Dokumen tersebut membahas tentang fungsi dan tujuan pengemasan bahan pangan, persyaratan bahan pengemasan, jenis-jenis bahan pengemasan seperti plastik, logam, gelas, kain, kertas, dan bahan tradisional. Dokumen ini juga membahas Undang-Undang No. 7 tahun 1996 tentang kewajiban pengemasan bahan pangan yang aman dan tidak berbahaya bagi kesehatan konsumen.
3. FUNGSI PENGEMASAN
Mengatur interaksi antara bahan pangan
dengan lingkungan sekitar, sehingga
menguntungkan bagi bahan pangan, dan
menguntungkan bagi manusia yang
mengkonsumsi bahan pangan.
4. TUJUAN PENGEMASAN
Membuat umur simpan bahan pangan menjadi panjang.
Menyelamatkan produksi bahan pangan yang berlimpah.
Mencegah rusaknya nutrisi/gizi bahan pangan.
Menjaga dan menjamin tingkat kesehatan bahan pangan.
Memudahkan distribusi/ pengangkutan bahan pangan.
Mendukung perkembangan makanan siap saji.
Menambah estetika dan nilai jual bahan pangan.
Pengemasan bahan pangan harus memenuhi beberapa kondisi atau
aspek untuk dapat mencapai tujuan pengemasan itu, yaitu :
Bahan pengemasnya harus memenuhi persyaratan tertentu.
Metode atau teknik Pengemasan bahan pangan harus tepat.
Pola distribusi dan penyimpanan produk hasil pengemasan harus baik
5. PERSYARATAN BAHAN PENGEMAS
Memiliki permeabilitas (kemampuan melewatkan)
udara yang sesuai dengan jenis bahan pangan
yang akan dikemas.
Harus bersifat tidak beracun dan inert (tidak
bereaksi dengan bahan pangan).
Harus kedap air.
Tahan panas.
Mudah dikerjakan secara maksimal dan harganya
relatif murah.
6. JENIS-JENIS BAHAN PENGEMAS
1. Untuk wadah utama (pengemas yang berhubungan
langsung dengan bahan pangan) :
Plastik
Kaleng/logam
Botol/gelas
Kertas
Kain
Kulit, daun, gerabah, bambu, dll
2. Untuk wadah luar (pelindung wadah utama selama
distribusi, penjualan, atau penyimpanan) :
Kayu
Karton
7. PLASTIK
Penggunaan plastik dalam pengemasan sebenarnya
sangat terbatas tergantung dari jenis makanannya.
Kelebihan:
kuat tetapi ringan, tidak berkarat, bersifat termoplastis,
yaitu dapat direkat menggunakan panas, serta dapat
diberi label atau cetakan dengan berbagai kreasi.
Kekurangan
tidak tahan panas, tidak hermetis (plastik masih bisa
ditembus udara melalui pori-pori plastik), dan mudah
terjadi pengembunan uap air didalam kemasan ketika
suhu turun.
8. Jenis plastik yang digunakan dalam pengemasan antara lain :
Polietilen : adalah jenis plastik yang harganya paling murah dan memiliki
beberapa varian antara lain : Low Density Polyetilene (LDPE), High Density
Polyetilene (HDPE), dan Polietelentereptalat (PET). Polietilen memiliki sifat kuat
bergantung variannya, transparan, dan dapat direkatkan dengan panas
sehingga mudah dibuat kantong plastik.
Cellophan : sebenarnya terbuat dari serat selulosa yang disulfatasi. Cellophan
dapat dipergunakan untuk membungkus sayuran, daging, dan beberapa jenis
roti. Cellophan yang dilapisi nitroselulosa mempunyai sifat yang tahan terhadap
uap air, fleksibel, dan mudah direkatkan dengan pemanasan. Cellophan yang
dilapisi PVDC tahan terhadap uap air dan kedap oksigen sehingga baik untuk
mengemas makanan yang mengandung minyak atau lemak.
Polivinilklorida (PVC) : jenis plastik yang kuat, namun memiliki kelemahan yaitu
dapat berkerut (Shrinkable) dan sering digunakan untuk mengemas daging atau
keju.
Polivinildienaklorida (PVDC) : jenis plastik yang kuat, tahan terhadap uap air dan
transmisi udara. Sering dugunakan dalam pengemasan keju dan buah-buahan
yang dikeringkan.
9. METAL / LOGAM
Bahan yang sering dipakai : Kaleng (tin plate) dan almunium.
Kaleng (tin plate)
Tin plate adalah wadah yang terbuat dari baja yang dilapisi timah putih yang tipis,
bagian dalamnya juga dilapisi dengan lapisan email.
Lapisan email tersusun atas senyawa oleoresin, fenolik, vinil, dan lilin. Fungsi email
adalah untuk mencegah korosi dan mencegah kontak antara metal dengan
bahan pangan. Misal email fenolik digunakan untuk melapisi kaleng pengemas
bahan ikan dan daging.
Aluminium
Aluminium memiliki keuntungan sebagai bahan pengemas, yaitu memiliki berat
yang lebih ringan dibanding baja.
Aluminium juga mudah dibentuk sesuai keinginan.
Aluminium lebih tahan korosi karena bisa membentuk aluminium oksida.
