menteri ini dinyatakan tetap berlaku; Pasal 30 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal yang ditetapkan Ditetapkan di Jakarta, Pada Tanggal, 27 Februari 2008 MENTERI DALAM NEGERI, Ttd MARDIYANTO 5