Legal Framework of Contract Disclosure of Oil and Gas, Mineral and Coal Secto...
Mendorong Penguatan Pengawasan dan Penegakan Hukum Pelaksanaan Reklamasi dan Pascatambang
1. ReformasiTata Kelola Sumber Daya Ekstraktif untuk Pembangunan Berkelanjutan
Mendorong Penguatan Pengawasan dan Penegakan Hukum
Pelaksanaan Reklamasi dan Pascatambang
Jakarta, 24 Januari 2019
2. § Mendapatkan update kebijakan, kelembagaan pembinaan,
pengawasan dan penegakan hukum pelaksanaan reklamasi dan
pascatambang serta implementasi dan kepatuhan pelaku usaha.
§ Berbagi pengalaman dan pembelajaran dalam mengoptimalkan
pengawasan dan penegakan hukum pelaksanaan reklamasi dan
pascatambang yang efektif.
§ Identifikasi hambatan dan tantangan pelaksanaan pengawasan
dan penegakan hukum pelaksanaan reklamasi dan
pascatambang.
§ Merumuskan peluang sinergi antara IT, PPNS dan masyarakat
sipil dalam memperkuat pengawasan dan penegakan hukum
pelaksanaan reklamasi dan pascatambang
§ Menyusun rekomendasi sekaligus rencana aksi bersama dalam
mendorong penguatan pengawasan dan penegakan hukum
yang efektivitas dalam pelaksanaan reklamasi dan
pascatambang.
Maksud dan Tujuan
3. Peta Masalah Dalam Reklamasi dan Pascatambang
(Hasil Roundtable Discussion yang diselenggarakan PWYP Indonesia
pada 4 Oktober 2017)
Aspek Regulasi
•Miss-perseption dan Miss-Coordination
terhadap regulasi terkait reklamasi &
pascatambang.
•Celah regulasi dalam Permen ESDM
Nomor 7 Tahun 2014,
Aspek Tata Laksana Reklamasi dan
Pascatambang
•Buruknya tata kelola administrasi
(merujuk pada temuan Korsup Minerba)
•Penyusunan dokumen Rencana
Reklamasi (RR) tidak sesuai dengan
dokumen Feasibility Study (FS) dan
AMDAL
•Perhitungan biaya tidak tepat sehingga
reklamasi tidak mencukupi atau tidak
berhasil
•Melakukan kegiatan penambangan
sebelum memiliki dokumen persetujuan
RR
•Perubahan rencana aktivitas tambang
tidak diikuti revisi dokumen RR
•Melaksanakan reklamasi diluar dokumen
RR atau tidak sesuai dengan RR
•Kurang memahami teknik
penambangan yg baik (Misalnya : Top
soil tidak maksimal diamankan)
•Tidak sinkron antara dokumen RR
tambang dengan dokumen IPKKH
(untuk wilayah tambang yang masuk
kawasan hutan)
•Lahan telah direklamasi, namun
kemudian diganggu kembali
•Bentuk Jamek & Jaminan Pascatambang
yang tidak seragam
Aspek Kepatuhan Pelaku Usaha
•Pelaku usaha tidak menempatkan
Jamrek & pascatambang (temuan
Korsup Minerba)
•Penempatan Jamrek tidak sesuai
•Pelaku usaha tidak melaksanakan
reklamasi & pascatambang
4. Aspek Pengawasan dan
Pembinaan
•Minimnya jumlah
Inspektur Tambang (IT)
•Minimnya “jam terbang”
inspektur tambang
•Minimnya anggaran
operasional inspektur
tambang, bahkan di
beberapa daerah
anggaran operasional
tidak bisa dijalankan
(implikasi UU Pemda
yang memindahkan
kewenangan
pengawasan ke Pusat,
dimana status IT sebagai
pegawai pusat, namun
biaya operasional
dibebankan APBD)
•Keterbatasan pegawai
dinas yang memiliki
kapasitas terkait
pertambangan.
Termasuk juga
ketidaksesuaian latar
belakang pendidikan.
•Ditemukannya banyak
pertambangan illegal
yang dijaga oleh "oknum"
penegak hukum,
sehingga sulit untuk
ditertibkan.
Aspek Penegakan
Hukum
•Minimnya penegakan
hukum bagi pelaku usaha
yang melakukan
pelanggaran, baik
administratif maupun
pidana
•Belum optimalnya kinerja
PPNS Pertambangan
•Kurangnya koordinasi
antar instansi penegak
hukum
Aspek Transisi
Pelaksanaan UU Pemda
•Pengalihan Personil,
Prasarana dan Sarana,
Pembiayaan, dan
Dokumen (P3D) belum
tuntas
•Transisi perizinan dari
Kabupaten/Kota ke
Provinsi dan/atau Pusat
(IUP PMA)
•Transisi kewenangan
pengawasan
pertambangan dari
Pemda ke Pemerintah
Pusat
Aspek Transparansi dan
Partisipasi Publik
•Minimnya informasi
publik terkait
pelaksanaan reklamasi &
pascatambang
•Minimnya ruang
partisipasi masyarakat
dalam tiap tahapan
reklamasi &
pascatambang