Kelemahan aluminium adalah mudah berlubang dibanding baja dan lebih sukar
disolder sehingga sambungan kemasan tidak benar-benar rapat.
10. GELAS
Terbuat dari campuran pasir C2O, soda abu, dan
alumina.
Bersifat inert (tidak bereaksi dengan bahan pangan)
Kuat (tahan terhadap kerusakan akibat pengaruh
waktu)
Transparan (bentuk dan warna bahan pangan dapat
dilihat).
Kelemahannya adalah mudah pecah, tidak dapat
digunakan untuk bahan pangan yang peka terhadap
sinar.
Agar tidak mudah pecah sebaiknya bagian permukaan
gelas dilapisi dengan lilin (wax) dan silika yang halus.
11. KAIN BLACU
Digunakan untuk mengemas bahan
pangan tepung, seperti tepung terigu atau
tepung tapioka. Dibuat dalam bentuk
kantung-kantung yang berkapasitas 10 – 50
kg.
Kelebihan: tidak mudah sobek/ kuat
kainnya, flesibel, mudah dicetak dan
murah harganya.
Kelemahan : memiliki permiabilitas udara
yang jelek dan tidak kedap air.
12. Karton
Karton sebenarnya merupakan bagian dari
kertas namun lebih sering berfungsi sebagai
wadah luar atau sebagai penyokong
wadah utama dalam pengemasan bahan
pangan agar lebih kuat, dan rigid. arton
memiliki kelebihan antara lain elastisitas
lebih baik dibanding kayu, dapat dicetak
pada permukaannya, dapat dikerjakan
secara masinal, pemakaiannya mudah,
dan dapat dilipat sehingga tidak
memerlukan ruang luas.
13. KERTAS
Kertas “greaseproof” : dapat digunakan sebagai pengemas
utama mentega, margarin, daging, kopi, dan gula-gula. Mirip
kertas karton namun memiliki kekedapan terhadap perembesan
lemak.
Kertas “glassine” : dibuat 80% dari kertas greaseproof namun
memiliki ketahanan terhadap udara dan lemak yang kuat,
permukaanya halus, serta mengkilat. Sering digunakan untuk
mengemas roti yang berkadar lemak tinggi.
Kertas “kraft” : kertas yang dibuat dari bubur sulfat dan kayu
kraft (yang berasal dari Swedia dan Jerman). Memiliki sifat yang
lebih kuat dari kertas Glassine, sehingga bahan pangan yang
dibungkus dengan kertas ini akan tetap kering lebih-lebih bila
permukaannya dilem dengan resin. Kertas ini biasanya
digunakan untuk mengemas keju di negara-negara Eropa.
14. BAHAN PENGEMAS TRADISIONAL
Daun
Digunakan secara luas, bersifat aman dan bio-degradable,
yang biasanya berupa daun pisang, daun jati, daun bambu,
daun jagung dan daun palem. Lebih aman digunakan dalam
proses pemanasan dibanding plastik.
Gerabah
Digunakan sejak zaman dahulu, aman bagi bahan pangan
asal tidak mengandung timbal. Gerabah yang diglasir bersifat
kedap air, kedap udara, mampu menghambat mikrobia, dan
bersifat dingin sehingga cocok untuk mengemas bahan
pangan seperti saus, madu, anggur, minyak, curd/dadih dll.
15. UNDANG-UNDANG RI NO.7 TAHUN 1996
Undang-undang ini mengamanatkan peraturan pengemasan berkaitan
dengan keamanan pangan dalam rangka melindungi konsumen. Pada
bagian ke IV pasal 16 - 19 dari undang-undang ini membahas tentang
kemasan bahan pangan, sedangkan bagian ke V pasal 30-35 membahas
tentang pelabelan dan periklanan produk pangan. Isi dari pasal-pasal
tersebut adalah sebagai berikut :
Bagian Keempat Kemasan Pangan
Pasal 16
(1) Setiap orang yang memproduksi pangan untuk diedarkan dilarang
menggunakan bahan apa pun sebagai kemasan pangan yang dinyatakan
terlarang dan atau yang dapat melepaskan cemaran yang merugikan atau
membahayakan kesehatan manusia.
(2) Pengemasan pangan yang diedarkan dilakukan melalui tata cara yang
dapat menghindarkan terjadinya kerusakan dan atau pencemaran.
(3) Pemerintah menetapkan bahan yang dilarang digunakan sebagai
kemasan pangan dan tata cara pengemasan pangan tertentu yang
diperdagangkan
16. Pasal 17
Bahan yang akan digunakan sebagai kemasan pangan, tetapi
belum diketahui dampaknya bagi kesehatan manusia, wajib terlebih
dahulu diperiksa keamanannya, dan penggunaannya bagi pangan
yang diedarkan dilakukan setelah memperoleh persetujuan
Pemerintah.
Pasal 18
(1) Setiap orang dilarang membuka kemasan akhir pangan untuk
dikemas kembali dan diperdagangkan.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku
terhadap pangan yang pengadaannya dalam jumlah besar dan
lazim dikemas kembali dalam jumlah kecil untuk diperdagangkan
lebih lanjut.
Pasal 19
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, Pasal 17, dan
Pasal 18 ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.