Makalah ini membahas tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan low back pain. Low back pain adalah nyeri punggung bawah yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti aktivitas tubuh yang kurang baik, penyakit muskuloskeletal, dan faktor usia. Makalah ini menjelaskan konsep dasar penyakit, etiologi, patofisiologi, diagnosa, dan penatalaksanaan low back pain serta asuhan keperawatan yang diberikan.
1. i
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN LOW BACK PAIN
MAKALAH
Oleh :
Windi Novian 132310101036
Amanda Rizky F. 152310101102
Inthoriqotul Khoiriah 152310101217
Nunung Ratna Sari 152310101219
Alvin Ferdian P . 152310101224
Firmanditya Ayu F. 152310101250
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JEMBER
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
JEMBER
3. i
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN LOW BACK PAIN
MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar Keperawatan Medikal Bedah
Dosen Pembimbing Ns Wantiyah S.Kep., M.Kep.
Oleh :
Windi Novian 132310101036
Amanda Rizky F. 152310101102
Inthoriqotul Khoiriah 152310101217
Nunung Ratna Sari 152310101219
Alvin Ferdian P . 152310101224
Firmanditya Ayu F. 152310101250
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JEMBER
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
JEMBER
2016
4. ii
HALAMAN PENGESAHAN
Tugas Makalah Asuhan Keperawatan Dasar Keperawatan Medikal Bedah
dengan judul“Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Low Back Pain”
yang disusun oleh:
Kelompok 2:
1. Windi Novian 132310101036
2. Amanda Rizky F. 152310101102
3. Inthoriqotul Khoiriah 152310101217
4. Nunung Ratna Sari 152310101219
5. Alvin Ferdian P . 152310101224
6. Firmanditya Ayu F. 152310101250
Telah disetujui untuk dikumpulkan pada:
Hari/tanggal:
Senin, 14 November 2016
Makalah ini disusun denganpemikiran sendiri, bukan hasil jiplakanataureproduksi
ulang makalah yang telah ada.
Penyusun
Ketua
Nunung Ratna Sari
NIM 152310101219
Mengetahui,
Penanggung Jawab Mata Kuliah Dosen Pembimbing
Ns. Wantiyah, M.Kep Ns. Wantiyah, M.Kep
NIP. 198107122006042001 NIP. 198107122006042001
5. iii
PRAKATA
Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan YME, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ASUHAN
KEPERAWATAN DENGAN PASIEN LOW BACK PAIN“ dengan tepat waktu. Dalam
menyelesaikan makalah ini, kami banyak mendapat bantuan kritik dan saran dari
berbagai pihak, oleh karena itu kami ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1. Ns. Wantiyah, M.Kep, selaku penanggung jawab mata kuliah Dasar Keperawatan
Medikal Bedah dan juga selaku dosen pembimbing
2. Teman - teman yang telah memberikan bantuan secara langsung maupun tidak
langsung saat penulisan makalah, dan
3. Semua pihak yang memberikan bantuan dalam penyelesaian makalah ini.
Penyusun menyadari dalam menyusun makalah ini masih jauhdarikesempurnaan,
karena itu kami mengharap kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
penyusun.
Jember, 14 November 2016
Penyusun
6. iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL .................................................................................................... i
HALAMAN JUDUL........................................................................................................ i
PRAKATA..................................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................................... 1
1.2 Epidemiologi....................................................................................................... 2
BAB 2 KONSEP DASAR PENYAKIT......................................................................... 3
2.1 Definisi................................................................................................................. 3
2.2 Etiologi ................................................................................................................ 3
2.3 Patofisiologi......................................................................................................... 4
2.5 Prosedur Diagnostik .......................................................................................... 6
2.6 Penatalaksanaan Medis..................................................................................... 6
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN ............................................................................ 8
3.1Pengkajian ........................................................................................................... 8
3.1.1 Riwayat Kesehatan ............................................................................... 8
3.1.2 Pengkajian: Pola Gordon, NANDA.................................................... 11
3.1.3 Pemeriksaan Fisik............................................................................... 13
3.1.4 Analisa Data........................................................................................ 14
3.1.5 Pathway............................................................................................... 16
3.2 Diagnosa Keperawatan.................................................................................... 16
3.3 Intervensi Keperawatan .................................................................................. 16
3.4 Implementasi .................................................................................................... 22
3.5 Evaluasi............................................................................................................. 27
BAB 4 PENUTUP ......................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 30
7. 1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertanian mempunyai arti penting bagi kehidupan manusia, selama manusia
hidup, selama itu juga pertanian tetap akan ada. Hal itu disebabkan karena pertanian
masih sebagai penunjang kebutuhan pokok manusia. Seperti tanaman karet, yang dapat
diolah menjadi berbagai produk kebutuhan manusia. Indonesia dikenal dengan
pertaniannya seperti: Kopi, cengkeh padi, dan lain-lain. Maka dari itu banyak dari
masyarakat Indonesia yang berprofesi sebagai petani. Karena profesi rata-rata
masyarakat Indonesia adalah petani, maka dari itu penyakit yang berhubungan dengan
pertanian menjadi penyakit nomor dua di Indonesia setelah Influenza (Dr.Rahajeng
Tunjung, 2005), yaitu Low Back Pain (LBP) atau nyeri punggung bawah.
Low back pain ( LBP) atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu
gangguan muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik
(Maher, Salmond & Pellino, 2002). LBP dapat disebabkan oleh berbagai penyakit
muskuloskeletal, gangguan psikologis dan mobilisasi yang salah. Menurut Rakel (2002),
LBP adalah nyeri punggung bawah yang berasal dari tulang belakang, otot, saraf atau
struktur lain pada daerah tersebut. Dengan demikian LBP adalah gangguan
muskuloskeletal yang pada daerah punggung bawah yang disebabkan oleh berbagai
penyakit dan aktivitas tubuh yang kurang baik (Samara, 2004).
