РИФ 2016, Интранет-портал для Правительства Московской области
korantempo20141102
1. MINGGU 2 NOVEMBER 2014
Pesona 17
Subkhan
subkhan@tempo.co.id
P
engantin wanita dengan
gaun dan tudung hitam
berbordir bunga menutup
gelaran tren mode 2015 Ikatan
Perancang Mode Indonesia (IPMI)
dan Bazaar Fashion Festival di
Jakarta Convention Center,
Ahad, 26 Oktober 2014. Itu
adalah koleksi adibusana karya
Sebastian Gunawan yang berta-
juk“Melange des sens”, yang ber-
arti percampuran rasa. Inspirasi
Seba—begitu Sebastian biasa
dipanggil—kali ini datang dari
pelukis Denmark, Johan Laurentz
Jensen (1800-1856).
Semasa hidupnya, Jensen dike-
nalsebagaipelukisbunga.Hampir
seluruhobyeklukisannyamerupa-
kan bunga atau buah yang ditata
rapi ataupun bunga dengan latar
belakang warna gelap. Melalui
35 gaun yang sebelumnya sudah
diperagakan pada Telstra Perth
Fashion Week di Australia, Seba
mengubah gaun-gaunnya seperti
kanvas Jensen. Ada motif bunga
mawar dalam bordir pada bahan
tulle, brokat, dengan palet warna
tosca, hitam, dan fuschia.
Beberapa karya Seba memang
tampil lukisan bunga mawar dari
cat minyak yang dijahit menjadi
gaun dengan struktur yang sangat
feminin. Kita bisa melihat tekstur
bahan yang nyaris timbul dari
motif bunga mawar. Belum lagi
bordir dan penggunaan kain keras
untuk membuat lekuk-lekuk pada
gaun-gaun itu menambah kesan
tiga dimensi.
Motif bunga-bunga juga mun-
cul pada karya Mel Ahyar ber-
judul Suvarnabhumi. Desainer
yang baru bergabung dengan
IPMI tahun lalu itu menghadir-
kan motif bunga peony, dahlia,
dan krisan digabungkan dengan
ilustrasi gadis dengan kostum tra-
disional Sumatera Selatan karya
Dilla Maharani di atas gaun ber-
warna krem dan hitam. “Motif
itu dilukis terlebih dulu sebelum
kemudian dicetak, dan dibordir,”
kata Mel.
Melalui label adibusananya,
Mel ingin menunjukkan kejayaan
Sriwijaya. “Ada begitu banyak
percampuran budaya di sana,”
ujar dia. Itu ditunjukkan dengan
tata panggung berupa stupa besar
di tengah arena White Cube—
arena presentasi mode
berbentukruangankubus
putih—dan sayup-sayup
lagu Gending Sriwijaya
pada latar musiknya.
Motif bunga dan
romantisme serupa juga
muncul dari para
desainer lainnya,
sebut saja Biyan
Wa n a a t m a d j a ,
melalui presen-
tasi ulang kolek-
si Seruni yang
ditambahkan pula
dengan koleksi
pakaian pria, hing-
ga Era Soekamto
yang memadukan
gaun pengantin
barat dengan
kebaya. Atau
simak juga Oscar
Lawalata melalui
lini The Bodo,
yang menampil-
kan tenun sutra
dari Timor, hingga
Barli Asmara yang
mengambil siluet
pakaian penari
Jawa.
Ada dua desai-
ner yang justru
tampilbedadalam
acara tren mode IPMI kali
ini. Sapto Djojokartiko,
misalnya, justru menolak
untuk mengambil inspirasi
kekayaan budaya Indonesia
secara blak-blakan. “Saya
tidak mau terlihat ter-
lalu etnik,” ujar dia. Bagi
Sapto, penerjemahan tema
“Penara”, alat cap batik
yang dia pilih sebagai inspirasi
koleksi adibusana siap pakai
miliknya, tidak melulu harus
harfiah.
Melalui presentasi kolek-
sinya, Sapto justru menge-
coh sebagian pengunjung
area White Cube. Alih-alih
menampilkan sesuatu
yang berbau batik,
Sapto justru mem-
buat presentasi
yang mengingatkan
kita pada dewi-dewi
Yunani. Ada rerun-
tuhan patung besar
di arena pagelaran
busana itu, sedang-
kan para model
mengenakan baju-
baju dengan gra-
dasi pastel. Detail
bordir besar
pada pakaian itu
mengambilmotif
yang tertera
pada penara.
P r e s e n t a s i
koleksi Sapto
bisa disebut
s e b a g a i
salah satu
yang ter-
baik di
IPMI Trend
Show 2015.
Selain Sapto, desainer
senior Didi Budiardjo
yang menjadi pembuka
acara IPMI Trend Show
juga menawarkan keunik-
an. Didi menceritakan
petualangan selusin gadis
bersaudara dalam koleksi
bertajuk Criterion untuk
koleksi resor 2015. Desainer
yang baru merayakan seperempat
abad berkarya ini ingin mengi-
sahkan perjalanan khayalannya.
“Kadang petualangan yang ber-
andai-andai itu hasilnya justru
lebih hebat,”kata dia.
Didi memadukan selusin kolek-
sinya dengan sepatu Nike. “Tapi
saya tambahkan mote agar ada
ciri saya,” kata dia. Didi sebe-
narnya tidak perlu menampilkan
manik-manik mengkilap pada
sepatu berwarna neon itu. Karena
sesungguhnya, koleksinya seca-
ra keseluruhan sudah berhasil
memanjakan mata.
Tren mode yang ditawarkan
IPMI sebenarnya sangat kasat
mata. “Gaya bohemia diproyek-
sikan menjadi tren dunia tahun
depan,” kata Didi. Tentu, bunga-
bunga dan penggunaan sneakers
ataupun sepatu flat juga menjadi
salah satu tren. “(Penggunaan
sepatu olahraga) itu yang juga
saya tawarkan kepada publik
Indonesia,”ujar Didi.
Secara teknis, pagelaran IPMI
Trend Show dan Bazaar Fashion
Festival,yangtahuninijugabeker-
ja sama dengan Pasar Indonesia—
acara tahunan dari salah satu
bank pelat merah—berlangsung
mulus. Seluruh rangkaian acara
dimulai cukup tepat waktu, mela-
wan kebiasaan acara mode yang
biasanya ngaret. Beragam cara
presentasi di panggung White
Cube pun tahun ini menjadi per-
tunjukan yang menarik.“Ini sebe-
narnya menjadi salah satu cara
kami memberikan edukasi pada
publik. Kalau presentasi mode
tidak melulu harus di runway,”
ujar salah satu anggota IPMI, Era
Soekamto. ●
NAIKKELASTren mode IPMI menyuguhkan deretan desainer
papan atas Indonesia. Menaikkan standar
pagelaran mode di Indonesia.
TEMPO/NURDIANSAH
Koleksi desainer Era Soekamto dalam pekan mode Pasar Indonesia dan Bazaar Fashion Festival di Jakarta Convention Center.