Usia merupakan faktor yang mendukung terjadinya LBP, sehingga biasanya di
derita oleh orang berusia lanjut karena penurunan fungsi-fungsi tubuhnya terutama
tulangnya sehingga tidak lagi elastis seperti diwaktu muda Klooch (2006). Selain itu
faktor risiko terhadap pekerjaan seperti petani, dipengaruhi aktivitas terlalu banyak
duduk atau berdiri juga merupakan factor yang mrndukung LBP. Ini dinamakan posisi
tubuh kerja statis, pekerjaan yang membuat tubuh terpapar dengan getaran seperti yang
dilakukan para masinis, pengemudi truk, mengoperasikan alat bergetar sering
mengangkat dan menarik benda berat banyak membungkuk dan berputar (Dr. Suherman,
Sp.S, 2009).
Nyeri pinggang di Indonesia merupakan masalah kesehatan yang nyata.
Kira-kira 80% penduduk seumur hidup pernah sekali merasakan nyeri punggung bawah.
8. 2
Pada setiap saat lebih dari 10 % penduduk menderita nyeri pinggang. Insidensi nyeri
pinggang di beberapa negara berkembang lebih kurang 15-20% dari total populasi, yang
sebagian besar merupakan nyeri pinggang akut maupun kronik, termasuk tipe benigna.
Penelitian kelompok studi nyeri PERDOSSI Mei 2002 menunjukkan jumlah penderita
nyeri pinggang sebesar 18,37% dari seluruh pasien nyeri. Studi populasi dl daerah pantai
utara Jawa Indonesia ditemukan insidensi 8,2% pada pria dan 13,6% pada wanita. Di
rumah sakit Jakarta, Yogyakarta dan Semarang insidensinya sekitar 5,4 – 5,8%,
frekwensi terbanyak pada usia 45-65 tahun.
Biasanya nyeri pinggang membutuhkan waktu 6-7 minggu untuk penyembuhan
baik terhadap jaringan lunak maupun sendi, namun 10% diantaranya tidak mengalami
perbaikan dalam kurun waktu tersebut. Nyeri punggung bawah merupakan gejala, bukan
suatu diagnosis. Nyeri punggung bawah merupakan kelainan dengan berbagai etiologi
dan membutuhkan penanganan simtomatis serta rehabilitasi medik (Dr. Rahajeng
Tunjung, 2005). Dari latar belakang yang telah diuraikan tersebut, kami akan lebih lagi
membahas tentang Low Back Pain (LBP) atau nyeri punggung bawah yang banyak
diderita oleh para petani di Indonesia yang bahkan sudah menjadi penyakit nomor dua di
Indonesia.
1.2 Epidemiologi
Di Indonesia, low back pain (LBP) dijumpai pada golongan usia 40 tahun.
Secara keseluruhan, low back pain (LBP) merupakan keluhan yang paling banyak
dijumpai (49 %). Pada negara maju prevalensi orang terkena low back pain (LBP) adalah
sekitar 70-80 %. Sekitar 80-90% pasien low back pain (LBP) menyatakan bahwa mereka
tidak melakukan usaha apapun untuk mengobati penyakitnya jadi dapat disimpulkan
bahwa low back pain (LBP) meskipun mempunyai prevalensi yang tinggi namun
penyakit ini dapat sembuh dengan sendirinya (Sadeli dan Tjahjono dalam Trimunggara
2010).
Data epidemiologi mengenai nyeri punggung bawah di Indonesia belum ada,
namun diperkirakan 40% penduduk pulau Jawa Tengah berusia diatas 65 tahun pernah
menderita nyeri punggung, prevalensi pada laki-laki 18,2% dan pada wanita 13,6%.
Insiden berdasarkan kunjungan pasien ke beberapa rumah sakit di Indonesia berkisar
antara 3-17%
9. 3
BAB 2
KONSEP DASAR PENYAKIT
2.1 Definisi
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan
akibat dari kerusakan jaringan yang actual maupun potensial. Definisi keperawatan
tentang nyeri adalah, apapun yang menyakitkan tubuh yang dikatakan
individu/seseorang yang mengalaminya, yang ada kapanpun orang tersebut
mengatakannya. Peraturan utama dalam merawat pasien dengan nyeri adalah bahwa
semua nyeri adalah nyata, meskipun penyebabnya tidak diketahui. Oleh karena itu,
keberadaan nyeri adalah berdasarkan hanya pada laporan pasien.
Nyeri punggung bawah adalah perasaan nyeri di daerah lumbasakral dan
sakroiliakal, nyeri pinggung bawah ini sering disertai penjalaran ketungkai sampai kaki.
(Harsono, 2000:265). Herniasi diskus (carram) intervertebralis (HNP) merupakan
penyebab utama nyeri punggung bawah yang berat, kronik dan berulang (kambuh)
mungkin sebagai dampak trauma atau perubahan degeneratif yang berhubungan dengan
proses penuaan. (Doenges, Marylinn, 1999:320). Nyeri punggungbawahalah nyeri yang
dirasakan didaerah punggung bawah, dapat merupakan nyeri lokal maupun radikuler
atau keduanya, nyeri ini terasa diantara sudut rusuk terbawah (torakal XII) dan lipat
bokong bawah yaitu didaerah lumbal dan lumbasakral dan sering disertai dengan
penjalaran nyeri kearah tungkai dan kaki. Low back pain dapat berupa rasa kemeng
atau sedikit pegal sampai nyeri sekali, sakit ini dapat timbul secara mendadak ataupun
secara perlahan-lahan dalam waktu beberapa jam sampai beberapa hari.
2.2 Etiologi
Kebanyakan nyeri punggung bawah disebabkan oleh salah satu dari berbagai
masalah muskuloskeletal (misal regangan lumbosakral akut, ketidakstabilan ligamen
lumbosakral dan kelemahan otot, osteoartritis tulang belakang, stenosis tulang belakang,
masalah diskus intervertebralis, ketidaksamaan panjang tungkai). Penyebab lainnya
meliputi obesitas, gangguan ginjal, masalah pelvis, tumor retroperitoneal, aneurisma
abdominal dan masalah psikosomatik. Kebanyakan nyeri punggung akibat gangguan
10. 4
muskuloskeletal akan diperberat oleh aktifitas, sedangkan nyeri akibat keadaan lainnya
tidak dipengaruhi oleh aktifitas.
2.3 Patofisiologi
Struktur spesifik dalam system saraf terlibat dalam mengubah stimulus menjadi
sensasi nyeri. Sistem yang terlibat dalam transmisi dan persepsi nyeri disebut sebagai
system nosiseptif. Sensitifitas dari komponen system nosiseptif dapat dipengaruhi oleh
sejumlah factor dan berbeda diantara individu. Tidak semua orang yang terpajan
terhadap stimulus yangsama mengalami intensitas nyeri yangsama. Sensasi sangat nyeri
bagi seseorang mungkin hampir tidak terasa bagi orang lain.
Reseptor nyeri (nosiseptor) adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang
berespons hanya pada stimulus yangkuat, yangsecara potensial merusak, dimana stimuli
tersebut sifatnya bisa kimia, mekanik, termal. Reseptor nyeri merupakan jaras multi arah
yang kompleks. Serabut saraf ini bercabang sangat dekat dengan asalnya pada kulit dan
mengirimkan cabangnya ke pembuluh darah local. Sel-sel mast, folikel rambut dan
kelenjar keringat. Stimuli serabut ini mengakibatkanpelepasan histamin dari sel-sel mast
dan mengakibatkan vasodilatasi. Serabut kutaneus terletak lebih kearah sentral dari
cabang yang lebih jauh dan berhubungan dengan rantai simpatis paravertebra system
saraf dan dengan organ internal yang lebih besar. Sejumlah substansi yang dapat
meningkatkantransmisi ataupersepsi nyeri meliputi histamin, bradikinin, asetilkolin dan
substansi P. Prostaglandin dimana zat tersebut yang dapat meningkatkan efek yang
menimbulkan nyeri dari bradikinin. Substansi lain dalam tubuh yang berfungsi sebagai
inhibitor terhadap transmisi nyeri adalah endorfin dan enkefalin yang ditemukan dalam
konsentrasi yang kuat dalam system saraf pusat.
Kornu dorsalis dari medulla spinalis merupakan tempat memproses sensori,
dimana agar nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada system assenden harus
diaktifkan. Aktivasi terjadi sebagai akibat input dari reseptor nyeri yang terletak dalam
kulit dan organ internal. Proses nyeri terjadi karena adanya interaksi antara stimulus
nyeri dan sensasi nyeri.
Patofisiologi Pada sensasi nyeri punggung bawah dalam hal ini kolumna
vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang yang elastik yang tersusun atas banyak
unit vertebrae dan unit diskus intervertebrae yang diikat satu sama lain oleh kompleks
11. 5
sendi faset, berbagai ligamen dan otot paravertebralis. Konstruksi punggung yang unik
tersebut memungkinkan fleksibilitas sementara disisi lain tetap dapat
memberikanperlindungan yang maksimal terhadap sum-sum tulang belakang.
Lengkungan tulang belakang akan menyerap goncangan vertical pada saat berlari atau
melompat. Batang tubuh membantu menstabilkan tulang belakang. Otot-otot abdominal
dan toraks sangat penting ada aktifitas mengangkat beban. Bila tidak pernahdipakaiakan
melemahkan struktur pendukung ini. Obesitas, masalah postur, masalah struktur dan
peregangan berlebihan pendukung tulang belakang dapat berakibat nyeri punggung.
Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia bertambah
tua. Pada orang muda, diskus terutama tersusun atas fibrokartilago dengan matriks
gelatinus. Pada lansia akan menjadi fibrokartilago yang padat dan tak teratur. Degenerasi
diskus intervertebra merupakan penyebab nyeri punggung biasa. Diskus lumbal bawah,
L4-L5 dan L5-S6, menderita stress paling berat dan perubahan degenerasi terberat.
Penonjolan diskus atau kerusakan sendi dapat mengakibatkan penekanan pada akar saraf
ketika keluar dari kanalis spinalis, yang mengakibatkan nyeri yang menyebar sepanjang
saraf tersebut.
2.4 Manifestasi Klinis
Pasien biasanya mengeluh nyeri punngung akut maupun nyeri punggung kronis
dan kelemahan. Selama wawancara awal kaji lokasi nyeri, sifatnya dan penjalarannya
sepanjang serabut saraf (sciatica), juga dievaluasi cara jalan pasien, mobilitas tulang
belakang, refleks, panjang tungkai, kekuatan motoris dan persepsi sensoris bersama
dengan derajat ketidaknyamanan yang dialaminya. Peninggian tungkai dalam keadaan
lurus yang mengakibatkan nyeri menunjukkan iritasi serabut saraf.
Pemeriksaan fisik dapat menemukan adanya spasme otot paravertebralis
(peningkatan tonus otot tulang postural belakang yang berlebihan) disertai hilangnya
lengkungan lordotik lumbal yang normal dan mungkin ada deformitas tulang belakang.
Bila pasien diperiksa dalam keadaan telungkup, otot paraspinal akan relaksasi dan
deformitas yang diakibatkan oleh spasme akan menghilang.
Kadang-kadang dasar organic nyeri punggungtak dapat ditemukan. Kecemasan
dan stress dapat membangkitkan spasme otot dan nyeri. Nyeri punggung bawah bisa
merupakan anifestasi depresi atau konflik mental atau reaksi terhadap stressor
12. 6
lingkungan dan kehidupan. Bila kita memeriksa pasien dengan nyeri punngung bawah,
perawat perlu meninjau kembali hubungan keluarga, variable lingkungan dan situasi
kerja.
2.5 Prosedur Diagnostik
Prosedur diagnostik perlu dilakukan pada pasien yang mendertita nyeri
punggung bawah. Sinar X- vertebra mungkin memperlihatkan adanya fraktur, dislokasi,
infeksi, osteoartritis atau scoliosis. Computed Tomografi (CT) berguna untuk
mengetahui penyakit yang mendasari, seperti adanya lesi jaringan lunak tersembunyi
disekitar kolumna vertebralis dan masalah diskus intervertebralis. USG dapat membantu
mendiagnosa penyempitan kanalis spinalis. MRI memungkinkan visualisasi sifat dan
lokasi patologi tulang belakang.
2.6 Penatalaksanaan Medis
Kebanyakan nyeri punggung bisa hilang sendiri dan akan sembuh dalam 6
minggu dengan tirah baring, pengurangan stress dan relaksasi. Pasien harus tetap
ditempat tidur dengan matras yang padat dan tidak membal selama 2 sampai 3 hari.
Posisi pasien dibuat sedemikian rupa sehingga fleksi lumbal lebih besar yang dapat
mengurangi tekanan pada serabut saraf lumbal. Bagian kepala tempat tidur ditinggikan
30 derajat dan pasien sedikit menekuk lututnya atau berbaring miring dengan lutu dan
panggul ditekuk dan tungkai dan sebuah bantal diletakkan dibawah kepala. Posisi
tengkurap dihindari karena akan memperberat lordosis. Kadang-kadang pasien perlu
dirawat untuk penanganan “konservatif aktif” dan fisioterapi. Traksi pelvic intermiten
dengan 7 sampai 13 kg beban traksi. Traksi memungkinkan penambahan fleksi lumbal
dan relaksasi otot tersebut.
Fisioterapi perlu diberikan untuk mengurangi nyeri dan spasme otot. Terapi bisa
meliputi pendinginan (missal dengan es), pemanasan sinar infra merah, kompres lembab
dan panas, kolam bergolak dan traksi. Gangguan sirkulasi , gangguan perabaan dan
trauma merupakan kontra indikasi kompres panas. Terapi kolam bergolak
dikontraindikasikan bagi pasien dengan masalah kardiovaskuler karena
ketidakmampuan mentoleransi vasodilatasi perifer massif yang timbul. Gelombang ultra
akan menimbulkan panas yang dapat meningkatkan ketidaknyamanan akibat
pembengkakan pada stadium akut.
13. 7
Obat-obatan mungkin diperlukan untuk menangani nyeri akut. Analgetik
narkotik digunakan untuk memutus lingkaran nyeri, relaksan otot dan penenang
digunakan untuk membuat relaks pasien dan otot yang mengalami spasme, sehingga
dapat mengurangi nyeri. Obat antiinflamasi, seperti aspirin dan obat antiinflamasi
nonsteroid (NSAID), berguna untuk mengurangi nyeri. Kortikosteroid jangka pendek
dapat mengurangi respons inflamasi dan mencegah timbulnya neurofibrosis yang terjadi
akibat gangguan iskemia
14. 8
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.1.1 Riwayat Kesehatan
1. Identitas Pasien
Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
Status Perkawinan :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
Tanggal Masuk RS :
No. Registrasi :
Ruangan/Kamar :
Golongan Darah :
Tanggal Pengkajian :
Tanggal Operasi :
Diagnosa Medis :
2. Keluhan Utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan biasanya
mengatakan daerah mana yang terasa sakit jika akan atau pada saat melakukan
aktivitas atau pergerakan
3. Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)
a. Procative/palliative
1. Apa penyebabnya
15. 9
Klien mengatakan pada saat melakukan pekerjaan tidak pernah
memperhatikanposisi tubuhnya sehingga timbul nyeripada bagianpunggung
bawah
2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan
Klien mengatakan sakit atau nyeri berkurang jika beristirahat sejenak, namun
beberapa menit kemudian sakit atau nyeri akan kembali lagi dirasakan oleh
klien
b. Quantity/quality
1. Bagaimana dirasakan
Klien mengatakan nyeri pada bagian punggung bawah seperti tertimpa oleh
beban yang sangat berat, skala nyeri 6
2. Bagaimana dilihat
Klien terlihat meringis dan cemas
c. Region
1. Dimana lokasinya
Klien mengatakan nyeri yang dirasakan dibagian punggung bawah
2. Apakah menyebar
Klien mengatakan tidak ada penyebaran rasa nyeri
d. Severty
Klien mengatakan keadaan yang dialaminya sekarang sangat mengganggu
kebiasaannya sehari-hari dan sulit untuk melakukan aktivitas
e. Time
Kapan atau pada saat apa keluhan utama mnyerang klien
4. Riwayat Kesehatan Dulu
a. Penyakit yang pernah dialami
Penyakit yang pernah dialami klien sebelumnya dan bisa jadi penyakit yang
sebelumnya berhubungan dengan yang dialami sekarang ataupun bisa jadi tidak
berhubungan
b. Pengobatan / tindakan
Yangdilakukanolehklien jika keluhan datang, biasanya pergi ke puskesmas atau
rumah sakit untuk berobat
16. 10
c. Pernah dirawat / dioperasi
Riwayat rawat inap klien agar bisa dilihat jika pernah dirawat di rumah sakit bisa
dilihat data klien terdahulu
d. Alergi
Apakah pasien memiliki alergi / tidak atau apakah pasien pernah mempunyai
riwayat alergi / tidak
e. Imunisasi
Apakah klien mendapatkan imunisasi yang lengkap atau tidak
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Orang tua
Apakah orang tua klien pernah mengalami riwayat penyakit atau tidak
b. Saudara kandung
Jika klien memiliki saudara kandung, apakah saudara kandung klien pernah
mengalami riwayat penyakit atau tidak
c. Penyakit keturunan yang ada
Apakah keluarga klien memiliki penyakit yang menurun atau tidak
d. Anggota keluarga yang meninggal
Apakah ada anggota keluarga klien yang meninggal sebelumnya atau tidak
6. Riwayat Keadaan Psikososisal
a. Persepsi klien tentang penyakitnya
Pendapat klien tentangpenyakit yangdialaminya, biasanya persepsidapat berupa
apakah penyakitnya dapat sembuh dengan cepat atau tidak
b. Konsep diri
- Gambaran diri : persepsi klien terhadap seluruh bagian tubuhnya
- Ideal diri : persepsi klien terhadap keadaan dirinya
- Harga diri :
- Peran diri : peran klien dalam lingkungan sekitar
- Identitas : kemampuan klien mengenali dirinya sendiri
c. Keadaan emosi
Apakah klien dapat mengontrol emosi dengan baik atau tidak
17. 11
d. Hubungan social
- Orang yang tua
Bagaimana hubungan antara klien dengan orang tuanya. Apakah
berhubungan baik atau tidak
- Hubungan dengan keluarga
Bagaimana hubungan antara klien dengan anggota keluarganya yang lain.
Apakah berhubungan baik atau tidak
- Hubungan dengan orang lain
Bagaimana hubungan antara klien dengan orang lain. Apakah berhubungan
dengan baik atau tidak
- Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Apakah klien memiliki hambatan dalam berhubungan dengan orang lain atau
tidak
e. Spiritual
- Nilai dan keyakinan
Keyakinan yang dipercayai oleh klien, biasanya dapat dilihat dari agama
yang dianut oleh klien
- Kegiatan ibadah
Tempat klien menjalankan ibadah
3.1.2 Pengkajian: Pola Gordon, NANDA
1. Pola Gordon
a. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan yang perlu dikaji yaitu tentang posisi
ergonomis klien saat melakukan aktivitas
b. Pola Nutrisi dan Metabolik
Kaji nutrisi klien apakah baik atau tidak
c. Pola Istirahat dan Tidur
Sering mengalami gangguan pola tidur dikarenakan menahan nyeri yang hebat
d. Pola Aktivitas dan Latihan
Cara berjalan : pincang, diseret, kaku (merupakan indikasi untuk pemeriksaan
neurologis)
18. 12
e. Pola Eliminasi
Kaji pola eliminasi klien saat BAK dan BAB, apakah teratur atau tidak
f. Pola Persepsi dan Kognitif
Perilaku penderita apakah konsisten dengan keluhan nyerinya (kemungkinan
kelainan psikiatrik)
g. Pola Reproduksi dan Seksual
Kaji pola reproduksi klien apakah terganggu karena sakit yang dialaminya atau
tidak
h. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Kaji persepsi dan konsep diri pada klien
i. Pola Mekanisme Koping
Kaji tingkat kenyamanan klien
j. Pola Nilai dan Kepercayaan
Keyakinan terhadap agama yang dianutnya
2. Pola NANDA
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat, duduk,
mengemudi dalam waktu lama, membutuhkan papan/matras waktu
tidur, penurunan rentang gerak dari ekstremiter pada salah satu bagian
tubuh, tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan
Tanda : atropi otot pada bagian tubuh yang terkena, gangguan dalam berjalan
b. Eliminasi
Gejala : konstribusi, mengalami kesulitan dalam defekasi, adanya
inkontenensia/retensi urin
c. Integritas Ego
Gejala : ketakutan akan tmbulnya paralysis, ansietas masalah pekerjaan,
finansial keluarga
Tanda : tampak cemas, depresi, menghindar dari keluarga/orang terdekat
d. Neurosensori
Gejala : kesemutan, kekakuan, kelemahan dari tangan/kaki
19. 13
Tanda : penurunan reflex tendon dalam, kelemahan otot, hipotania, nyeri
tekan/spasme pavavertebralis, penurunan persesi nyeri (sensori)
e. Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri seperti tertusuk pisau yang akan semakin memburuk dengan
adanya batuk, bersin, membengkokan badan, mengangkat defekasi,
mengangkat kaki, atau fleksi pada leher, nyeri yang tidak ada hentinya
atau adanya episode nyeri yang lebih berat secara interminten, nyeri
menjalar ke kaki, bokong (lumbal) atau bahu/lengan, kaku pada eher
(servikal). Terdengar adanya suara “krek” saat nyeri baru timbul atau
saat trauma atau merasa punggung patah, keterbatasan untuk mobilisasi
/ membungkuk ke depan
Tanda : sikap, dengan cara bersandar dari bagian tubuh yang terkena,
perubahan cara berjalan dengan terpincang-pincang, pinggang terikat
pada bagian tubuh yang terkena nyeri pada palpasi
f. Keamanan
Gejala : adanya riwayat masalah punggung yang baru saja terjadi
g. Penyuluhan dan Pembelajara
Gejala : gaya hidup (monoton/hiperaktif)
3.1.3 Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Kondisi fisik klien secara keseluruhan
2. Pemeriksaan persistem
a. Sistem persepsi dan sensori
Pemeriksaan panca indra : pengelihatan, pendengaran, penciuman, pengecap,
perasa
b.Sistem persarafan
Meliputi pemeriksaan:
- Pemeriksaan motorik
- Pemeriksaan sensorik
- Straight leg raising (SLR), test laseque (iritasi radisks L5 atau S1), cross
laseque (HNP Median), reverse laseque (iritasi radik lumbal atas)
20. 14
- Sitting knee extension (iritasi lesi iskiadikus)
- Pemeriksaan sistem otonom
- Tanda patrick (lasi coxae) dan kontra oatrick (lesi sakroiliaka)
- Tes naffziger
- Tes valsava
c. Sistem pernafasan
Nilai frekuensi nafas, kualitas, suara, dan jalan nafas
d.Sistem kardiovaskuler
Nilai tekanan darah, nadi, irama, kualitas, dan frekuemsi
e. Sistem gastrointestinal
Nilai kemampuan menelan, nafsu makan, minum, peristaltik, dan eliminasi
f. Sistem integument
Nilai warna, turgor, tekstur dari kulit pasien
g. Sistem reproduksi
Untuk pasien wanita
h. Sistem perkemihan
Nilai frekuensi bak, warna, bau, volume
3.1.4 Analisa Data
No. Data Etiologi Masalah
1. DS :
a.Saat datang ke rumah
sakit pasien terlihat
kacau
b.Pasien mengatakan
tidak berselera makan
c.Keluarga pasien
mengatakan bahwa
pasien sering
meringis kesakitan
akibat menahan nyeri
d.Pasien menunjukkan
Nyeri akut
cedera fisik
Trauma di tulang belakang
akibat bekerja
Nyeri akut
21. 15
skala nyeri pada
angka 6
DO :
a. Dilatasi pupil
b. Pasien berkeringat
c. Pasien menunjukkan
ekspresi wajah nyeri
d. Pasien melindungi
area nyeri
2. DS :
a. Pasien mengeluh
merasa tidak
nyaman
b. Pasien mengeluh
sesak nafas saat
beraktifitas
DO :
a. Tremor saat bergerak
b. Gerak pasien tampak
lambat
Hambatan mobilitas fisik
Gangguan neuromuskular
Cedera saat bekerja
Hambatan Mobilitas
Fisik
3. DS :
Keluarga mengatakan
bahwa pasien mengalami
gangguan tidur
DO :
a. Pasien tampak
gelisah
b. Pasien merintih
kesakitan
Gangguan rasa nyaman
Sumber daya tidak adekuat
Pengetahuan kurang terkait
penyebab nyeri
Gangguan Rasa
Nyaman
22. 16
3.1.5 Pathway
3.2 Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b/d agen injuri (fisik, kelainan muskuloskeletal dan system syaraf
vaskuler
b. Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri, kerusakan muskuloskeletal, kekakuan sendi
atau kontraktur
c. Gangguan pola tidur b.d nyeri, tidak nyaman
3.3 Intervensi Keperawatan
Tulang belakang menyerap goncangan vertikal
Terjadi perubahan struktur dengan discus susun
atas fibri fertilago dan matriks gelatinus
Otot abdominal dan toraks
melemah
Morbilitas fisik terganggu
Kerusakan
morbilitas
fisik
Jarang bergerak
Struktur melemah
Penumpukan lemak karena tubuh kurang bergerak
Nutrisi lebih dari
kebutuhan
Fibri kartilago padat dan tidak teratur
Penonjolan diskus/ kerusakan sendi pusat
Menekan akar syaraf
Gangguan rasa nyaman, nyeri
Masalah muscoloskeletal
23. 17
No Diagnosa
Keperawatan
(NANDA)
Tujuan
(NOC)
Intervensi
(NIC)
1. Nyeri akut b/d agen
injuri (fisik,
kelainan
muskuloskeletal dan
system syaraf
vaskuler
Batasan
karakteristik
Verbal
1. Menarik nafas
panjang, merinti
2. Mengeluh nyeri
Motorik
1. Menyeringaikan
wajah.
2. Langkah yang
terseok-seok
3. Postur yang kaku
/ tidak stabil
4. Gerakan yang
amat lambat atau
terpaksa
5. Respon autonom
6. Perubahan vital
sign
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam nyeri
berkurang / hilang dengan
kriteria :
Tingkat nyeri (2102)
1. Melaporkan nyeri
berkurang / hilang
2. Frekuensi nyeri
berkurang / hilang
3. Lama nyeri
berkurang
4. Ekspresi oral
berkurang / hilang
5. Ketegangan otot
berkurang / hilang
6. Dapat istirahat
7. Skala nyeri
berkurang / menurun
Kontrol Nyeri (1605)
1. Mengenal
faktor-faktor
penyebab
2. Mengenal onset nyeri
3. Jarang / tidak pernah
menggunakan
analgetik
4. Jarang / tidak pernah
Manajemen nyeri (1400)
1. Lakukan pengkajian
nyeri secara
komprehensif (lokasi,
karateristik, durasi,
frekuensi, kualitas, dan
faktor presipitasi).
2. Observasi reaksi non
verbal dari
ketidaknyamanan.
3. Gunakan teknik
komunikasi terapetik
untuk mengetahui
pengalaman nyeri
klien.
4. Evaluasi pengalaman
nyeri masa lampau.
5. Evaluasi bersama klien
dan tim kesehatan lain
tentang ketidak
efektifan kontrol nyeri
masa lampau.
6. Bantu klien dan
keluarga untuk mencari
dan menemukan
dukungan.
7. Kontrol lingkungan
yang dapat
mempengaruhi nyeri
24. 18
melaporkan nyeri
kepada tim
kesehatan.
5. Nyeri terkontrol
-
Tingkat kenyamanan
(2100)
1. Klien melaporkan
kebutuhan istirahat
tidur tercukupi
2. Melaporkan kondisi
fisik baikMelaporkan
kondisi psikis baik
-
(suhu ruangan,
pencahayaan, dan
kebisingan)
8. Kurangi faktor
presipitasi nyeri.
9. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmokologi, non
farmakologi dan
interpersonal)
10. Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk
menentukan intervensi.
11. Ajarkan tentang teknik
non farmakologi.
12. Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
13. Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
14. Tingkatkan istirahat
15. Kolaborasi dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri
tidak berhasil
16. Monitor penerimaan
klien tentang
manajemen nyeri.
Andministrasi Analgetik
(2210)
1. Tentukan lokasi,
karateristik kualitas,
25. 19
dan derajat nyeri
sebagai pemberian obat
2. Cek riwayat alergi
3. Pilih analgenik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgetik ketika
pemberian lebih dari
satu.
4. Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri.
5. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
6. Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat
nyeri hebat.
7. Evaluasi efektifitas
analgesik tanda dan
gejala (efek
sampingan)
2 Hambatan mobilitas
fisik b.d nyeri,
kerusakan
muskuloskeletal,
kekakuan sendi atau
kontraktur
Batasan
karakteristik :
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam klien
mampu mencapai
mobilitas fisik dengan
kriteria :
Mobility Level (0208) :
1. Klien dapat
1. Koreksi tingkat
kemampuan mobilisasi
dengan sekala 0-4
0 : Klien tidak tergantung
pada orang lain
1 : Klien butuh sedikit
bantuan
2: Klien butuh bantuan
sederhan
26. 20
1. Postur tubuh
kaku tidak stabil.
2. Jalan
terseok-seok
3. Gerak lambat
4. Membatasi
perubahan gerak
yang mendadak
atau cepat
melakukan mobilitas
secara bertahap
dengan tanpa
merasakan nyeri
2. Penampilan
seimbang
3. Menggerakkan otot
dan sendi
4. Mampu pindah
tempat tanpa bantuan
5. Berjalan tanpa
bantuan
3 : Klien butuh bantuan
banyak
4 :Klien sangat tergantung
pada pemberian pelayanan
2. Atur posisi klien
3.Bantu klien melakukan
perubahan gerak.
4. Observasi / kaji terus
kemampuan gerak motorik,
keseimbangan
5. Ukur tanda-tanda vital
sebelum dan sesudah
melakukan latihan.
6. Anjurkan keluarga klien
untuk melatih dan memberi
motivasi.
7. Kolaborasi dengan tim
kesehatan lain (fisioterapi
untuk pemasangan korset)
8. Buat posisi seluruh
persendian dalam letak
anatomis dan nyaman
dengan memberikan
penyangga pada lekukan
lekukan sendi serta pastikan
posisi punggung lurus.
27. 21
3. Gangguan pola tidur
b.d nyeri, tidak
nyaman
Batasan
karakteristik :
1. Pasien menahan
sakit (merintih,
me-nyeringai)
2. Pasien
mengungkapkan
tidak bisa tidur
karena nyeri
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam klien
dapat terpenuhi
kebutuhan tidurnya
dengan kriteria :
Tidur (0004)
1. Jumlah jam tidur
cukup
2. Pola tidur normal
3. Kualitas tidur cukup
4. Tidur secara teratur
5. Tidak sering
terbangun
6. Tanda vital dalam
batas normal
Rest (0003)
1. Istirahat Cukup
2. Kualitas istirahat baik
3. Istirahat fisik cukup
4. Istirahat psikis cukup
Anxiety control (1402)
1. Tidur adekuat
2. Tidak ada manifestasi
fisik
3. Tidak ada manifestasi
perilaku
4. Mencari informasi
untuk mengurangi
cemas
5. Menggunakan teknik
Peningkatan Tidur / Sleep
Enhancement (1850)
1. Kaji pola tidur / pola
aktivitas
2. Anjurkan klien tidur
secara teratur
3. Jelaskan tentang
pentingnya tidur yang cukup
selama sakit dan terapi.
4. Monitor pola tidur dan
catat keadaan fisik,
psykososial yang
mengganggu tidur
5. Diskusikan pada klien dan
keluarga tentang tehnik
peningkatan pola tidur
Manajemen lingkungan
(6480)
1. Batasi pengunjung
2. Jaga lingkungan dari
bising
3. Tidak melakukan
tindakan
keperawatan pada
saat klien tidur
Anxiety Reduction (5820)
1. Jelaskan semua
prosedur termasuk
pera-saan yang
mungkin dialami
selama men-jalani
prosedur
28. 22
relaksasi untuk
mengurangi cemas
6. Berinteraksi sosial
2. Berikan objek yang
dapatmemberikan rasa
aman
3. Berbicara dengan pelan
dan tenang
4. Membina hubungan
saling percaya
5. Dengarkan klien
dengan penuh
perhatian
6. Ciptakan suasana
saling percaya
7. Dorong orang tua
mengungkapkan
perasaan, persepsi dan
cemas secara verbal
8. Berikan peralatan /
aktivitas yang
menghibur untuk
mengurangi
ketegangan
9. Anjurkan untuk
menggunakan teknik
relaksasi
10. Berikan lingkungan
yang tenang
11. Batasi pengunjung
3.4 Implementasi
No Dx Kep IMPLEMENTASI PARAF & NAMA
29. 23
1. 1 1. Melakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif (lokasi, karateristik,
durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor
presipitasi).
2. Melakukan observasi reaksi non verbal
dari ketidaknyamanan.
3. Mengunakan teknik komunikasi
terapetik untuk mengetahui pengalaman
nyeri klien.
4. Mengevaluasi pengalaman nyeri masa
lampau.
5. Mengevaluasi bersama klien dan tim
kesehatan lain tentang ketidak efektifan
kontrol nyeri masa lampau.
6. Membantu klien dan keluarga untuk
mencari dan menemukan dukungan.
7. Melakukan kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri (suhu
ruangan, pencahayaan, dan kebisingan)
8. Mengurangi faktor presipitasi nyeri.
9. Memilih dan melakukan penanganan
nyeri (farmokologi, non farmakologi
dan interpersonal)
10. Mengkaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi.
11. Mengajarkan tentang teknik non
farmakologi.
12. Memberikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
13. Melakukan evaluasi keefektifan kontrol
nyeri
14. Mengingatkan untuk meningkatkan
30. 24
istirahat
15. Melakukan kolaborasi dengan tim
medis jika ada keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil
16. Melakukan monitor penerimaan klien
tentang manajemen nyeri.
17. Menentukan lokasi, karateristik
kualitas, dan derajat nyeri sebagai
pemberian obat
18. Melakukan pengecekan riwayat alergi
19. Memilih analgenik yang diperlukan
atau kombinasi dari analgetik ketika
pemberian lebih dari satu.
20. Menentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya nyeri.
21. Melakukan monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian analgesik
pertama kali
22. Memberikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat.
23. Melakukan evaluasi efektifitas
analgesik tanda dan gejala (efek
samping)
2. 2 1. Melakukan koreksi tingkat kemampuan
mobilisasi dengan sekala 0-4
0 : Klien tidak tergantung pada orang lain
1 : Klien butuh sedikit bantuan
2: Klien butuh bantuan sederhan
3 : Klien butuh bantuan banyak
4 :Klien sangat tergantung pada pemberian
pelayanan
2. Mengatur posisi klien
31. 25
3. Membantu klien melakukan perubahan
gerak.
4. Melakukan observasi / mengkaji terus
kemampuan gerak motorik, keseimbangan
5. Mengukur tanda-tanda vital sebelum dan
sesudah melakukan latihan.
6. Menganjurkan keluarga klien untuk melatih
dan memberi motivasi.
7. Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan
lain (fisioterapi untuk pemasangan korset)
8. Membenarkan posisi seluruh persendian
dalam letak anatomis dan nyaman dengan
memberikan penyangga pada lekukan lekukan
sendi serta pastikan posisi punggung lurus.
3. 3 1. Mengkaji pola tidur / pola aktivitas
2. Menganjurkan klien tidur secara teratur
3. Menjelaskan tentang pentingnya tidur yang
cukup selama sakit dan terapi.
4. Melakukan monitor pola tidur dan catat
keadaan fisik, psykososial yang mengganggu
tidur
5. Mendiskusikan pada klien dan keluarga
tentang tehnik peningkatan pola tidur
6. Membatasi pengunjung
7. Menjaga lingkungan dari bising
8. Memberikan penjelasan semua prosedur
termasuk perasaan yang mungkin dialami
selama menjalani prosedur
9. Memberikan objek yang dapatmemberikan
rasa aman
10 Berbicara dengan pelan dan tenang
11. Mendengarkan klien dengan penuh
32. 26
perhatian
12. Menciptakan suasana saling percaya
13. Mendorong orang tua mengungkapkan
perasaan, persepsi dan cemas secara verbal
14. Memberikan peralatan / aktivitas yang
menghibur untuk mengurangi ketegangan
15. Menganjurkan untuk menggunakan teknik
relaksasi
11. Memberikan lingkungan yang tenang
12. Membatasi pengunjung
33. 27
3.5 Evaluasi
NO
NO. Dx
KEP
EVALUASI PARAF & NAMA
1. 1
S :
- Klien mengatakan bahwa nyeri
sedikit berkurang
O :
- Klien nampak tidak meringis
seperti sebelumnya
- Klienjuga nampak lebih tenang
dari sebelumnya
A :
Masalah nyeri akut teratasi
sebagian
P :
Lanjutkan Intervensi
2. 2
S :
- Klien mengatakan bahwa sudah
mulai mampu
mengerak-gerakkan sebagian
tubuhnya
- Klien juga sudah belajar
keman-man sendiri
O :
- Klien nampak mengerakan
sebagian anggota tubuhnya
pelan-pelan
- Klien nampak mulai belajar
berjaan sendiri meskipun masih
di bantu
- Klien melakukan hal-hal ringan
juga melakukan sendiri
34. 28
A :
Masalah hambatan mobilitas
fisik teratasi sebagian
P :
Lanjutkan Intervensi
3. 3
S :
- Klien mengatakan bahwa sudah
bisa tidur 7 jam ketika malam
hari
- Klien mengatakan bahwa
masih beberapa kali terbangun
tapi sudah merasa enak
O :
- Klien nampak tidah merintih
dengan keadaan sekarang
- Terlihat lebih nyenyak ketika
tidur
A :
Masalah gangguan pola tidur
teratasi sebagian
P :
Lanjutkan Intervensi
35. 29
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Nyeri punggung bawah adalah perasaan nyeri di daerah lumbasakral dan
sakroiliakal, nyeri pinggung bawah ini sering disertai penjalaran ketungkai sampai kaki.
(Harsono, 2000:265). Pada pasien penderita Low Back Pain yang perlu diperhatikan
adalah keterbatasan gerak pada satu arah, ekstensi ke belakang (back extension)
seringkali menyebabkan nyeri pada tungkai bila ada stenosis foramen intervertebralis di
lumbal dan artritis lumbal, karena gerakan ini akan menyebabkan penyempitan foramen
sehingga menyebabkan suatu kompresi pada saraf spinal.Low Back Painsalah satu dari
berbagai masalah muskuloskeletal. Pada saat asuhan keperawatan Low Back Pain yang
sering dikeluhkan oleh pasien adalah masalah nyeri pada punggungya pada saat pasien
bekerja dan nyeri akan menghilang pada saat pasien istirahat sejenak.
4.2 Saran
Diharapkan penulis dan pembaca dapat mengimplementasikan apa yang ada di
makalah ini. Dari apa yang sudah diberikan di makalah ini penulis juga mengharapkan
kepada pembaca, khusunya kepada pembaca yang berprofesi sebagai perawat agar bisa
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien penderita Low Back Pain dengan benar.
36. 30
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku AjarKeperawatan
Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 1. Jakarta: EGC
Brunner & Suddarth. 2002. Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 3. Jakarta: EGC
Ruth F. Craven, EdD, RN . 2000. Fundamentals Of Nursing, Edisi II . Philadelphia :
Lippincot
Wim de Jong . 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, Cetakan I . Jakarta: EGC
Tunjung Rahajeng, Dr. 2005. Diagnosis dan Penatalaksanaan Komprehensif. Tersedia
di http://irwanashari.blogspot.com/2009/03/sistematikapendekatan-pada nyeri.html
diakses pada 31 Oktober 2016.
Maher, Salmond & Pellino. (2002). Low Back Syndrome. Philadelpia. FA Davis
Company.
Rakel. 2002. Nyeri Pinggang Bagian Bawah. Tersedia di
www.nyeripunggungbawah.com diakses pada 31 Oktober 2016.
Samara, Diana. (2004). Lama dan sikap duduk sebagai faktor risiko terjadinya nyeri
pinggang bawah. Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti. Vol.23
No.2.
Suherman, dr, Sp.S. (2009).Sisi Lain Nyeri Punggung Bawah. Tabloid KONTRAS
Nomor : 501 | Tahun XI 6 - 12 Agustus 2009.
Trimunggara. (2010) . Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keluhan Low Back Pain pada
Kegiatan Mengemudi Tim Ekspedisi PT. Enseval Putera Megatrading Jakarta Tahun
2010. Jurnal Ergonomi Indonesia. Jakarta
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/42031/4/Chapter%20II.pdf diakses pd
29 okt 2016
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-anangkrist-6139-3-babiii-i.pd
f 1 nov 2016